Kasus korupsi di negeri ini seolah tidak pernah habis beritanya. Banyak pejabat dan pemegang amanah justru mengkhianati kepercayaan rakyat. Mereka mengambil jalan pintas untuk memperkaya diri sendiri. Padahal, Islam sangat melarang keras perbuatan mengambil hak orang lain secara batil. Fenomena ini menunjukkan adanya krisis moral yang sangat parah di masyarakat. Kita perlu menengok kembali nasihat para ulama terdahulu. Salah satu ulama besar yang membahas ini adalah Imam Nawawi. Beliau memberikan peringatan keras mengenai bahaya mengonsumsi harta haram.
Pandangan Imam Nawawi tentang Ghulul
Imam Nawawi dalam berbagai karyanya sering menyinggung tentang Ghulul. Istilah ini merujuk pada pengkhianatan dalam amanah atau korupsi harta rampasan perang. Namun, konteks ini meluas pada pengambilan harta publik secara tidak sah. Imam Nawawi menegaskan bahwa perbuatan ini termasuk dosa besar. Pelakunya akan membawa beban berat tersebut pada hari kiamat nanti.
Mengambil harta negara sama saja dengan mencuri hak jutaan manusia. Anda bisa membayangkan betapa berat pertanggungjawabannya di hadapan Allah SWT. Imam Nawawi mengutip banyak dalil yang mengecam perilaku curang ini. Beliau ingin umat Islam menjauhi segala bentuk manipulasi keuangan. Kehati-hatian dalam mencari nafkah adalah kunci keselamatan seorang muslim.
Dampak Harta Haram Terhadap Ibadah
Salah satu dampak paling mengerikan dari korupsi adalah tertolaknya ibadah. Imam Nawawi menjelaskan hubungan erat antara makanan dan dikabulkannya doa. Tubuh yang tumbuh dari uang haram akan sulit melakukan ketaatan. Hati mereka akan mengeras dan sulit menerima nasihat kebaikan.
Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi mencantumkan hadis tentang seorang musafir. Orang tersebut berdoa dengan sungguh-sungguh meminta pertolongan Allah. Namun, Nabi Muhammad SAW memberikan komentar yang sangat menohok. Kutipan hadis tersebut berbunyi:
“Makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan dikenyangkan dengan yang haram, maka bagaimana mungkin doanya dikabulkan?” (HR. Muslim).
Kutipan ini menjadi tamparan keras bagi para koruptor. Mereka mungkin rajin beribadah secara fisik. Namun, Allah tidak menerima ibadah dari tubuh yang kotor oleh harta haram. Ini adalah kerugian terbesar bagi seorang hamba. Hidup mereka mungkin terlihat mewah, namun kosong dari keberkahan Ilahi.
Warisan Api Neraka untuk Keluarga
Pelaku korupsi sering beralasan ingin membahagiakan keluarga. Mereka menumpuk harta agar anak cucu hidup nyaman. Padahal, Imam Nawawi mengingatkan bahwa harta haram adalah bara api. Memberi makan keluarga dengan uang korupsi sama dengan menyuapkan api neraka.
Keluarga pelaku mungkin menikmati fasilitas mewah di dunia. Namun, kepala keluarga akan menanggung siksa kubur yang pedih sendirian. Harta tersebut tidak akan menolongnya sedikitpun di akhirat. Justru, harta itu akan menjadi saksi yang memberatkan timbangan keburukan.
Imam Nawawi mengajak kita untuk berpikir jangka panjang. Kesenangan dunia hanya bersifat sementara dan menipu. Jangan sampai kita menukar surga abadi dengan kenikmatan sesaat. Kita harus berani menolak godaan suap dan gratifikasi.
Pentingnya Wara’ dalam Mencari Rezeki
Imam Nawawi sangat menekankan sikap wara’ atau kehati-hatian. Seorang muslim harus memastikan sumber pendapatannya 100% halal. Jika ada keraguan atau syubhat, sebaiknya kita tinggalkan. Sikap ini akan menjaga kesucian jiwa dan ketenangan batin.
Banyak orang merasa gundah meski hartanya melimpah ruah. Hal ini terjadi karena tidak adanya keberkahan dalam harta tersebut. Sebaliknya, rezeki sedikit namun halal akan membawa ketenangan luar biasa. Allah akan mencukupkan kebutuhan hamba-Nya yang jujur.
Menjaga Integritas Sebagai Bentuk Jihad
Melawan hawa nafsu untuk korupsi adalah bentuk jihad terbesar saat ini. Kita hidup di zaman yang memuja materi. Orang jujur seringkali dianggap aneh atau tidak pandai memanfaatkan peluang. Namun, kita harus tetap teguh memegang prinsip kebenaran.
Nasihat Imam Nawawi relevan sepanjang masa bagi kita semua. Beliau mengajarkan kita untuk takut hanya kepada Allah SWT. Jangan takut miskin karena mempertahankan kejujuran. Allah telah menjamin rezeki setiap makhluk di muka bumi.
Mari kita jadikan peringatan Imam Nawawi sebagai rem. Kita harus berhenti menormalisasi budaya korupsi dan suap. Mulailah dari diri sendiri dan lingkungan keluarga terdekat. Tanamkan nilai kejujuran pada anak-anak sejak usia dini.
Indonesia membutuhkan generasi yang takut akan harta haram. Kita merindukan pemimpin yang meneladani kesederhanaan dan kejujuran para ulama. Semoga kita terhindar dari fitnah harta yang membinasakan. Carilah rezeki yang baik agar hidup kita selamat dunia akhirat.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
