Beranda » Berita » Mengelola Amarah Menurut Hadis: Panduan Praktis Menahan Emosi Sesuai Tuntunan Nabi

Mengelola Amarah Menurut Hadis: Panduan Praktis Menahan Emosi Sesuai Tuntunan Nabi

Kemarahan adalah emosi yang sangat manusiawi. Setiap orang pasti pernah merasakan gejolak panas di dalam dada. Namun, Islam mengajarkan umatnya untuk tidak menuruti hawa nafsu tersebut. Rasulullah SAW memberikan perhatian khusus mengenai cara mengelola amarah menurut hadis. Beliau menyadari dampak buruk dari emosi yang tidak terkendali.

Amarah yang meledak dapat merusak hubungan persaudaraan. Kata-kata kasar sering keluar tanpa sadar saat seseorang emosi. Oleh karena itu, kita memerlukan metode yang tepat untuk meredamnya. Islam menawarkan solusi psikologis dan spiritual yang sangat relevan hingga saat ini.

Berikut adalah panduan lengkap mengelola amarah berdasarkan tuntunan Rasulullah SAW.

1. Memahami Hakikat Kekuatan Sejati

Banyak orang salah mengartikan definisi kekuatan. Masyarakat sering menilai kekuatan dari fisik yang kekar atau kemampuan berkelahi. Seseorang dianggap hebat jika mampu mengalahkan lawan dalam duel fisik.

Namun, Rasulullah SAW mengubah paradigma tersebut. Beliau mengajarkan bahwa kekuatan sejati terletak pada pengendalian diri. Otot yang besar tidak berguna jika jiwa kita lemah terhadap emosi.

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Rasulullah SAW bersabda:

“Orang yang kuat itu bukanlah yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat ialah orang yang dapat menahan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini mengajarkan kita untuk melatih mental. Kita harus menjadi tuan atas perasaan kita sendiri. Menahan diri saat diprovokasi jauh lebih sulit daripada memukul orang lain. Inilah ujian kekuatan yang sesungguhnya bagi seorang Muslim.

2. Mengambil Sikap Diam

Saat marah, otak rasional sering kali berhenti bekerja. Lidah menjadi senjata yang sangat tajam dan menyakitkan. Kita cenderung mengucapkan kalimat yang akan kita sesali seumur hidup.

Maka, langkah praktis pertama adalah diam. Mengunci mulut mencegah eskalasi konflik. Diam memberikan waktu bagi otak untuk berpikir jernih. Ini adalah teknik time-out yang sangat efektif.

Membangun Resiliensi Mental yang Kokoh Melalui Konsep Mujahadah

Rasulullah SAW memberikan resep sederhana ini dalam sabdanya:

“Jika salah seorang di antara kalian marah, maka hendaknya ia diam.” (HR. Ahmad)

Anda bisa mempraktikkannya dengan menarik napas dalam. Tahan keinginan untuk membalas argumen lawan bicara. Biarkan suasana mendingin terlebih dahulu. Diam menyelamatkan Anda dari permintaan maaf yang memalukan di kemudian hari.

3. Mengubah Posisi Tubuh

Ilmu psikologi modern mengakui adanya hubungan antara postur tubuh dan emosi. Ternyata, Rasulullah SAW telah mengajarkan hal ini ribuan tahun lalu. Beliau menyarankan perubahan gerak fisik untuk meredakan ketegangan saraf.

Posisi berdiri cenderung membuat seseorang siap menyerang atau bertindak agresif. Duduk akan menurunkan tensi tersebut. Berbaring akan membuat tubuh semakin rileks dan mustahil untuk melakukan kekerasan fisik. Gravitasi bumi membantu menstabilkan aliran darah yang memuncak.

Melawan Kehampaan Hidup dengan Kekuatan Zikir dan Doa

Rasulullah SAW bersabda:

“Jika salah seorang di antara kalian marah ketika berdiri, maka hendaklah ia duduk. Apabila marahnya tidak hilang juga, maka hendaklah ia berbaring.” (HR. Abu Daud)

Instruksi ini sangat teknis dan bisa langsung Anda praktikkan. Jika Anda marah di kantor, segera duduk di kursi. Jika Anda marah di rumah, cobalah merebahkan diri sejenak di sofa atau kasur.

4. Meredam Panas dengan Wudhu

Amarah sering digambarkan sebagai api yang membara di dalam dada. Sifat api adalah panas, merusak, dan membakar. Dalam pandangan teologis Islam, setan terbuat dari api dan ia menyukai pertengkaran.

Lawan dari api adalah air. Air memiliki sifat sejuk dan memadamkan. Oleh karena itu, berwudhu adalah terapi hidro yang sangat ampuh. Basuhan air dingin di wajah dan anggota tubuh akan menurunkan suhu badan. Secara fisiologis, air dingin menenangkan detak jantung yang cepat.

Rasulullah SAW menganjurkan:

“Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya berwudhu.” (HR. Abu Daud)

Berwudhu juga mengalihkan fokus pikiran. Kita beralih dari pemicu kemarahan menuju aktivitas ibadah. Hal ini menghadirkan ketenangan batin secara instan.

5. Memohon Perlindungan (Ta’awudz)

Emosi yang tak terkendali sering kali merupakan bisikan setan. Setan ingin manusia melakukan hal bodoh dan berdosa. Kita perlu memohon perlindungan kepada Allah SWT. Membaca Ta’awudz adalah senjata spiritual yang kuat.

Rasulullah pernah melihat dua orang yang saling mencela. Salah satu dari mereka wajahnya memerah dan urat lehernya menegang. Nabi kemudian bersabda:

“Sungguh saya mengetahui satu kalimat yang jika ia mengucapkannya, niscaya akan hilang darinya apa yang ia rasakan. Sekiranya ia mengucapkan: A’udzu billahi minasy syaithanir rajim (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk), niscaya akan hilang apa yang ia rasakan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kalimat ini menyadarkan kita akan kehadiran Allah. Kesadaran ini akan membuat hati menjadi lebih lunak. Kita akan merasa malu untuk meluapkan emosi di hadapan Tuhan Yang Maha Melihat.

Kesimpulan

Mengelola amarah menurut hadis bukan berarti memendam perasaan selamanya. Islam mengajarkan kita untuk menyalurkan emosi dengan cara yang elegan dan bermartabat. Kita bisa memilih untuk menjadi pribadi yang kuat.

Terapkanlah langkah-langkah di atas secara bertahap. Mulailah dengan diam, ubah posisi, ambil air wudhu, dan berdoalah. Dengan begitu, kita bisa menjaga kesehatan mental dan keharmonisan sosial. Semoga kita termasuk golongan orang yang sabar dan dicintai Allah.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement