Tekanan hidup di era modern sering kali memicu kecemasan berlebih. Kita mengejar target pekerjaan, memikirkan masalah finansial, hingga menghadapi konflik keluarga. Kondisi ini membuat kesehatan mental terganggu. Namun, Islam menawarkan solusi komprehensif. Kita bisa mempelajari manajemen stres ala Rasulullah melalui kitab legendaris Riyadus Shalihin karya Imam An-Nawawi.
Kitab ini tidak hanya memuat aturan fikih. Imam An-Nawawi menyusun hadis-hadis yang berkaitan erat dengan pembinaan karakter dan pengolahan jiwa. Rasulullah SAW adalah manusia paling sibuk dan memikul beban terberat. Namun, beliau tetap menjadi pribadi paling tenang. Berikut adalah bedah konsep pengelolaan stres berdasarkan hadis-hadis dalam Riyadus Shalihin.
1. Menjadikan Sabar sebagai Perisai Utama
Bab tentang kesabaran dalam Riyadus Shalihin memegang porsi yang sangat penting. Sabar bukan berarti pasrah tanpa usaha. Sabar adalah menahan diri dari keluh kesah berlebihan. Rasulullah mengajarkan kita untuk melihat ujian sebagai bentuk kasih sayang Allah.
Kita sering merasa stres karena menolak kenyataan. Nabi SAW mengubah sudut pandang ini. Beliau menekankan bahwa setiap duri yang menusuk seorang mukmin akan menggugurkan dosa. Perspektif ini mengubah beban menjadi harapan.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Yahya Suhaib bin Sinan r.a., Rasulullah SAW bersabda:
“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (HR. Muslim)
2. Terapi Shalat dan Dzikir
Rasulullah memiliki mekanisme pertahanan diri yang unik saat masalah besar datang. Beliau segera mendirikan shalat. Gerakan shalat memberikan efek relaksasi pada otot. Sementara itu, bacaan shalat menenangkan pikiran yang kalut.
Dzikir juga menjadi metode manajemen stres ala Rasulullah yang sangat ampuh. Mengingat Allah mengembalikan fokus kita. Kita sadar bahwa masalah kita kecil di hadapan kebesaran Allah. Riyadus Shalihin memuat bab khusus tentang keutamaan dzikir. Dzikir menyehatkan hati yang gersang akibat tekanan duniawi.
3. Melihat ke Bawah untuk Bersyukur
Stres sering muncul karena kita membandingkan diri dengan orang lain. Kita melihat pencapaian orang lain di media sosial. Hal ini memicu rasa iri dan ketidakpuasan. Rasulullah memberikan resep jitu untuk mengatasi hal ini.
Beliau memerintahkan umatnya untuk melihat orang yang kondisinya di bawah kita. Cara ini memicu rasa syukur. Syukur menghasilkan hormon kebahagiaan. Hati akan menjadi lapang seketika.
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah SAW bersabda:
“Lihatlah orang yang berada di bawah kalian dan jangan melihat orang yang berada di atas kalian, karena hal itu lebih patut agar kalian tidak menganggap rendah nikmat Allah.” (HR. Muslim)
4. Mengendalikan Amarah dengan Cerdas
Marah adalah respons alami terhadap stres. Namun, marah yang tidak terkendali justru memperburuk keadaan. Imam An-Nawawi memasukkan hadis tentang menahan amarah dalam bab tersendiri.
Rasulullah mendefinisikan kekuatan bukan pada otot fisik. Kekuatan sejati adalah kemampuan menguasai diri saat emosi memuncak. Mengelola amarah mencegah penyesalan di kemudian hari. Orang yang mampu menahan amarah akan memiliki jiwa yang lebih stabil.
5. Tawakkul: Seni Melepaskan Beban
Kunci pamungkas manajemen stres ala Rasulullah adalah tawakkul atau berserah diri. Stres sering terjadi karena kita ingin mengendalikan hasil. Padahal, hasil adalah hak prerogatif Allah. Tugas manusia hanya berusaha semaksimal mungkin.
Konsep tawakkul dalam Riyadus Shalihin mengajarkan kita untuk melepaskan kemelekatan pada hasil. Burung pergi pagi dengan perut kosong dan pulang dengan kenyang karena tawakkul. Mereka berusaha terbang, lalu Allah menjamin rezekinya.
Jika kita menerapkan pola pikir ini, beban pikiran akan berkurang drastis. Kita tidak akan pusing memikirkan hal yang belum terjadi. Kita fokus pada ikhtiar hari ini.
Kesimpulan
Kesehatan mental adalah aset berharga. Metode psikologi modern kini banyak yang selaras dengan ajaran Nabi. Mempraktikkan manajemen stres ala Rasulullah bukan hanya mendatangkan pahala. Hal ini juga menjamin ketenangan hidup di dunia.
Mari kita buka kembali Riyadus Shalihin. Kita pelajari setiap butir hikmah di dalamnya. Kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk jiwa yang lebih sehat dan kuat.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
