Khazanah
Beranda » Berita » Bahagia di Tengah Luka: Rahasia Spiritual Dzikir dari Al-Hikam

Bahagia di Tengah Luka: Rahasia Spiritual Dzikir dari Al-Hikam

Ilustrasi seorang hamba yang bersujud pada pencipta.
Ilustrasi seorang hamba yang bersujud pada pencipta.

SURAU.CO-Syekh Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari  dalam kitab Al-Hikam menjelaskan bahwa manifestasi dzikir yang tampak di lisan sesungguhnya lahir dari kedalaman penyaksian batin dan pemikiran (bashirah). Ketika kita termotivasi untuk rajin berdzikir, kita harus menyadari bahwa ucapan dzikir di lisan kita muncul berkat dorongan kuat dari hati dan pikiran. Hati kita berfungsi sebagai saksi yang menyaksikan cahaya keimanan kepada Allah Swt. Dari penyaksian inilah tumbuh rasa cinta yang tulus dan keinginan mendalam untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

Di samping dorongan batin, kita juga memikirkan faedah-faedah ukhrawi dan duniawi yang dapat kita peroleh dari berdzikir. Manfaat ini mencakup ketenangan hati yang hakiki, ketenteraman jiwa yang abadi, dan kebahagiaan sejati yang mengatasi segala bentuk kesulitan. Semua manfaat inilah yang mendorong kita secara berkelanjutan untuk menjadi ahli dzikir yang konsisten.

Dunia beserta segala kenikmatannya kehilangan makna substansial kecuali ketika kita mengisinya dengan mengingat-Nya. Melalui dzikir, kita dibimbing pada kemampuan ruhani yang unik: kita mampu merasakan bahagia di tengah kesengsaraan, tertawa dalam tangisan, dan merasa kaya meskipun berada dalam keterbatasan kemiskinan materi.

 Kesaksian Universal Lahir dan Batin

Syekh Ibnu ‘Athaillah dalam Al-Hikam menjelaskan bahwa Allah Swt. telah mengukuhkan kesaksian kita terhadap-Nya bahkan sebelum Dia secara eksplisit meminta kesaksian itu. Tubuh lahiriah kita secara fitrah berbicara tentang rububiyah-Nya (ketuhanan-Nya), sementara hati dan rahasia jiwa kita secara mendalam mengakui tauhid (keesaan)-Nya.

Allah menampakkan keesaan, sifat-sifat mulia, perbuatan, kesempurnaan Zat, dan keagungan-Nya melalui ciptaan-Nya yang tertanam pada diri kita sendiri dan yang tersebar di alam semesta. Kita mengucap kesaksian ini tanpa harus menunggu perintah langsung, karena lisan kita berada sepenuhnya di bawah kendali-Nya. Akibatnya, setiap penyaksian yang kita alami secara otomatis menimbulkan rasa takjub dan kekaguman.

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Selanjutnya, seluruh jasad kita berpartisipasi dengan mengucapkan kalimat-kalimat yang menegaskan rububiyah-Nya. Kita dengan tegas mengakui bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa, yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, serta tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya. Setelah pengakuan lahiriah, hati dan rahasia jiwa kita kembali mengakui kebenaran ini. Meskipun demikian, kebenaran yang terpatri di dalam hati dapat tertutup oleh debu maksiat dan lumpur kemungkaran, sehingga cahayanya terhijab dan tidak tampak secara jelas.

 Tiga Tingkat Kemuliaan bagi Ahli Dzikir

Syekh Ibnu ‘Athaillah  menyampaikan bahwa Allah Swt. memberikan kepada kita tiga anugerah kemuliaan yang luar biasa. Pertama, Dia menetapkan kita sebagai ahli dzikir. Sebab, jika bukan karena karunia-Nya, kita tidak akan layak atau mampu untuk mengingat dan menyebut Nama-Nya yang Agung.

Kedua, Dia menjadikan kita orang yang selalu diingat oleh-Nya. Kebaikan ini terwujud ketika Dia menyematkan dzikir kepada kita. Implikasinya adalah timbal balik yang indah: jika kita mengingat-Nya saat sehat, Dia mengingat kita saat sakit. Jika kita mengingat-Nya saat susah, Dia mengingat kita saat kaya. Bahkan, jika kita konsisten mengingat-Nya, Dia mencintai kita. Konsekuensi dari dicintai-Nya adalah seluruh penduduk bumi dan langit turut mencintai kita.

Ketiga, Dia menetapkan nama kita untuk disebut-sebut di sisi-Nya, menyempurnakan nikmat-Nya bagi kita. Jika kita rajin berdzikir, nama kita tercatat di Malakut sebagai hamba istimewa. Oleh karena itu, kita harus bersyukur atas nikmat agung ini, karena tidak ada kemuliaan di dunia yang mampu melebihinya.(St.Diyar)

Referensi : Atha’illah as-Sakandari, Kitab Al-Hikam (penerjemah : D.A. Pakih Sati)

Sikap yang Benar Terhadap Musibah


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement