Khazanah
Beranda » Berita » Perjalanan Mendaki dan Menurun: Jalan Ruhani Menurut Ibnu ‘Athaillah dalam Al-Hikam

Perjalanan Mendaki dan Menurun: Jalan Ruhani Menurut Ibnu ‘Athaillah dalam Al-Hikam

Ilustrasi hamba yang berikhtiar menyucikan hati.
Ilustrasi hamba yang berikhtiar menyucikan hati.

SURAU.CO-Syekh Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari  dalam kitab Al-Hikam menjelaskan:

Allah Swt. menampakkan nama-Nya melalui wujud makhluk-Nya, memperlihatkan sifat-Nya melalui nama-Nya, dan menunjukkan Dzat-Nya melalui sifat-Nya. Sebab, sifat tidak mungkin ada tanpa pemiliknya.

Menurut Syekh Ibnu ‘Athaillah, ketika Allah menarik sebagian hamba-Nya kepada-Nya, Dia terlebih dahulu membukakan kesempurnaan Dzat-Nya. Setelah itu, Dia mengarahkan mereka untuk menyaksikan sifat-Nya, kemudian membawa mereka bergantung pada nama-Nya, dan akhirnya mengembalikan mereka kepada penyaksian makhluk-Nya. Proses ini oleh Syekh Ibnu ‘Athaillah ia sebut dengan perjalanan turun.

Para Salik Menempuh Jalan Berlawanan

Sebaliknya, menurut Syekh Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari para salik menempuh jalan yang berlawanan. Mereka memulai dari pengamatan terhadap makhluk, lalu naik menuju nama-Nya, kemudian sifat-Nya, dan akhirnya sampai kepada Dzat-Nya. Dengan kata lain, perjalanan mereka bersifat mendaki.

Akhir perjalanan para salik menurut Syekh Ibnu ‘Athaillah adalah awal perjalanan orang-orang yang ditarik kepada-Nya, dan awal perjalanan orang-orang yang ditarik kepada-Nya adalah akhir para salik. Walaupun keduanya bisa bertemu di satu titik, maknanya tetap berbeda. Yang satu sedang naik, yang lain sedang turun.

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Contoh dalam Kehidupan Sehari-hari

Syekh Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari mengajak agar kita dapat memperhatikan segala sesuatu di dunia ini. Apa saja yang kita alami setiap hari? Ketahuilah, semua itu menunjukkan asma Allah Swt. Kita dan seluruh makhluk adalah ciptaan, maka Dia adalah al-Khaliq (Pencipta). Allah memberi kita rizki sesuai dengan nama-Nya ar-Raziq (Pemberi rezeki). Kita diberi kehidupan sesuai dengan nama-Nya al-Muhyi (Yang Menghidupkan). Dan masih banyak lagi nama-Nya yang berkaitan dengan keadaan makhluk.

Kemudian Syekh Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari menerangkan bahwa setiap nama yang menunjukkan eksistensi-Nya juga menunjukkan sifat-Nya. Jika kita mengatakan nama-Nya ar-Rahman (Maha Pengasih), maka sifat-Nya adalah kasih sayang. Jika kita mengatakan Dia adalah al-Khaliq, maka sifat-Nya adalah mencipta. Begitu pula dengan semua nama-Nya yang lain; masing-masing mengandung sifat yang agung.

Kemudian, Allah Swt. memperlihatkan Dzat-Nya kepada kita melalui sifat-Nya. Tidak mungkin sifat ada tanpa pemiliknya. Semua sifat mulia yang kita kenal, bahkan yang belum kita kenal, pemilik hakikinya adalah Allah Swt. Dia-lah Raja Diraja dan Penguasa alam semesta. Semua ketentuan dan ketetapan berada di tangan-Nya.

Perbedaan Dua Golongan

Syekh Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari dalam Al-Hikam menyampaikan bahwa jika Allah Swt. ingin menarik seseorang dari alam yang penuh debu ini ke hadirat-Nya, Dia akan menariknya untuk menyaksikan kesempurnaan Dzat-Nya. Kemudian, Dia mengembalikannya untuk menyaksikan sifat-Nya, lalu bergantung pada asma-Nya, dan akhirnya menyaksikan alam semesta-Nya. Urutannya adalah turun.

Sebaliknya, para salik memulai dari alam ciptaan untuk mengenal asma-Nya. Dari asma, mereka naik menuju sifat-Nya, lalu sampai kepada Dzat-Nya. Urutannya adalah mendaki.

Sikap yang Benar Terhadap Musibah

Kedua golongan ini bisa bertemu di tengah perjalanan. Misalnya, ketika orang-orang yang Allah tarik kepada-Nya turun dari sifat menuju asma, para salik sedang mendaki dari atsar menuju asma.

Siapa yang paling cepat sampai ke hadirat-Nya? Tentu orang-orang yang ditarik oleh-Nya. Namun, mereka jarang bisa memberikan manfaat kepada orang lain, karena mereka tidak memahami proses yang membuat mereka sampai begitu cepat. Sebaliknya, menurut Syekh Ibnu ‘Athaillah para salik memang lebih lambat, tetapi mereka mampu menjelaskan tahapan perjalanan kepada orang lain dan memberikan manfaat. Sebab, mereka merasakan setiap langkah yang mereka lalui.(St.Diyar)

Referensi : Atha’illah as-Sakandari, Kitab Al-Hikam (penerjemah : D.A. Pakih Sati)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement