SURAU.CO – Penaklukan Thabaristan merupakan babak panjang dalam sejarah ekspansi Islam. Wilayah pegunungan yang kini dikenal sebagai Mazandaran, Iran, terbukti sangat sulit ditaklukkan. Meskipun Sa’id bin Al-Ash berhasil merintis penaklukan di era Utsmaniyah, kendali penuh atas “negeri kapak” itu belum tercapai. Thabaristan kembali memberontak. Ini menuntut upaya militer baru di kemudian hari. Kisah ini berlanjut pada masa Kekhalifahan Umayyah, menunjukkan ketekunan dan strategi yang diperlukan untuk menyebarkan pengaruh Islam.
Kegagalan Sa’id bin Al-Ash dan Perubahan Kepemimpinan
Pada masa Khalifah Utsman bin Affan, Sa’id bin Al-Ash memimpin ekspedisi pertama ke Thabaristan. Ia berhasil menaklukkan beberapa bagian wilayah tersebut. Namun, kendali penuh atas seluruh Thabaristan tetap menjadi tantangan besar. Medan yang sulit dan perlawanan sengit penduduk lokal membuat Sa’id bin Al-Ash tidak dapat mengamankan wilayah itu sepenuhnya.
Maka dari itu, Khalifah Utsman membuat keputusan penting. Beliau mencopot Sa’id bin Al-Ash dari jabatannya sebagai gubernur Kufah. Sebagai gantinya, Utsman mengangkat Walid bin Uqbah. Pengangkatan ini menimbulkan beberapa perbedaan pendapat. Ali bin Abi Thalib, misalnya, kurang setuju dengan keputusan ini. Meskipun demikian, Khalifah Utsman tetap pada keputusannya. Perubahan kepemimpinan ini menunjukkan dinamika politik dan militer pada masa Kekhalifahan awal.
Kebangkitan Pemberontakan di Thabaristan
Setelah era Khalifah Utsman bin Affan, Thabaristan kembali menunjukkan sifat independennya. Wilayah ini tidak sepenuhnya tunduk pada Kekhalifahan. Penduduknya memiliki semangat perlawanan yang kuat. Mereka memanfaatkan topografi pegunungan untuk mempertahankan diri. Akibatnya, mereka sering memberontak terhadap pemerintahan Muslim.
Kaum Muslimin melihat pentingnya mengamankan wilayah ini secara permanen. Pengendalian Thabaristan akan memperkuat stabilitas dan pengaruh Kekhalifahan di wilayah Persia. Ini juga merupakan langkah strategis untuk mengamankan jalur perdagangan dan memperluas dakwah Islam. Oleh karena itu, di kemudian hari, Kekhalifahan Umayyah kembali menaruh perhatian besar pada Thabaristan.
Yazid bin Al-Muhallab: Sang Penakluk di Era Umayyah
Pada masa Kekhalifahan Yazid bin Abdul Malik (sekitar tahun 99 Hijriyah), Thabaristan kembali menjadi fokus perhatian. Khalifah menunjuk Yazid bin Al-Muhallab untuk memimpin ekspedisi penaklukan. Yazid bin Al-Muhallab adalah seorang gubernur yang cakap dan berpengalaman dalam urusan militer. Ia memiliki reputasi sebagai komandan yang berani dan strategis.
Yazid bin Al-Muhallab mengumpulkan pasukan yang sangat besar. Pasukannya terdiri dari prajurit-prajurit terbaik dari Irak, Syria, dan Khurasan. Ini menunjukkan keseriusan Kekhalifahan dalam menaklukkan Thabaristan. Kehadiran pasukan dari berbagai wilayah juga mencerminkan kekuatan dan jangkauan Kekhalifahan Umayyah. Mereka bertekad untuk menyelesaikan apa yang belum tuntas di era sebelumnya.
Pasukan Yazid bin Al-Muhallab memulai perjalanannya. Mereka menghadapi medan yang berat dan perlawanan yang gigih. Namun, mereka memiliki tekad yang kuat untuk mencapai tujuan.
Perang di Jurjan: Antara Perjanjian dan Pembantaian
Pasukan Yazid bin Al-Muhallab pertama kali menyerbu Jurjan. Kota ini merupakan pintu gerbang penting menuju Thabaristan. Masyarakat Jurjan, menyadari kekuatan pasukan Muslim, segera meminta perjanjian damai. Mereka menawarkan untuk membayar jizyah (pajak bagi non-Muslim yang dilindungi) sebagai imbalan perdamaian.
Yazid bin Al-Muhallab menerima tawaran ini. Ia menetapkan jizyah sebesar 200.000 dirham. Namun, beberapa riwayat sejarah mencatat cerita yang lebih kelam. Yazid dilaporkan menuntut jizyah hingga 1.000.000 dirham. Lebih jauh lagi, ia kemudian memerintahkan pembantaian besar-besaran terhadap 14.000 penduduk Jurjan. Ia memaksa sisanya untuk membayar jizyah. Kisah ini menunjukkan sisi brutal dari beberapa kampanye penaklukan di masa lalu.
Perang di Pegunungan Thabaristan: Strategi dan Keberanian
Setelah mengamankan Jurjan, Yazid bin Al-Muhallab memimpin pasukannya menuju wilayah pegunungan Thabaristan. Raja Thabaristan, Fara Khan, telah mengumpulkan seluruh pasukannya dari berbagai pelosok pegunungan. Ia bersiap menghadapi serbuan Muslim.
Pertempuran sengit pun pecah di ngarai-ngarai yang sempit. Pasukan Muslimin kalah jumlah dan menghadapi medan yang tidak menguntungkan. Meskipun demikian, Yazid bin Al-Muhallab menunjukkan keberanian dan taktik yang cerdik. Ia tidak gentar menghadapi kondisi sulit ini.
Yazid menerapkan strategi memecah belah dan menyerang dari berbagai sisi. Ia mengirim pasukan kecil untuk membuat jebakan di jalur pegunungan. Sementara itu, pasukan utama bergerak untuk menyerang pertahanan musuh dari arah yang tidak terduga. Strategi ini berhasil. Kaum Muslimin berhasil mengalahkan pasukan Fara Khan. Kemenangan besar pun diraih. Thabaristan akhirnya tunduk sepenuhnya di bawah kekuasaan Kekhalifahan Umayyah.
Dampak dan Signifikansi Penaklukan oleh Yazid
Penaklukan Thabaristan dan Jurjan oleh Yazid bin Al-Muhallab membawa dampak signifikan. Wilayah-wilayah ini secara resmi masuk ke dalam kendali Kekhalifahan Umayyah. Akibatnya, pengaruh politik dan ekonomi Kekhalifahan semakin meluas dan menguat di wilayah Persia utara.
Islam pun mulai menyebar lebih luas di Jurjan dan Thabaristan. Banyak penduduk setempat yang akhirnya memeluk Islam. Yazid bin Al-Muhallab menjadi terkenal karena keberanian dan kepiawaian militernya dalam menaklukkan wilayah yang sangat sulit ini. Keberhasilan ini juga menunjukkan kemampuan adaptasi militer Muslim terhadap berbagai kondisi geografis.
Hikmah dan Pelajaran Berharga dari Penaklukan Thabaristan (Bagian 2)
Peristiwa penaklukan Thabaristan yang kedua ini mengandung banyak hikmah dan pelajaran berharga bagi umat Muslim.
-
Pentignya Kepemimpinan dan Strategi: Penaklukan ini menunjukkan bahwa kepemimpinan yang kuat. Ditambah strategi yang matang, adalah kunci utama keberhasilan ekspansi.
-
Tantangan Geografis Bukan Halangan: Medan pegunungan yang sulit dan cuaca ekstrem tidak menghalangi kaum Muslimin. Mereka memiliki tekad untuk menyebarkan dakwah.
-
Keteguhan dan Ketahanan: Perjuangan untuk menaklukkan Thabaristan berlangsung lama. Ini membutuhkan keteguhan dan ketahanan dari para prajurit.
-
Sifat Dinamis Kekhalifahan: Sejarah menunjukkan Kekhalifahan memiliki kemampuan untuk bangkit kembali. Mereka mengatasi pemberontakan dan memperkuat kendali.
-
Pengorbanan dan Kesabaran: Kemenangan besar selalu datang dari pengorbanan besar. Diperlukan kesabaran dalam menghadapi rintangan.
Dengan demikian, kisah penaklukan Thabaristan ini menjadi bukti nyata kekuatan dan keuletan umat Islam dalam menyebarkan agama. Ini adalah bagian penting yang membentuk fondasi peradaban Islam.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
