Kalam
Beranda » Berita » Kitab Musthalah Tajwid: Gerbang Awal Fasih Membaca Al-Qur’an

Kitab Musthalah Tajwid: Gerbang Awal Fasih Membaca Al-Qur’an

SURAU.CO. Pendidikan di pesantren Jawa, khususnya wilayah Semarang, menempatkan ilmu tajwid pada posisi sangat terhormat. Para kiai tidak hanya mengajarkan cara membaca. Mereka menanamkan adab dalam menjaga kemurnian kalamullah. Santri pemula biasanya memulai perjalanan spiritual ini dengan sebuah kitab kecil. Kitab tersebut bernama Kitab Musthalah Tajwid.

Kitab tipis ini memegang peranan vital di ruang-ruang kelas sederhana pesantren. Ia menjadi jembatan penghubung bagi para penuntut ilmu. Santri belajar istilah dasar sebelum melangkah ke praktik tilawah yang benar. Meskipun bentuknya sederhana, kitab ini memiliki fondasi kokoh dalam tradisi qira’ah Nusantara.

Mengenal Sosok Pengarang dan Penyebar

KH. Abdullah Umar Al Hafidz adalah tokoh yang tidak asing bagi masyarakat Kota Semarang. Kiprahnya dalam memajukan peribadatan dan memberikan pendidikan dalam bidang keislaman gaungnya sampai ke beberapa daerah di Nusantara dan bahkan ke negara tetangga.

Ulama yang hidup sederhana ini semasa hidupnya lebih dari 50 tahun telah mengabdikan dirinya untuk menghidupkan dan memajukan peribadatan di Mesjid Besar Kauman Semarang. Karena itu kedekatan umat Islam Semarang, khususnya masyarakat Kampung (Kelurahan) Kauman dan sekitarnya serta kecintaan mereka terhadap mesjid tempat peribadatan mereka, dapat disaksikan dari banyaknya jumlah jemaah yang terpanggil untuk selalu datang ke mesjid dalam melaksanakan shalat lima waktu di Mesjid Besar Kauman Semarang hingga saat ini.

Sinergi Hukum dan Moralitas dalam Kitab Riyadus Shalihin: Membentuk Pribadi Muslim Utuh

Semua itu tidak bisa dipisahkan dari usaha dan ketekunan K.H. Abdullah Umar yang pada masa hidupnya secara rutin menyeru dan bahkan mencontohkan kedekatan dan kecintaannya terhadap mesjid. Bahkan K.H. Abdullah Umar yang bacaannya fasih dan hafal al Qur’an tersebut sampai pada akhir hayatnya selalu setia mengimami shalat lima waktu di Mesjid Besar Kauman.

Musthalah Tajwid: Struktur Ringkas Namun Padat Isi

Kitab Musthalah Tajwid memiliki fisik yang tipis. Tebalnya hanya berkisar antara 56 halaman dengan materi berbentuk nadzom atau syair berjumlah 147. Namun, ketipisan ini bukan sebuah kelemahan. Hal ini justru menjadi metode pengajaran yang efektif. Penulis menyajikan istilah kunci secara bertahap.

Santri belajar dari definisi paling dasar. Kemudian, mereka melangkah ke konsep menengah. Tahapan ini sangat penting sebelum mereka mempelajari kitab besar. Kitab lanjutan seperti Tuhfatul Athfal dan Jazariyyah membutuhkan dasar yang kuat dari sini.

Beberapa Pembahasan Inti dan Krusial:

  • Definisi Tajwid: Penulis menjelaskan arti tajwid secara bahasa dan istilah syar‘i. Santri juga belajar urgensi menjaga kesempurnaan bacaan.
  • Makharijul Huruf: Bab ini mengenalkan organ bicara manusia. Santri belajar sifat keluarnya huruf dari tenggorokan hingga bibir. Ini adalah fondasi penentu kualitas suara santri.
  • Sifatul Huruf: Santri mengenal karakter huruf seperti hams, jahr, syiddah, isti‘la’, dan istifal. Pengetahuan ini menghaluskan pendengaran dan pelafalan mereka.
  • Hukum Nun Mati dan Tanwin: Penjelasan rinci mengenai izhar, idgham, ikhfa, dan iqlab.
  • Hukum Mim Mati: Mencakup ikhfa syafawi, idgham mimi, dan izhar syafawi.
  • Ahkamul Madd: Pembahasan tentang jenis-jenis mad. Penulis juga menjelaskan panjang bacaan (qashr) dan alasan hukumnya.
  • Waqaf dan Ibtida’: Bagian ini mengajarkan cara berhenti dan memulai bacaan. Hal ini sesuai pesan Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Tartil bukan hanya memperindah huruf, tetapi juga mengetahui tempat berhenti.

Kitab ini lebih menyerupai glosarium ilmiah daripada buku pengantar panjang. Justru di situlah letak ke lebihannya. Santri pemula tidak akan merasa terbebani oleh detail teknis yang rumit dan mereka siap secara konseptual dengan cepat.

Jejak Sejarah dalam Tradisi Pesantren

Perjalanan kitab ini di Nusantara sangat lekat dengan sosok KH Abdullah Umar Semarang. Beliau menghidupkan teks kitab melalui metode sorogan dan tasmi’. Kitab ini tidak hanya menjadi teori di tangan beliau. Penjelasan lisan sang Kiai memperkaya naskah asli dan kemudian kitab kecil ini pun memperoleh dimensi kontekstual yang lebih hidup.

Menggali Makna Reformasi Birokrasi dan Semangat “Itqan” Demi Pelayanan Prima

Secara historiografi, kitab ini menjadi bukti nyata bahwa ada kesinambungan rantai ilmu dari ulama Hadramaut ke Jawa. Struktur istilahnya mengambil dasar dari karya ulama besar seperti Abu Amr ad-Dani. Hal ini meneguhkan posisi pesantren Nusantara. Lembaga pendidikan Islam di Indonesia terhubung erat dengan tradisi keilmuan global.

Kitab Musthalah Tajwid adalah karya kecil dengan dampak luar biasa. Ia memudahkan santri memahami istilah-istilah asing. Kitab ini menguatkan fondasi konsep mereka. Para santri menjadi lebih siap memasuki disiplin tajwid yang lebih teknis.

Di tangan pengajar mu mpuni seperti KH Abdullah Umar, kitab ini menjadi sangat berharga. Ia bukan sekadar teks mati tetapi menjadi bagian dari tradisi penghormatan terhadap al-Qur’an. Bagi siapa pun yang ingin belajar tajwid secara tertib, kitab ini adalah pilihan tepat. Mulailah perjalanan fasih membaca Al-Qur’an dari lembaran tipis yang penuh berkah ini.(kareemustofa)

Menjaga Kehormatan Publik: Pelajaran Penting bagi Pejabat Negara

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement