Khazanah
Beranda » Berita » Ketika Dunia Dikejar dan Allah Dilupakan: Pesan Al-Hikam bagi Hamba

Ketika Dunia Dikejar dan Allah Dilupakan: Pesan Al-Hikam bagi Hamba

Ilustrasi hamba yang tenggelam dalam doa kepada Allah.
Ilustrasi hamba yang tenggelam dalam doa kepada Allah.

SURAU.CO-Syekh Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari  dalam Al-Hikam mengingatkan kita:

 “Salah satu tanda bahwa kita belum bertemu dengan Allah Swt. adalah adanya keinginan kita menjadikan selain Allah Swt. juga kekal. Sedangkan tanda bahwa kita belum sampai kepada-Nya adalah adanya ketakutan kita bila kehilangan sesuatu selain-Nya.

Tanda Hamba yang Belum Mengenal Sifat Allah

Salah satu tanda bahwa kita belum mengenal sifat-sifat Allah Swt. yang terdapat di alam semesta ini adalah bila dalam diri kita terdapat keinginan untuk mengekalkan sesuatu yang Allah Swt. berikan kepada kita. Misalnya, kita mengharapkan kekalnya rezeki, cahaya, kehidupan, dan lain sebagainya. Semua itu menunjukkan bahwa kita belum bertemu dengan-Nya.

Akibatnya, kita hanya dapat memperhatikan bulan, tetapi tidak mampu merenungi kekuasaan-Nya di balik itu. Kita hanya bisa menyaksikan bintang-bintang dan berdecak kagum tanpa memahami risalah agung yang tersirat di baliknya. Dan, banyak lagi makhluk lainnya yang kita abaikan, tanpa ada usaha untuk memperhatikan petunjuk yang tersirat di baliknya.

Selain itu, jikalau kita merasa takut kehilangan sesuatu selain Allah Swt., maka itu adalah bukti bahwa kita belum sampai kepada-Nya. Misalnya, kita takut kehilangan istri, ayah, ibu, dan seluruh keluarga. Jikalau kita telah sampai kepada-Nya, maka kita akan merasa cukup dengan-Nya. Jikalau kita mencintai mereka, maka itu hanya sekadarnya saja. Cinta sejati kita hanyalah bagi-Nya.

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Ibarat rasa cinta yang bersarang di hati sepasang kekasih. Mereka akan lupa segala sesuatu saat bersama dengan kekasih mereka. Mereka rela meninggalkan ayah, ibu, dan saudara-saudara mereka yang lain demi bersama sang kekasih. Begitulah kira-kira perumpamaan kecil rasa cinta kepada Allah Swt. Dan, Allah Swt. Maha Mulia dari contoh kecil seperti ini.

Intinya, jadikanlah Allah Swt. sebagai tujuan hidup kita. Jikalau kita ingin mencintai, maka tujukanlah rasa ini kepada-Nya semata. Jikalau kita ingin meminta, maka mintalah kepada-Nya saja. Kekuasaan dan keabadian yang hakiki itu hanya ada di tangan-Nya. Kita tidak akan pernah mendapatkan semua itu pada yang lain-Nya.

Nikmat dan Siksaan

Syekh Ibnu ‘Athaillah menjelaskan:

“Walaupun nikmat itu bentuknya bermacam-macam, akan tetapi semua itu ada karena untuk menyaksikan dan dekat dengan Allah Swt. Dan, walaupun azab itu bentuknya bermacam-macam, akan tetapi semua itu ada karena hijab-Nya. Sebab, azab adalah adanya hijab. Dan, nikmat itu hanya ada dengan melihat wajah-Nya yang mulia.”

Kita akan menyaksikan berbagai kenikmatan kelak di surga Allah Swt., mulai dari makanan yang lezat, minuman yang akan menghilangkan dahaga selamanya, bidadari yang cantik jelita, canda-tawa yang tiada henti, kebahagiaan tiada akhir, dan lain sebagainya. Akan tetapi, ketahuilah bahwa nikmat paling besar yang akan kita dapatkan adalah ketika kita bisa menyaksikan wajah-Nya yang mulia. Waktu itu, kita akan terpana menyaksikan kebesaran-Nya. Selain bisa melihat-Nya, kita juga akan merasakan kenikmatan lainnya, yaitu selalu dekat di sisi-Nya. Kita bisa mengadukan apa pun yang kita inginkan kepada-Nya. Dan, kita akan langsung mendapatkannya tanpa perlu menunggu lama. Itulah nikmat Allah Swt. di akhirat kelak.

Sikap yang Benar Terhadap Musibah

Namun, jikalau di akhirat kelak sempat kita singgah di neraka-Nya, maka kita akan menyaksikan berbagai jenis siksaan, mulai dari kalajengking, ular, setrika panas, gunting, palu, dan lain sebagainya. Sumber atau penyebab dari semua siksaan itu hanya satu, yaitu karena hati kita terhijab dari cahaya-Nya. Sehingga, kita tidak mendapatkan hidayah untuk menjalankan perintah-perintah-Nya, bahkan kita justru menuruti ajakan setan untuk melakukan kemaksiatan kepada-Nya. Jikalau saat ini kita merasakan hijab tersebut, maka bersegeralah kembali kepada-Nya. Hanya itulah cara satu-satunya agar kita bisa membebaskan diri dari jerat Jahanam.(St.Diyar)

Referensi : Atha’illah as-Sakandari, Kitab Al-Hikam (penerjemah : D.A. Pakih Sati)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement