SURAU.CO-Syekh Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari dalam Al-Hikam menyatakan :
“Hak-hak yang dikerjakan dalam berbagai waktu masih dapat ditunaikan di lain waktu. Akan tetapi, hak-hak waktu itu sendiri tidak mungkin ditunda pada waktu yang lain. Tidaklah suatu waktu menghampiri, kecuali Allah Swt. memiliki hak baru dan perkara yang agung terhadap diri kita. Maka, bagaimana mungkin kita menunaikan hak selain-Nya pada waktu itu, namun tidak menunaikan hak-Nya?”
Kewajiban Hamba yang Telah Allah Tetapkan
Allah Swt. menetapkan berbagai kewajiban kepada kita dengan waktu-waktu yang sudah ditentukan. Jikalau kita tidak sempat mengerjakannya, maka kita bisa menggantinya pada waktu yang lain. Misalnya, kita seorang perempuan. Kemudian, kita mengalami haid pada bulan Ramadan sehingga tidak bisa berpuasa selama beberapa hari. Maka, Allah Swt. memberikan kemudahan kepada kita. Sehingga, kita bisa mengerjakannya pada waktu-waktu lainnya di luar bulan Ramadan. Itulah kemudahan dari Allah Swt. yang harus kita syukuri. Dan, masih banyak lagi ibadah sejenisnya yang bisa kita qadha’ (ganti).
Namun, perlu kita ingat bahwa kita tidak akan pernah mampu meng-qadha*’ waktu itu sendiri. Waktu yang telah berlalu tidak akan pernah kembali lagi. Baik kita beramal di dalamnya maupun tidak, maka waktu akan tetap meninggalkan kita.
Setiap detik yang kita lalui, Allah Swt. menetapkan kewajiban baru kepada kita, terutama kewajiban bersyukur. Bukankah Dia masih memberikan kepada kita nikmat kehidupan? Sehingga, kita masih bisa bekerja dan berangan-angan. Kalau saja pada detik itu kita Dia takdirkan meninggal, maka kita tidak akan pernah mampu menundanya. Intinya, manfaatkanlah waktu yang Allah Swt. berikan kepada kita dengan sebaik-baiknya. Isilah waktu tersebut dengan ketaatan, dan jauhilah segala kemaksiatan.
Kadang kala, kita justru mendahulukan kepentingan makhluk daripada kepentingan-Nya. Misalnya, ketika azan berkumandang, dan pada saat bersamaan kita sedang menghadapi klien bisnis atau tamu penting lainnya, maka kita mendahulukannya daripada menjawab seruan-Nya. Ini adalah bentuk kelalaian besar. Bagaimana mungkin kita melalaikan hak-Nya yang memberikan kita waktu dan kehidupan, demi kepentingan makhluk yang juga berada di bawah kuasa-Nya dan bisa Dia hancurkan kapan saja? Renungkanlah!
Hargailah Usia Kita
Syekh Ibnu ‘Athaillah mengajarkan:
“Usia kita yang telah berlalu tidak mungkin tergantikan. Dan sesuatu yang kita dapatkan darinya tidak ternilai harganya.”
Usia itu tidak ternilai harganya. Jikalau kita melewatinya dengan maksiat dan kemungkaran, maka kita akan menyesalinya di akhirat kelak. Ketika Dijeburkan ke neraka, kita akan memohon kepada Allah Swt. untuk Dikembalikan ke dunia sehingga kita bisa memanfaatkan setiap waktu yang Dia anugerahkan kepada kita. Tetapi, semua itu sia-sia belaka. Sebab, dunia sudah Digulung dan Dihancurkan.
Namun, jikalau kita pintar memanfaatkan waktu dengan baik, maka kita akan menikmati hasilnya di akhirat kelak. Sesuatu yang kita rindukan selama di dunia, akan kita dapatkan versi terbaiknya di surga. Jikalau kita menahan diri untuk tidak bercanda secara berlebihan selama di dunia, dan lebih banyak menggunakan waktu untuk beribadah, maka kita akan diberikan balasan yang layak dan ganjaran yang setimpal di sana.
Mulai sekarang dan detik ini juga, manfaatkanlah usia kita sebaik-baiknya. Jangan kita melalaikan dan menyia-nyiakan umur dalam kemaksiatan. Isilah selalu usia kita dengan ketaatan. Setiap perbuatan kita niatkan untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Penyesalan itu selalu berada di akhir peristiwa. Jadikanlah sejarah orang-orang terdahulu sebagai pelajaran.(St.Diyar)
Referensi : Atha’illah as-Sakandari, Kitab Al-Hikam (penerjemah : D.A. Pakih Sati)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
