Khazanah
Beranda » Berita » Cahaya yang Enggan Singgah: Renungan Al-Hikam tentang Hati yang Dipenuhi Dunia

Cahaya yang Enggan Singgah: Renungan Al-Hikam tentang Hati yang Dipenuhi Dunia

Ilustrasi seorang hamba yang bersujud pada pencipta.
Ilustrasi seorang hamba yang bersujud pada pencipta.

SURAU.CO-Syekh Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari  dalam Al-Hikam menyatakan :

“Bisa jadi, cahaya akan menghampiri kita, kemudian mendapati hati kita dipenuhi gambaran-gambaran makhluk, sehingga cahaya tersebut kembali ke tempat asalnya.”

Kita tidak mengetahui kapan Allah Swt. akan menurunkan cahaya-Nya ke dalam hati kita. Bisa jadi, ketika Dia menurunkannya, hati kita sedang dipenuhi oleh gambaran-gambaran dunia dengan segala kenikmatannya. Sehingga, cahaya tersebut kembali lagi kepada Pemiliknya. Alangkah meruginya kita, jikalau kita termasuk golongan ini.

Cahaya itu adalah hadiah dari ar-Rahman. Tidak ada seorang muslim pun yang tidak menginginkannya. Jikalau kita memperhatikan literatur sejarah para ulama dan Sufi, maka kita akan mendapati betapa banyak di antara mereka yang menghabiskan hari mereka dengan ibadah dan amalan, namun cahaya itu tak kunjung menghampiri hati mereka. Tetapi, bagaimana jika kita justru mengalami keadaan yang sebaliknya; ketika cahaya itu menghampiri kita, malah kita berada dalam keadaan yang tidak selayaknya?

Oleh karena itu, bersihkanlah hati kita dari bayang-bayang dunia. Sehingga, ketika cahaya itu menghampiri kita, maka kita berada dalam kondisi yang siap siaga. Jikalau selama ini kita rela melakukan apa pun demi mendapatkan hadiah dari para makhluk, padahal nilainya tidak seberapa, maka lakukanlah yang lebih baik lagi demi mendapatkan hadiah dari ar-Rahman, yaitu cahaya-Nya. Caranya, siapkanlah hati kita untuk menerimanya, dan rajinlah mendekatkan diri kepada-Nya.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Allah Akan Mengisi Hati Kita

Syekh Ibnu ‘Athaillah menyatakan:

“Bersihkan hati kita dari debu-debu, maka Allah Swt. akan memenuhinya dengan makrifat dan rahasia.”

Hati adalah tempat bermukim bagi cahaya. Oleh karena itu, janganlah kita membiarkannya dipenuhi oleh debu dan kotoran maksiat. Bersihkanlah kotoran hati kita agar cahayanya bersinar terang dan menunjuki kita menuju jalan kebenaran.

Ketika kita telah membersihkan dan mengosongkan hati dari segala kotoran, maka Allah Swt. akan memenuhinya dengan makrifat dan rahasia. Jikalau kita telah berada dalam tingkatan ini, maka kita akan mampu melihat perkara gaib yang berada di balik sebuah peristiwa nyata.

Cobalah kita perhatikan para waliyullah dan orang-orang saleh. Mereka sangat arif dalam menyikapi apa pun yang dihadapi. Seolah-olah, rasa risau dan gelisah itu sudah mati di hadapan mereka. Semua ini tidak akan terjadi, kecuali cahaya makrifat dan rahasia-Nya telah menutupi hati mereka, sehingga teranglah jalan kebenaran di hati mereka. Hati yang dipenuhi makrifat akan selalu bahagia, walaupun pemiliknya hidup dalam keadaan miskin dan papa. Ingatlah, kebahagiaan hakiki berada di dalam hati.

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Salahkan Diri Kita Bila Karunia Datang Terlambat

Syekh Ibnu ‘Athaillah mengajarkan:

“Janganlah kita menganggap lambat turunnya pemberian Allah Swt. Akan tetapi, diri kita yang terlambat menghadap-Nya.”

Jikalau kita belum mendapatkan sesuatu yang kita inginkan pada saat sekarang, maka janganlah kita menyangka bahwa Allah Swt. lambat menurunkan pemberian-Nya. Dia adalah Zat Yang Maha Kuasa. Dia berhak memberikan apa pun yang Dia inginkan kepada siapa pun dan pada waktu yang Dia tentukan.

Jangan kita pernah berharap bahwa kita mampu memaksa-Nya untuk menurunkan nikmat-Nya kepada kita sebelum waktunya. Tidak, kita tidak akan mampu melakukannya. Bahkan, jikalau Dia mau, maka Dia bisa mengubah sesuatu yang Dia tetapkan kepada kita sebelumnya.

Jikalau kita ingin menyalahkan, maka salahkanlah diri kita sendiri. Kita malas menghampiri-Nya dan tidak mau menunaikan hak-hak rububiyah-Nya. Kita hanya mau menuntut, namun lalai menjalankan kewajiban. Jikalau kita ingin mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, maka dekatilah diri-Nya terlebih dahulu. Jalankanlah semua perintah-Nya dan jauhi semua larangan-Nya. Pada saatnya, Dia akan memberikan yang terbaik buat kita.(St.Diyar)

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Referensi : Atha’illah as-Sakandari, Kitab Al-Hikam (penerjemah : D.A. Pakih Sati)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement