Khazanah
Beranda » Berita » Kalahkan Nafsu Menunda: Pelajaran Besar dari Al-Hikam

Kalahkan Nafsu Menunda: Pelajaran Besar dari Al-Hikam

Ilustrasi seorang muslim yang mendirikan salat malam.
Ilustrasi seorang muslim yang mendirikan salat malam.

SURAU.CO-Syekh Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari  dalam Al-Hikam menjelaskan :

“Allah Swt. membatasi ketaatan dengan waktu agar sikap suka menunda-nunda tidak menghalangi kita. Dan, Dia melapangkan waktu untuk kita agar kita memiliki waktu untuk memilih.”

Syekh Ibnu ‘Athaillah menjelaskan bahwa Allah Swt. telah menentukan waktu-waktu ibadah yang spesifik. Misalnya, salat yang harus kita kerjakan lima kali dalam sehari, puasa yang harus kita kerjakan ketika bulan Ramadan, haji yang harus kita kerjakan di bulan Zulhijah jikalau kita mampu, zakat harta yang harus kita keluarkan jikalau mencapai ketentuannya, serta zakat fitrah yang harus kita tunaikan pada bulan Ramadan, dan lain sebagainya. Semua itu bertujuan agar kita tidak melalaikannya .

Sebagaimana kita ketahui, bahwa dalam diri manusia itu ada sifat suka menunda-nunda. Saat harta telah mencapai ketentuan yang mengharuskan kita mengeluarkan zakatnya, maka nafsu akan mendorongnya untuk menunda-nunda pembayaran dengan berbagai alasan. Misalnya, nafsu akan mendorong pemiliknya membeli kebutuhan ini dan itu, atau membeli sesuatu dengan cara kredit. Semua itu adalah dorongan nafsu yang dikendalikan oleh setan agar seseorang tidak menjalankan kewajibannya, yaitu membayar zakat. Oleh karena itu, Allah Swt. menetapkan waktu dan batasan zakat agar kita bersegera membayarkannya. Artinya, harta itu telah ditentukan kadar dan waktunya yang mengharuskan pemiliknya wajib mengeluarkan zakat.

Di sisi lain, Allah Swt. juga melapangkan waktu mengerjakan ibadah agar kita bisa memilih saat yang tepat dan mengerjakannya dengan penuh keikhlasan. Lihatlah, misalnya salat Zuhur. Waktunya membentang antara waktu Zuhur sampai Asar. Jikalau kita mengerjakannya di antara jangka waktu itu, artinya kita menunaikan kewajiban dan tidak ada lagi beban di pundak kita. Itulah kemudahan yang Allah Swt. berikan kepada kita. Jikalau kita masih ingkar dan tidak mau menjalankan perintah-Nya, maka kita benar-benar tidak bersyukur dan layak menempati neraka-Nya.

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Kewajiban sebagai Rantai Penarik Menuju Surga

Syekh Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari menyatakan:

“Allah Swt. mengetahui para hamba yang kurang semangat dalam bermuamalah dengan-Nya. Sehingga, Dia mewajibkan mereka menaati-Nya, kemudian menarik mereka dengan rantai kewajiban. Tuhanmu takjub terhadap kaum yang digiring menuju surga dengan rantai itu.”

Allah Swt. Maha Mengetahui para hamba-Nya yang sering hanyut dalam rayuan nafsu. Sehingga, mereka bermalas-malasan dalam menjalankan ketaatan kepada-Nya. Padahal, ibadah adalah konsekuensi yang harus kita jalankan sebagai bukti ubudiyah kita kepada Sang Khaliq. Selain itu, ibadah merupakan bentuk ketundukan diri terhadap sifat rububiyah-Nya.

Nafsu memang tidak akan membiarkan seorang mukmin berada di jalan ketaatan, sehingga terjadi pertarungan sengit di dalam jiwa. Karena itu, iman itu terkadang naik dan turun. Jikalau nafsu itu tidak kita tekan, maka ia akan selalu menang. Sehingga, Allah Swt. mewajibkan berbagai ibadah agar kita mampu melawan hawa nafsu yang ada di dalam diri kita dan membebaskan diri dari belenggunya. Barang siapa yang menjalankan ibadah, maka ia berhak mendapatkan kebahagiaan, baik di dunia maupun akhirat kelak. Dan, barang siapa yang melanggarnya, maka neraka siap menantinya dan menghanguskan tubuhnya.

Oleh karena itu, bersegeralah menjalani semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Yakinilah, jikalau kita melakukannya dengan sungguh-sungguh, maka kita akan mendapatkan kemenangan yang sesungguhnya. Ingatlah, kita tidak akan mampu menundukkan nafsu, kecuali dengan menekannya melalui berbagai ketaatan.

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Pada hari kiamat kelak, Allah Swt. akan takjub terhadap para hamba-Nya yang digiring ke surga dengan rantai-rantai ketaatan yang membelenggu leher mereka . Perhatikanlah kasih sayang-Nya dalam bentuk ancaman sehingga menyebabkan kita memasuki surga-Nya. Dengan adanya ancaman itu, mau atau tidak mau, kita harus menjalankan semua perintah-Nya.(St.Diyar)

Referensi : Atha’illah as-Sakandari, Kitab Al-Hikam (penerjemah : D.A. Pakih Sati)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement