SURAU.CO. Manhaj Salaf dalam akidah adalah metode Islam yang berfokus pada keyakinan berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW yang dipahami sesuai pemahaman para sahabat (Salafush Shalih). Metode ini mengutamakan ketundukan pada wahyu, menjauhkan diri dari hawa nafsu dan perdebatan yang tidak perlu, serta menjunjung tinggi akidah generasi awal Islam sebagai pedoman utama.
Umat Muslim mengambil akidah hanya dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. Mereka tidak mengambil akidah dari akal manusia atau filsafat. Muslim memahami Al-Qur’an dan Sunnah berdasarkan pemahaman para sahabat (salafus shalih). Mereka mengikuti pemahaman salafus shalih dalam beragama. Muslim harus berserah diri (taslim) pada apa yang wahyu bawa.
Mereka menerima ajaran wahyu tanpa penolakan. Umat Muslim tidak menolak wahyu dengan akal mereka. Mereka tidak memperdebatkan hal-hal gaib yang akal tidak jangkau. Akal manusia memiliki keterbatasan dalam memahami hal-hal gaib. Wahyu Allah membimbing manusia dalam perkara keyakinan.
Umat Islam menggunakan hadits shahih (baik mutawatir maupun ahad) sebagai hujjah dalam masalah akidah. Para ulama mengumpulkan ayat dan hadits-hadits yang saling berkaitan dalam satu masalah. Tindakan ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif. Manhaj salaf secara tegas menolak pemikiran yang menyimpang dari ajaran Nabi. Mereka juga menolak amalan yang menyimpang dari ajaran Nabi. Penolakan ini mencakup ilmu kalam.
Penolakan ini juga mencakup filsafat. Penganut manhaj ini menunjukkan keteguhan di atas kebenaran. Mereka tidak mudah goyah oleh keraguan atau tantangan. Penganut manhaj salaf bersikap moderat di antara kelompok yang berlebihan atau terlalu meremehkan.
Inti Manhaj Salaf dalam Akidah:
- Sumber utama: Mengambil akidah hanya dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW, serta memahami keduanya sesuai dengan pemahaman Salafush Shalih (generasi sahabat, tabiin, dan tabiin tabiin).
- Tunduk pada wahyu: Senantiasa bersikap taslim (tunduk) kepada nash-nash Al-Qur’an dan Hadits, terutama dalam urusan-urusan gaib, dan tidak membantahnya dengan akal semata.
- Menjauhi penyimpangan: Menghindari akal, pikiran, perasaan, dan emosi sebagai sumber utama akidah. Juga menjauhi sikap ekstrem (berlebih-lebihan) atau ekstrem (meremehkan) yang menyimpang dari ajaran agama.
- Menyatukan nash: Menggabungkan nash-nash (ayat Al-Qur’an dan Hadits) yang berkaitan dalam satu permasalahan untuk mendapatkan pemahaman yang utuh, bukan mengambil potongan-potongan ayat secara terpisah.
- Menjaga kesederhanaan: Menekankan bahwa akidah yang dibawa oleh wahyu sudah sempurna dan tidak perlu ditambah atau dikurangi, sehingga penganutnya tidak memberatkan diri dengan bid’ah atau hal-hal baru yang tidak diajarkan.
- Tawakal: Berserah diri dan bertawakal kepada Allah dalam memahami dan mengamalkan akidah, serta senantiasa memohon pertolongan dan keteguhan dari-Nya.
Contoh dalam akidah:
- Keimanan terhadap qadha’ dan qadar: Mengimani bahwa Allah menciptakan segala sesuatu termasuk perbuatan hamba, serta meyakini adanya kehendak dan takdir Allah, tanpa terjatuh pada syirik (menetapkan pencipta selain Allah) seperti yang terjadi pada kelompok Qadariyah atau taklid buta (tanpa kehendak) seperti yang terjadi pada kelompok Jabariyah.
- Keyakinan pada hari kiamat: Mempercayai semua tanda-tanda kiamat yang dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Sunnah, tanpa menyimpang dari pemahaman salaf seperti yang dilakukan beberapa kelompok lain yang menafsirkan tanda-tanda kiamat secara berbeda.
- Konsep “Tengah-tengah”: Mengambil sikap tengah-tengah, tidak berlebihan dalam beragama, tetapi juga tidak meremehkan, serta tetap teguh di atas kebenaran yang diajarkan oleh Al-Qur’an dan Sunnah.
Prinsip-prinsip filosofi manhaj salaf dalam akidah
Filosofi manhaj salaf menekankan berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Manhaj ini menggunakan pemahaman generasi awal Islam (salafus shalih) sebagai sumber utama akidah. Umat Islam menyerahkan diri sepenuhnya kepada wahyu Allah. Mereka tidak menggunakan akal untuk membantah perkara gaib. Penganut manhaj ini secara aktif menjauhi ilmu kalam dan filsafat. Mereka juga menolak segala bentuk takwil yang menyimpang dari nash. Manhaj salaf menekankan jalan pertengahan dalam beragama. Jalan pertengahan ini menjauhi sikap berlebihan atau meremehkan ajaran agama. Para pengikut mengutamakan pemahaman tekstual yang jelas. Pemahaman tekstual tersebut menjaga esensi ajaran Islam tanpa menguranginya.
- Sumber utama: Hanya merujuk pada Al-Qur’an dan Sunnah, yang dipahami sesuai dengan pemahaman para sahabat Nabi dan generasi salafush shalih.
- Tunduk pada wahyu: Menerima dan patuh pada semua ajaran wahyu tanpa menyanggah dengan akal, terutama dalam hal-hal gaib.
- Menolak pendekatan lain: Menolak penggunaan ilmu kalam (filsafat teologis) dan filsafat karena dianggap dapat menyesatkan akidah.
- Penolakan takwil: Menolak segala bentuk takwil atau penafsiran yang tidak sesuai dengan ajaran yang jelas dan tekstual dari Al-Qur’an dan Sunnah.
- Mengikuti jejak salaf: Menjadikan para sahabat Nabi Muhammad SAW sebagai teladan karena mereka adalah generasi yang paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, dan paling lurus petunjuknya.
- Keseimbangan: Berjalan di jalan pertengahan, menjauhi sikap ekstrem, baik yang terlalu berlebihan maupun yang terlalu meremehkan.
- Menyatukan dalil: Mengumpulkan dan memahami ayat-ayat serta hadis yang saling berkaitan dalam satu permasalahan akidah.
Tujuan utama manhaj salaf
Manhaj salaf bertujuan mencapai kesalehan akidah yang murni. Penganut manhaj salaf berpegang teguh pada ajaran Islam yang asli. Mereka memahami Al-Qur’an dan Sunnah sesuai dengan pemahaman para sahabat. Mereka juga mengikuti pemahaman para tabi’in dalam berakidah. Pemahaman tabi’ut tabi’in menjadi panduan penting bagi mereka. Mereka berusaha menjaga kemurnian akidah dari segala bentuk kesesatan. Manhaj salaf membantu individu meraih kebahagiaan di dunia. Manhaj ini juga menuntun pada kebahagiaan di akhirat. Tujuannya yang utama adalah mendapatkan keridhaan Allah SWT. Pada akhirnya, penganut manhaj salaf berharap meraih surga.
- Menjaga kemurnian akidah: Membatasi rujukan akidah hanya pada Al-Qur’an dan Sunnah yang dipahami berdasarkan pemahaman salafus shalih.
- Menghindari kesesatan: Menjaga diri dari pemahaman yang menyimpang, yang lahir dari penolakan akal terhadap wahyu, penyimpangan hawa nafsu, atau takwil yang tidak sesuai dengan tuntunan para salaf.
- Mencapai keselamatan dan kebahagiaan: Meraih jalan keselamatan di dunia dan akhirat, serta mendapatkan kebahagiaan tertinggi di surga.
- Mendapatkan keridhaan Allah: Berpegang teguh pada manhaj salaf adalah cara untuk meraih keridhaan Allah dan ridha-Nya.
- Menggapai taufik: Mendapatkan taufik dari Allah adalah kunci untuk segala kebaikan.
- Membangun akidah yang kokoh: Membangun keyakinan yang teguh dan tidak goyah karena hawa nafsu, dengan selalu berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah.
- Menjauhi perdebatan: Menghindari perdebatan yang tidak perlu dalam urusan-urusan gaib yang tidak dapat dijangkau oleh akal.
Kesimpulan
Umat Islam menjadikan Al-Qur’an dan Sunnah sebagai satu-satunya sumber rujukan akidah. Mereka memahami sumber rujukan tersebut sebagaimana generasi sahabat, tabi’in, dan tabi’ut tabi’in memahaminya. Manhaj salaf menekankan ketundukan mutlak pada wahyu Allah. Para pengikut manhaj ini secara tegas menolak takwil akal yang bertentangan dengan nash (teks wahyu). Mereka mengikuti pemahaman yang benar dari para salafus shalih. Pendekatan ini bertujuan untuk menjaga kemurnian akidah Islam. Manhaj salaf menghindari segala bentuk penyimpangan dari jalan yang lurus. Generasi awal umat Islam (salaf) memberikan teladan dalam berakidah yang murni. Seorang Muslim mengamalkan prinsip-prinsip ini dalam keyakinannya. Keyakinan yang murni membimbing umat menuju keselamatan abadi. (mengutip dari berbagai sumber)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
