SURAU.CO – Mustafa Kemal Atatürk adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah modern Turki dan dunia Islam. Namanya selalu muncul ketika berbicara tentang modernisasi, sekularisme, nasionalisme, serta transformasi sosial-politik di kawasan Timur Tengah. Meski sebagian kalangan memandang Atatürk sebagai pahlawan reformis yang membawa Turki memasuki era modern, sebagian lainnya melihatnya sebagai tokoh kontroversial yang dianggap mengikis identitas Islam dalam ruang publik Turki. Terlepas dari perbedaan sudut pandang tersebut, pengaruhnya terhadap perkembangan ide-ide Islam modern, hubungan agama–negara, dan proses modernisasi dalam dunia Muslim tidak dapat terabaikan.
Latar Sejarah: Runtuhnya Kekhalifahan Utsmaniyah
Sebelum memahami gagasan Atatürk, perlu melihat situasi geopolitik yang mendahuluinya. Kekhalifahan Utsmaniyah, yang menjadi simbol kekuasaan Islam selama ratusan tahun, mengalami kemunduran panjang pada abad ke-18 dan ke-19. Kemunduran ekonomi, kekalahan militer, tekanan kekuatan Barat, serta ketidakmampuan elite kerajaan untuk melakukan modernisasi membuat kesultanan semakin rapuh.
Perang Dunia I menjadi titik akhir. Kekalahan Utsmaniyah menyebabkan sebagian wilayahnya menjadi kekuasaan negara-negara Barat. Pada situasi kacau inilah Mustafa Kemal muncul sebagai figur perlawanan. Kepiawaiannya sebagai komandan militer menjadikannya pahlawan dalam Perang Gallipoli. Setelah perang, ia memimpin gerakan nasional untuk mempertahankan anatolia dari pendudukan asing, yang kemudian kita kenal sebagai “Perang Kemerdekaan Turki”.
Kemenangan itu tidak hanya menyelamatkan wilayah sisa Utsmaniyah, tetapi juga membuka jalan bagi Atatürk untuk membentuk negara baru — Republik Turki — pada tahun 1923.
Ataturk dan Agenda Modernisasi
Setelah berdirinya Republik Turki, Atatürk meluncurkan program modernisasi besar-besaran dengan tujuan membentuk negara yang kuat, rasional, dan lebih setara dengan negara modern di Eropa. Modernisasi tersebut meliputi berbagai sektor:
1. Reformasi Politik
Atatürk mengganti sistem pemerintahan monarki absolut menjadi republik demokratis. Majelis Nasional Turki mendapat kekuasaan legislatif penuh. Sultan terhapus pada 1922, dan jabatan khalifah terhapus pada 1924.
Penghapusan jabatan khalifah merupakan langkah sangat dramatis, karena Turki menjadi negara pertama dalam sejarah Islam yang secara resmi meniadakan simbol politik tertinggi umat Islam.
2. Reformasi Hukum
Atatürk mengganti sistem hukum Islam (syariah) dengan sistem hukum sipil berdasarkan model Swiss, hukum pidana model Italia, dan hukum dagang model Jerman. Pengadilan syariah dibubarkan dan digantikan oleh pengadilan sipil.
Reformasi ini menandakan pemisahan agama dari kontrol negara, sekaligus menegaskan visi negara sekuler.
3. Reformasi Sosial dan Budaya
Beberapa kebijakan yang terkenal adalah:
- Penggantian huruf Arab ke huruf Latin (1928)
- Larangan penggunaan fezzes atau pakaian tradisional, dan dorongan untuk memakai pakaian Barat
- Kesetaraan gender, termasuk hak pilih bagi perempuan (1930-an)
- Penguatan pendidikan sekuler dan penghapusan madrasah yang tidak mengikuti standar modern
Reformasi sosial inilah yang paling memengaruhi kehidupan masyarakat sehari-hari.
4. Reformasi Ekonomi
Atatürk menekankan industrialisasi, pembangunan infrastruktur, dan pengembangan sektor manufaktur untuk mengurangi ketergantungan ekonomi pada Barat.
Pandangan Ataturk tentang Islam
Atatürk tidak pernah menyatakan ia anti-Islam atau ingin menghapus agama. Sebaliknya, ia memandang Islam sebagai agama yang mulia dan memiliki nilai moral universal. Namun ia mengkritik keras apa yang ia sebut sebagai “penafsiran tradisional” yang menurutnya menghambat perkembangan dunia Muslim.
Dalam banyak pidatonya, Atatürk menegaskan bahwa:
- Agama harus menjadi urusan pribadi antara manusia dan Tuhannya.
- Negara modern harus dipimpin oleh rasionalitas, bukan dogma.
- Pemimpin agama tidak boleh mengendalikan politik.
Bagi Atatürk, stagnasi pemikiran, pembekuan ijtihad, serta dominasi tradisi yang tidak relevan dengan zaman modern telah menyebabkan kemunduran dunia Islam. Ia percaya bahwa umat Islam dapat maju bila berani menafsirkan ajaran Islam secara progresif dan ilmiah.
Dampak Reformasi Atatürk terhadap Islam Modern
1. Munculnya Model Negara Sekuler dalam Dunia Muslim
Turki menjadi negara Muslim pertama yang menerapkan sekularisme secara formal. Model ini kemudian menginspirasi negara lain seperti Tunisia, sebagian Mesir pada era Nasser, dan Pakistan pada masa awal berdirinya sebelum Islamisasi ulang di era berikutnya.
Meski tidak semua negara meniru sepenuhnya, Turki tetap menjadi contoh bagaimana negara Muslim dapat memisahkan agama dari struktur kekuasaan.
2. Kebangkitan Pemikiran Islam Progresif
Reformasi Atatürk mendorong munculnya debat besar tentang bagaimana Islam beradaptasi dengan modernitas:
- Apakah syariah bersifat statis atau dinamis?
- Bagaimana hubungan agama dan negara ideal dalam Islam?
- Apakah umat Islam dapat berpartisipasi dalam demokrasi sekuler tanpa meninggalkan nilai agama?
Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi pilar diskursus Islam modern hingga hari ini.
3. Resistensi dan Kebangkitan Islam Politik
Tidak dapat dipungkiri, sebagian besar masyarakat Turki dan dunia Islam menganggap reformasi Atatürk terlalu radikal, terutama terkait larangan ekspresi publik agama. Hal ini menimbulkan perlawanan, yang dalam jangka panjang menjadi dasar munculnya gerakan Islam politik modern.
Di Turki sendiri, resistensi itu melahirkan beberapa gelombang Islamisme modern, termasuk kelahiran Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang kini mendominasi panggung politik Turki dan mengembalikan sebagian ekspresi keagamaan ke ruang publik.
4. Peran Baru bagi Ulama dan Institusi Agama
Diyanet (Presidency of Religious Affairs) dibentuk untuk mengelola urusan agama di bawah kontrol negara. Dengan demikian, ulama menjadi bagian dari struktur birokrasi. Ini menjadikan agama tetap diakui, namun dalam batas-batas yang ditetapkan negara.
Warisan Ataturk dalam Konteks Dunia Islam
Modernisasi ala Atatürk menghadirkan pelajaran penting bagi dunia Islam:
1. Kebutuhan Reformasi Pendidikan
Atatürk menekankan pentingnya sains, matematika, dan teknologi dalam membangun masyarakat modern. Banyak negara Muslim kemudian mengadopsi semangat ini untuk memperluas pendidikan bagi semua lapisan masyarakat.
2. Reformasi Gender
Pemberian hak politik kepada perempuan di Turki jauh mendahului banyak negara Muslim lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa modernisasi gender tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
3. Tantangan Menyeimbangkan Agama dan Negara
Reformasi Atatürk membuka diskursus besar: bagaimana menjadi Muslim modern tanpa kehilangan identitas? Bagaimana membangun negara maju tanpa meminggirkan agama? Pertanyaan ini masih menjadi perdebatan hangat di seluruh dunia Islam.
Penutup
Mustafa Kemal Atatürk adalah tokoh monumental yang mengubah wajah Turki dan memberikan dampak besar terhadap perkembangan pemikiran Islam modern. Melalui reformasi politik, hukum, sosial, budaya, dan ekonomi, ia berusaha memodernisasi Turki agar sejajar dengan dunia Barat. Namun modernisasi radikal itu juga memicu perdebatan panjang tentang hubungan agama dan negara, serta memicu gerakan Islam politik di kemudian hari.
Warisan Atatürk tidak bisa dilihat hanya sebagai keberhasilan atau kegagalan. Ia adalah simbol transformasi, simbol pencarian jati diri dunia Muslim dalam menghadapi modernitas. Dalam konteks kontemporer, pemikiran dan reformasinya terus menjadi inspirasi sekaligus bahan refleksi bagi umat Islam untuk menemukan keseimbangan antara tradisi, nilai-nilai agama, dan tuntutan zaman modern.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
