Kalam
Beranda » Berita » Mengenal Nihayatu Al-Mathlab: Karya Agung Imam Al-Juwaini

Mengenal Nihayatu Al-Mathlab: Karya Agung Imam Al-Juwaini

Mengenal Nihayatu Al-Mathlab: Karya Agung Imam Al-Juwaini
Foto Istimewa

SURAU.CO – Kitab Nihayatu Al-Mathlab merupakan salah satu karya monumental dalam fikih mazhab Asy-Syafi’i. Nama lengkap kitab ini adalah Nihayatu Al-Mathlab Fi Diroyati Al-Madzhab (نهاية المطلب في دراية المذهب). Selain itu, masyarakat juga mengenal kitab ini dengan nama Al-Madzhab Al-Kabir (المذهب الكبير) atau Al-Madzhab Al-Basith (المذهب البسيط). Di kalangan akademisi dan pengkaji mazhab Syafi’i masa kini, nama pendek Nihayatu Al-Mathlab lebih populer dan mudah diingat.

Secara bahasa, judul kitab ini memiliki makna yang dalam. Kata Nihayah berarti “puncak” atau “ujung akhir”, sedangkan Al-Mathlab berarti “pencarian”. Sementara itu, Diroyah bermakna “mengetahui” atau “pemahaman”. Jadi, makna “Nihayatu Al-Mathlab Fi Diroyati Al-Madzhab” secara keseluruhan adalah “Ujung pencarian untuk memahami mazhab Asy-Syafi’i”. Dengan judul tersebut, Al-Juwaini menegaskan bahwa kitab ini menjadi referensi utama bagi siapa saja yang ingin memahami dan menguasai mazhab Asy-Syafi’i secara mendalam.

Penulis Kitab Nihayatu Al-Mathlab

Al-Juwaini menulis kitab ini pada tahun-tahun terakhir hidupnya. Beliau adalah guru Al-Ghozzali dan merupakan tokoh penting dalam fikih mazhab Asy-Syafi’i. Meskipun masyarakat modern lebih mengenalnya sebagai pakar ilmu kalam, kepakaran utama Al-Juwaini berada di bidang fikih. Penguasaan beliau terhadap fikih membuat para ulama kemudian memberi gelar Al-Imam kepadanya. Akibatnya, beberapa kitab Syafi’iyyah setelah masa Al-Juwaini menyebut Al-Imam tanpa penjelasan, yang dimaksud biasanya adalah Al-Juwaini, bukan Imam Asy-Syafi’i.

Kitab Nihayatu Al-Mathlab sendiri menjadi syarah dari Mukhtashor Al-Muzani, karya ringkas yang populer di kalangan ulama. Sebenarnya, para ulama menulis banyak syarah, nukat, dan ta’liqoh untuk Mukhtashor Al-Muzani, tetapi dua karya yang paling berpengaruh adalah Nihayatu Al-Mathlab karya Al-Juwaini dan Al-Hawi Al-Kabir karya Al-Mawardi. Dari kedua karya ini, Nihayatu Al-Mathlab memberikan pengaruh lebih besar.

Al-Juwaini tidak hanya memperluas syarah Mukhtashor Al-Muzani, tetapi beliau juga merintis penyatuan dua aliran utama mazhab Asy-Syafi’i pada zamannya, yaitu aliran Khurasan dan aliran Irak. Dengan demikian, kitab ini menjadi bukti awal upaya mendamaikan perbedaan ijtihad di kalangan ulama Syafi’iyyah.

Membangun Etos Kerja Muslim yang Unggul Berdasarkan Kitab Riyadus Shalihin

Salah satu keunggulan Nihayatu Al-Mathlab adalah kemampuannya mendokumentasikan ijtihad para ulama Syafi’iyyah sebelum Al-Juwaini. Hal ini memungkinkan pembaca mengetahui variasi pandangan dan metode ijtihad para ulama dalam memahami ushul dan kaidah istinbath Imam Asy-Syafi’i. Al-Juwaini juga merintis tahrir madzhab, yaitu menyeleksi pendapat ulama agar sah dinisbatkan kepada mazhab Syafi’i. Dalam kitabnya, beliau menulis:

“Ikhtilaf ulama Asy-Syafi’iyyah yang populer akan saya sebutkan. Pendapat yang asing dan tidak sesuai dengan qiyas juga saya catat, beserta keganjilan dan ketidaksesuaian qiyas. Jika pendapat tersebut lemah dalam qiyas, saya beri catatan dan menyebutkan pendapat yang benar dengan mengatakan, ‘pendapat mazhab begini’.” (Nihayatu Al-Mathlab, juz 1 hlm. 4)

Al-Juwaini selalu memberi keterangan saat ia memiliki pendapat sendiri (mukhtarot atau ikhtiyarot).

Metode Penulisan

Metode penulisan Al-Juwaini dalam kitab ini sangat sistematis dan khas. Pertama, beliau menjelaskan hukum berdasarkan ruh syara’ dan maqashid syari’ah. Kedua, beliau meneliti dan memvalidasi setiap penukilan dari para imam. Ketiga, beliau memberi perhatian khusus terhadap penetapan kaidah dan kriteria hukum. Keempat, beliau mengikuti sistematika Mukhtashor Al-Muzani. Kelima, beliau menyajikan pendapat salaf agar pembaca memahami moderasi mazhab Asy-Syafi’i. Keenam, beliau menyinggung perbedaan pendapat untuk memperjelas mazhab. Ketujuh, beliau piawai menggunakan tasybih dan tamtsil untuk memudahkan pemahaman. Kedelapan, beliau mendahulukan riwayat daripada qiyas, menunjukkan keseriusan beliau pada dasar hukum asli.

Gaya bahasa Al-Juwaini juga menunjukkan kepiawaian sastra Arab. Beliau menggunakan bahasa Arab yang mengandung unsur balaghoh tinggi, sehingga kitab ini tidak hanya bernilai ilmu, tetapi juga karya sastra.

Frugal Living Ala Nabi: Menemukan Kebahagiaan Lewat Pintu Qanaah

Pengaruh kitab ini sangat besar. Ibnu Hajar Al-Haitami menyatakan, “Kitab ini selalu menjadi bahan pembicaraan.” Sedangkan Ibnu ‘Asakir menegaskan, “Tidak pernah dalam Islam dikarang kitab seperti ini.” Murid Al-Juwaini, Al-Ghazzali, kemudian meringkas kitab ini menjadi Al-Basith, lalu menjadi Al-Wasith, dan akhirnya Al-Wajiz. Selanjutnya, karya Ar-Rofi’i seperti Al-Fathu Al-‘Aziz dan Al-Muharror, serta An-Nawawi dengan Roudhotu Ath-Tholibin dan Minhaj Ath-Tholibin, melanjutkan tradisi ini hingga menjadi rujukan utama mazhab Syafi’i hingga kini.

Dr. Abdul ‘Azhim Mahmud Ad-Dib meneliti 23 manuskrip selama lebih dari 40 tahun untuk menyelesaikan edisi tahqiq kitab ini. Dar Al-Minhaj menerbitkan karya tersebut dalam 21 jilid dengan total sekitar 9.000 halaman, menjadikannya salah satu karya fikih terbesar dalam sejarah.

Secara keseluruhan, Nihayatu Al-Mathlab bukan hanya kitab fikih, tetapi juga dokumen sejarah pemikiran mazhab Syafi’i, pedoman metode ijtihad, dan karya sastra Arab yang tinggi. Kitab ini tetap membimbing para ulama dan santri untuk memahami mazhab Syafi’i dengan cara yang moderat, mendalam, dan sistematis.

Al-Juwaini wafat pada tahun 478 H.

 

Menyelaraskan Minimalisme dan Konsep Zuhud: Relevansi Kitab Riyadhus Shalihin di Era Modern


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement