Kalam
Beranda » Berita » Membangun Adab Pelajar Lewat Kitab Tanbīh al-Mutaʿallim Karya KH. Ahmad Maisur Sindi

Membangun Adab Pelajar Lewat Kitab Tanbīh al-Mutaʿallim Karya KH. Ahmad Maisur Sindi

SURAU.CO. Dunia pesantren selalu memegang teguh prinsip bahwa ilmu harus berjalan beriringan dengan adab. Pendidikan tanpa adab hanya akan menghasilkan pengetahuan yang kehilangan cahaya. Proses belajar pun bisa kehilangan arah tanpa panduan moral yang jelas. KH. Ahmad Maisur Sindi al-Thursidi menangkap kegelisahan ini. Beliau menulis kitab Tanbīh al-Mutaʿallim fī Adab at-Taʿallum menjadi pedoman ringkas bagi para penuntut ilmu. Kitab ini mengajarkan cara menata diri sebelum, selama, dan sesudah proses belajar.

Banyak kalangan menganggap kitab ini sebagai representasi kuat tradisi keilmuan pesantren Jawa. Penulis menyusunnya bukan sekadar sebagai teori. Ia merancangnya sebagai panduan praktis pembentukan karakter. Hingga kini, Tanbīh al-Mutaʿallim tetap menjadi rujukan utama di berbagai lembaga pendidikan Islam Nusantara.

Mengenal Sosok KH. Ahmad Maisur Sindi

Penulis kitab monumental ini lahir dengan nama Ahmad Maisur Sindi. Beliau lahir di Tursidi, Pituruh, Purworejo pada tanggal 18 Juni 1925. Lingkungan keluarga yang taat agama membesarkan beliau dengan penuh kasih sayang. Ayahnya bernama KH. Sarbani. Sang ayah terkenal sebagai pejuang agama sekaligus pejuang bangsa.

Kakek beliau, KH. Rofi’i, juga merupakan ulama kharismatik pada masanya. Latar belakang inilah yang membentuk karakter KH. Ahmad Maisur Sindi menjadi sosok yang wira’i (sangat berhati-hati dalam agama). Beliau mendedikasikan seluruh hidupnya untuk mengajar di berbagai pesantren. Beliau wafat di Pare, Kediri, pada tahun 1997. Namun, namanya tetap abadi melalui karya tulis yang bermanfaat bagi ribuan santri.

Membangun Etos Kerja Muslim yang Unggul Berdasarkan Kitab Riyadus Shalihin

Struktur Nadzam Tanbīh al-Mutaʿallim  Mudahkan Hafalan

KH. Ahmad Maisur Sindi menyusun kitab ini dalam bentuk nadzam atau syair. Format ini sangat membantu santri pemula dalam menghafal setiap baitnya. Isinya mencakup poin-poin praktis kehidupan sehari-hari pelajar. Mulai dari adab masuk kelas, cara menghormati guru, hingga manajemen waktu.

Penulis memberikan perhatian khusus pada persiapan fisik sebelum belajar. Beliau menekankan pentingnya kesucian lahiriah sebagai gerbang kesucian batin. Berikut adalah petunjuk beliau mengenai adab sebelum memasuki majelis ilmu:

لِطَالِبِ الْعِلْمِ يَنْبَغِيْ إِذَا حَضَرَا

مَجْلِسَ عِلْمٍ تَطَهُّرٌ كَمَا فَعَلَا

لُبْسَ ثِيَابٍ نَظِيْفَةٍ وَقَدْ طَهُرَتْ

Frugal Living Ala Nabi: Menemukan Kebahagiaan Lewat Pintu Qanaah

تَطَيُّبٌ وَاسْتِيَاكٌ جَا وَقَدْ جَمُلَا

Syair tersebut mengajarkan santri untuk bersuci layaknya hendak shalat. Mereka harus mengenakan pakaian bersih dan memakai wewangian. Kerapian fisik menandakan kesiapan mental menerima ilmu. Ilmu adalah cahaya, dan cahaya akan mudah masuk ke tempat yang bersih.

Menjauhi Sifat Tercela dalam Menuntut Ilmu

Tantangan terbesar seorang pelajar cerdas biasanya adalah kesombongan. Penulis sangat menyadari bahaya ini. Beliau memperingatkan santri agar tidak menjadikan ilmu sebagai alat pamer. Ilmu bukan sarana untuk merendahkan orang lain atau mencari musuh. Salah satu peringatan keras beliau dalam bait berikut:

وَلْيَحْذَرَنْ أَنْ يُمَارِيَ بِهِ وَيُرَا

ئِيَ بِهِ وَيُبِاهِيَ بِهِ خُيَلَا

Menyelaraskan Minimalisme dan Konsep Zuhud: Relevansi Kitab Riyadhus Shalihin di Era Modern

Penuntut ilmu harus waspada agar tidak berdebat tanpa tujuan. Mereka tidak boleh riya’ atau pamer kepintaran. Kesombongan hanya akan menjauhkan keberkahan ilmu itu sendiri. Sebaliknya, ilmu harus melahirkan sifat rendah hati atau tawadhu’.

Tujuan akhir dari pengetahuan adalah pengamalan dalam bentuk ibadah dan akhlak mulia. Penulis mendorong santri untuk segera mengamalkan apa yang mereka pelajari. 

Panduan Teknis di Dalam Kelas

Kitab ini juga membahas hal-hal teknis yang sering luput dari perhatian. Penulis merinci adab duduk di hadapan guru. Seorang murid sebaiknya duduk menghadap kiblat dengan tenang. Mereka tidak boleh membuat keributan yang mengganggu konsentrasi.

Santri juga harus menjaga lisan. Memotong penjelasan guru saat sedang menerangkan adalah tindakan tercela. Penghormatan ini berlaku secara lahir maupun batin. Selain itu, penulis menekankan kesiapan alat tulis. Seorang pencari ilmu harus mempersiapkan “senjatanya” sebelum “berperang” melawan kebodohan.

Prioritas materi belajar juga mendapat sorotan. Penulis menguraikan tujuh jenis ilmu yang wajib dipelajari. Akidah dan Fiqh menempati posisi prioritas utama. Hal ini menunjukkan orientasi penulis pada penguatan kewajiban individu (fardhu ‘ain).

Relevansi Kitab Tanbīh al-Mutaʿallimdi Era Modern

Pendidik masa kini menghadapi tantangan degradasi moral yang serius. Nilai-nilai dalam Tanbīh al-Mutaʿallim justru semakin relevan di abad ini. Konsep penghormatan guru dan kesungguhan belajar adalah obat bagi krisis karakter generasi digital.

Kitab ini memiliki dua kekuatan utama. Pertama, sifatnya sangat aplikatif. Petunjuknya konkret sehingga mudah bagi pemula untuk segera menerapkannya. Kedua, kitab ini memiliki akar tradisi yang kuat. Karya ini terinspirasi dari kitab klasik Ta’līm al-Muta’allim, namun penulis menyesuaikannya dengan kultur Nusantara.

Integrasi kitab ini ke dalam kurikulum modern sangatlah mungkin. Pendidik bisa menggunakannya sebagai basis pendidikan karakter (character building). Kita bisa memadukan norma-norma kitab ini dengan pendekatan psikologi pendidikan modern. Hasilnya akan melahirkan pelajar yang cerdas secara intelektual dan anggun secara moral. Tanbīh al-Mutaʿallim membuktikan bahwa adab adalah fondasi abadi dalam setiap proses pendidikan.(kareemustofa)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement