Kisah
Beranda » Berita » 34 Hal Penyebab Kekafiran Menurut Kitab Talimul Mutaallim

34 Hal Penyebab Kekafiran Menurut Kitab Talimul Mutaallim

34 Hal Penyebab Kekafiran Menurut Kitab Talimul Mutaallim
34 Hal Penyebab Kekafiran Menurut Kitab Talimul Mutaallim
DAFTAR ISI

SURAU.CO. Kitab Ta’limul Muta’allim karya Imam Al-Zarnuji menyebutkan 34 hal yang dapat menyebabkan kefakiran, di antaranya adalah kebiasaan-kebiasaan buruk seperti tidur telanjang, kencing dalam keadaan telanjang, makan sambil tiduran, membakar sisa makanan, menyapu malam hari, menginjak rumah di malam hari, dan mempermainkan rezeki yang telah ada.

Menurut Kitab Ta’limul Muta’allim, Syaikh Az-Zarnuji menyebutkan bahwa terdapat 34 hal atau kebiasaan buruk yang dapat menyebabkan kefakiran (kemiskinan). Hal-hal ini berkaitan dengan etika, ibadah, dan kebiasaan sehari-hari; mengabaikannya dapat menghalangi datangnya rezeki dan berkah.

Beberapa dari 34 hal penyebab kefakiran tersebut:

  • Meremehkan salat wajib.
  • Tidur dalam keadaan telanjang.
  • Buang air kecil (kencing) di kamar mandi/tempat mandi.
  • Makan dan minum dalam keadaan junub.
  • Makan dengan tangan kiri.
  • Membakar kulit bawang merah dan putih.
  • Menyapu rumah pada malam hari.
  • Menyapu tempat duduk dengan kain atau tangan.
  • Berjalan di depan orang tua atau guru.
  • Memanggil orang tua dengan nama mereka (tanpa gelar penghormatan).
  • Mengambil sisa makanan yang sudah dibuang.
  • Membunuh semut yang sedang berjalan, kecuali semut yang mengganggu (seperti semut api).
  • Menyisir rambut dengan sisir yang patah.
  • Tidak menghormati ahli ilmu dan orang saleh.
  • Meninggalkan shalat sunnah Dhuha dan Witir.
  • Memakai celana atau sarung sambil berdiri.
  • Tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan.
  • Membiarkan piring atau wadah kotor tidak segera dicuci.
  • Membuang sampah sembarangan di dalam rumah.
  • Duduk di atas bantal atau alas tempat tidur orang tua.
  • Berlama-lama di pasar atau tempat hiburan yang melalaikan.
  • Tidak menyingkirkan kotoran atau halangan di jalan.

Kitab ini menekankan pentingnya adab dan akhlak mulia dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam mencari rezeki yang halal dan berkah. Kita dapat mengamalkan adab baik. Selanjutnya, Kita percaya bahwa adab baik dapat menjauhkan seseorang dari kefakiran. Dengan demikian, Pembaca dapat menemukan informasi lebih rinci dalam kajian atau terjemahan Kitab Ta’limul Muta’allim.

Filosofi

Imam Al-Zarnuji menulis kitab yang berjudul Ta’limul Muta’allim. Berdasarkan Kitab Ta’limul Muta’allim, ditemukan 34 hal yang dianggap dapat menyebabkan kefakiran. Sebagian besar penyebab tersebut berkaitan dengan kebiasaan buruk dan adab yang tidak tepat. Selain itu, Penyebab lainnya juga mencakup kelalaian dalam beribadah, bukan filosofi yang mendalam.  Contohnya adalah tidur dalam keadaan telanjang, membuang-buang makanan, atau tidak menunaikan salat dengan khusyuk.

Pasca Wafatnya Rasulullah: Sikap Abu Bakar Menghadapi Kemurtadan

Filosofi dari 34 hal penyebab kefakiran (kemiskinan) menurut Kitab Ta’limul Muta’allim karya Syekh Burhanuddin al-Zarnuji berakar pada pandangan bahwa rezeki adalah bagian dari takdir Allah, namun perilaku dan kebiasaan manusia sehari-hari memiliki pengaruh signifikan terhadap kelancaran atau terhalangnya rezeki tersebut, baik secara spiritual maupun material.

Filosofi ini mengajarkan bahwa tindakan dan sikap tertentu dapat menjadi penghalang (hijab) bagi datangnya rezeki, sementara perilaku yang baik (akhlak mulia) justru akan menarik keberkahan. Hal ini menekankan keterkaitan erat antara etika, moralitas, ibadah, dan kondisi ekonomi seseorang.

Ringkasan Filosofi Utama

  • Keseimbangan Spiritual dan Material: Kitab ini tidak hanya fokus pada aspek ibadah murni, tetapi juga menyoroti kebiasaan praktis dalam kehidupan sehari-hari (seperti manajemen waktu, kebersihan, dan interaksi sosial) yang berdampak pada rezeki.
  • Pentingnya Adab dan Akhlak: Memperhatikan adab (etika) dalam segala hal (makan, berpakaian, dan beribadah) justru menjadi esensial demi memperoleh keberkahan rezeki.
  • Menghindari Kemalasan dan Meremehkan Kewajiban: Banyak dari penyebab kefakiran berkaitan dengan sikap menunda pekerjaan, malas, atau meremehkan ibadah wajib seperti salat, yang menunjukkan kurangnya disiplin dan rasa tanggung jawab.
  • Rezeki Bukan Tujuan Utama Menuntut Ilmu: Kitab ini membahas rezeki. Oleh karena itu, tujuan utama kitab ini adalah mengajarkan cara memperoleh ilmu yang bermanfaat dan diberkahi. Tujuan utamanya bukan sekadar (mengajarkan cara memperoleh) kekayaan duniawi.

Beberapa Contoh dari 34 Penyebab Kefakiran

  • Meremehkan salat wajib.
  • Banyak orang menganggap makan dan minum sambil berdiri atau berjalan sebagai tindakan yang kurang beradab.
  • Membersihkan tangan dengan tanah (kebiasaan yang dianggap tidak higienis dan kuno).
  • Membakar kulit bawang merah dan kulit bawang putih.
  • Menyapu lantai saat malam hari dengan sapu yang tidak bersih.
  • Makan makanan yang jatuh di lantai tanpa dibersihkan lebih dulu.
  • Sering berbohong.
  • Suka menunda dan meremehkan pekerjaan.

Inti dari ajaran ini adalah dorongan untuk menjalani hidup secara disiplin, menjaga kebersihan, menghormati ibadah, dan memiliki etos kerja yang baik, yang secara tidak langsung menciptakan lingkungan yang kondusif untuk keberkahan dan kelancaran rezeki.

Tujuan dari mencantumkan 34 hal penyebab kefakiran dalam kitab Ta’limul Muta’allim adalah untuk menjelaskan kepada santri tentang adab dan tata cara menuntut ilmu secara benar, serta konsekuensi dari mengabaikan adab tersebut. Selanjutnya, Pesantren berharap santri memperoleh ilmu yang berkah dan bermanfaat dengan memahami hal-hal ini. Dengan demikian, santri dapat menghindari kesengsaraan yang menghalangi keberkahan ilmu. Memahami hal-hal ini membantu santri mencapai keberkahan ilmu dan manfaatnya.

Kesimpulan dari penyebab kefakiran menurut kitab Ta’limul Muta’allim mencakup 34 hal, yang sebagian besar berkaitan dengan kebiasaan buruk dalam kehidupan sehari-hari, seperti terlalu banyak tidur (terutama setelah subuh), kebiasaan tidak higienis seperti kencing atau makan dalam keadaan telanjang, perilaku yang tidak hormat kepada orang tua, dan kelalaian dalam ibadah. (mengutip dari berbagai sumber).

Penaklukan Thabaristan (Bagian 2): Kemenangan di Era Umayyah


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement