SURAU.CO. 6 Adab Menuntut Ilmu Menurut Kitab Talim Mutaallim. Kitab Ta’lim Muta’allim menyebutkan enam syarat utama dalam menuntut ilmu. Syarat-syarat tersebut mencakup kecerdasan, kesungguhan, kesabaran, biaya, bimbingan guru, dan waktu yang lama. Setiap penuntut ilmu harus memenuhi keenam adab tersebut. Enam poin ini menjadi landasan bagi seorang penuntut ilmu agar sukses dalam proses belajarnya, baik secara akademis maupun spiritual.
Tujuan dari enam adab menuntut ilmu menurut kitab Ta’lim Muta’allim adalah agar pelajar dapat memperoleh ilmu yang bermanfaat dan berkah, bukan hanya sekadar memperoleh pengetahuan. Keenam adab tersebut meliputi kecerdasan, ketekunan/kesungguhan, kesabaran, bermodal (biaya), bimbingan guru, dan waktu yang lama, yang semuanya bertujuan untuk menghasilkan pribadi yang berakhlak mulia, bertakwa, dan dapat mengangkat derajat diri serta keluarganya.
Memiliki kemampuan dasar untuk belajar dan memahami pelajaran. Tekun mengikuti setiap proses pembelajaran dengan penuh semangat, tidak bermalas-malasan. Sabar menghadapi berbagai rintangan, baik mental, fisik, maupun materi yang muncul selama proses menuntut ilmu. Memiliki bekal yang cukup untuk menunjang kebutuhan hidup sehari-hari, agar tidak terganggu dalam proses belajar. Mematuhi arahan dari guru sebagai pembimbing yang akan mencegah kesalahan dan kesesatan dalam menuntut ilmu. Oleh karena itu, kita perlu menunjukkan ketekunan dan konsistensi dalam belajar. Seseorang mencapai penguasaan ilmu dalam jangka waktu yang tidak sebentar.
6 Adab Menuntut Ilmu Menurut Kitab Talim Mutaallim
- Kecerdasan
- Kita merujuk pada kecerdasan bawaan dari Allah (muhibatun minallah) dan juga kecerdasan yang diusahakan.
- Memiliki hafalan yang kuat adalah salah satu contoh kecerdasan yang diberikan oleh Allah.
- Kesungguhan (Semangat)
- Seseorang dapat menguasai ilmu yang dipelajari dan membangun konsistensi dalam belajar jika mereka memiliki kesungguhan sebagai modal penting.
- Seorang penuntut ilmu harus memiliki kemauan yang kuat, tidak menunda-nunda hafalan, dan tidak lalai dalam muraja’ah (mengulang pelajaran).
- Sabar
- Sabar dalam menghadapi ujian, kesulitan, dan segala hal yang terjadi selama proses menuntut ilmu.
- Membantu untuk tetap tabah dan tidak mudah menyerah saat belajar atau membaca kitab.
- Biaya (Bekal)
- Menuntut ilmu membutuhkan biaya atau bekal, baik materiil maupun waktu.
- Biaya ini bisa berupa pengorbanan harta, tenaga, bahkan nyawa demi mendapatkan ilmu, sebagaimana kisah para imam terdahulu yang berkorban untuk menuntut ilmu.
- Bimbingan Guru
- Merupakan salah satu hal terpenting dalam menuntut ilmu, terutama ilmu agama.
- Seorang murid harus memiliki guru untuk membimbingnya, dan tidak hanya mengandalkan buku sebagai satu-satunya sumber ilmu.
- Waktu yang Lama
- Untuk mendapatkan ilmu, seseorang harus menjalani proses yang panjang dan tidak bisa meraihnya dalam waktu singkat.
- Penuntut ilmu wajib mengalokasikan waktu yang cukup, bersabar dalam proses belajar, dan fokus pada satu bidang atau guru sampai tuntas.
Filosofi
Enam adab menuntut ilmu dalam kitab Ta’lim Muta’allim mengajarkan bahwa ilmu membutuhkan kecerdasan, semangat, kesungguhan, biaya, dan waktu yang lama. Seseorang hanya bisa meraih ilmu dengan menerapkan keenam adab tersebut secara sungguh-sungguh. Adab-adab tersebut mencakup perlunya bimbingan dari seorang guru yang kompeten. Setiap poin tersebut memiliki filosofi mendalam yang menekankan kombinasi antara bakat alami, usaha keras, dukungan finansial, hubungan guru-murid yang baik, dan ketekunan jangka panjang.
- Kecerdasan (Dzakâ’un): Allah memberikan kecerdasan sebagai potensi dasar kepada umat-Nya. Ini bisa berupa kemampuan menghafal yang kuat dan pemahaman yang cepat. Filosofi kecerdasan menyatakan pandangan tersebut. Kemampuan alami berfungsi sebagai fondasi untuk menerima ilmu pengetahuan. Pengembangan ilmu tidak hanya bergantung pada bakat, tetapi juga menuntut usaha dan latihan yang harus dilakukan seseorang.
- Semangat (Hirsun): Semangat atau keinginan yang kuat untuk belajar adalah kunci untuk menguasai ilmu. Filosofinya adalah bahwa tanpa hasrat yang membara, seseorang tidak akan memiliki dorongan untuk terus berusaha dan tidak mudah menyerah saat menemui kesulitan.
- Kesungguhan (Ijtihad): Ini berarti kerja keras dan usaha yang serius dalam belajar. Kesungguhan akan membentuk disiplin dan konsistensi. Filosofinya adalah kesuksesan dalam menuntut ilmu adalah buah dari perjuangan, bukan hasil instan.
- Biaya (Bulghah): Kebutuhan akan bekal atau biaya, baik secara materi maupun persiapan. Filosofinya adalah kesiapan materi sangat penting agar proses belajar tidak terganggu. Contohnya adalah Imam Malik yang menjual kayu atap rumahnya untuk menuntut ilmu, menunjukkan bahwa menuntut ilmu butuh pengorbanan.
- Bimbingan Guru (Suhbah Ustâdz): Hubungan yang dekat dan hormat dengan seorang guru. Filosofinya adalah guru adalah kunci dalam mengarahkan ilmu yang bermanfaat. Penghormatan dan kepatuhan pada guru adalah awal dari keberkahan ilmu, seperti yang dijelaskan dalam Ta’lim Muta’allim.
- Waktu yang Lama (Thûl Zamân): Menuntut ilmu membutuhkan waktu yang panjang dan berkelanjutan. Filosofinya adalah perjalanan jangka panjang yang tidak bisa dicapai dalam waktu singkat. Ini menuntut kesabaran dan ketekunan yang terus-menerus, seiring waktu akan terakumulasi.
Kesimpulan
Dalam Kitab Ta’lim Muta’allim, disebutkan enam modal utama yang harus dimiliki seseorang saat menuntut ilmu. Keenam modal tersebut meliputi kecerdasan, ketekunan, kesabaran, modal yang cukup, bimbingan guru, dan waktu yang lama. Setiap penuntut ilmu wajib menerapkan adab-adab ini agar usahanya berhasil secara optimal. Keenam modal ini menjadi fondasi untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan mengamalkannya dengan benar. Kemampuan dasar untuk belajar dan memahami pelajaran. Semangat yang kuat untuk terus mengikuti dan menyelesaikan seluruh proses pembelajaran. Kemampuan untuk bertahan menghadapi berbagai kesulitan dan hambatan, baik secara mental, fisik, maupun materi. Memiliki rezeki yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari agar tidak terganggu dalam belajar. Perlunya arahan dan petunjuk dari seorang guru yang dapat membimbing agar tidak tersesat dalam menuntut ilmu. Setiap orang perlu menyadari bahwa ilmu membutuhkan proses yang panjang dan konsisten, bukan sesuatu yang instan. (mengutip dari berbagai sumber).
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
