SURAU.CO-Syekh Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari dalam Al-Hikam mengatakan:
“Keinginan kita agar para makhluk mengetahui keistimewaan kita adalah tanda ketidaktulusan kita dalam beribadah.”
Keinginan agar terkenal sebagai orang istimewa di hadapan makhluk adalah tanda ketidaktulusan dalam beribadah. Jikalau kita tulus dalam beribadah, maka kita tidak akan mempedulikan pandangan orang lain. Konsentrasi kita hanya tertuju untuk-Nya. Kita tidak mempedulikan apakah orang lain mengetahui ibadah yang kita lakukan atau tidak.
Hanya Allah-lah yang akan menilai amalan kita, bukan manusia. Jikalau kita ingin dikenal oleh orang lain, namun Allah Swt. tidak menginginkannya, maka kita tidak akan pernah dikenal, walaupun kita telah mempromosikan diri ke sana dan kemari. Sebaliknya, jikalau Allah Swt. menginginkan kita untuk menjadi orang yang terkenal, walaupun kita tidak menginginkannya, maka kita akan terkenal dengan sendirinya. Keutamaan dan kemuliaan itu berada di tangan-Nya. Allah Swt. akan memberikan semua itu kepada siapa pun yang Dia inginkan. Berhati-hatilah dengan jebakan ini karena sudah banyak orang yang terjerumus ke dalamnya. Hanya orang-orang pilihan-Nya yang mampu menghindarinya.
Berharaplah Hanya kepada Allah Semata
Syekh Ibnu ‘Athaillah berpesan:
“Hilangkanlah pandangan makhluk pada diri kita dengan pandangan Allah Swt. Lupakanlah sambutan mereka untuk kita dengan menyaksikan penyambutan-Nya.”
Jikalau kita adalah orang yang senang diperhatikan oleh orang lain, terutama dalam hal ibadah, maka segeralah kita bertaubat dan kembali ke jalan yang benar. Apa yang akan kita dapatkan dari manusia, selain pujian? Apakah mereka akan memberikan kita harta yang melimpah, atau salah satu mobil mewah mereka, atau salah seorang istri cantik mereka? Tidak, sekali lagi tidak. Mereka tidak akan memberikan semua itu kepada kita. Mereka hanya akan membuat kita lalai dan lupa diri. Dan, ingatlah, di Akhirat kelak kita akan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah Swt.
Jikalau kita ingin mendapatkan perhatian, maka berusahalah mendapatkannya dari Allah Swt., Dzat Yang Maha Mengetahui dan mampu melakukan apa pun yang Dia inginkan. Kemuliaan dan kehormatan yang kita inginkan berada di tangan-Nya. Berapa banyak manusia di dunia ini yang mengharapkan kemuliaan, namun Allah Swt. tidak pernah memberikannya kepada mereka. Di antara mereka, ada yang rela menipu dan melakukan tindakan korupsi agar mendapatkan banyak harta dan dihormati oleh manusia. Namun, justru yang mereka dapatkan adalah kehinaan. Di antara mereka, ada yang berlomba-lomba ingin menjadi pemimpin dan pejabat, namun mereka justru dijatuhkan karena niat yang tidak tulus dan ikhlas. Dan, banyak lagi contoh yang lainnya.
Berapa banyak orang-orang yang tidak ingin terkenal, namun Allah Swt. membuat mereka tersohor dan dihormati oleh manusia karena ibadah dan seluruh amalan mereka dilakukan dengan penuh keikhlasan, semata-mata hanya mengharapkan ridha-Nya. Dia Maha Mengetahui sesuatu yang ada di dalam hati kita, sebagaimana Dia mengetahui sesuatu yang ada di dalam perbuatan lahir kita. Allah Swt. mengetahui niat kita ketika melakukan sesuatu, baik demi ketenaran atau tidak.
Jangan Mempesekutukan Allah Dengan Siapa Pun
Ingatlah, Allah Swt. tidak ingin dipersekutukan dengan siapa pun. Jikalau kita melakukan perbuatan syirik, maka bersiap-siaplah memasuki neraka-Nya yang sangat panas. Kita akan menyesalinya dan tidak akan mampu keluar darinya.
Syekh Ibnu ‘Athaillah menegaskan agar kita jangan berharap kepada ibadah atau orang-orang akan menghampiri kita. Jangan, sekali lagi jangan. Jikalau mereka berada di sekeliling kita, apakah yang akan kita dapatkan dari mereka? Mungkin, kita akan mendapatkan sedikit pujian, namun kerugian yang akan kita dapatkan akan lebih besar.
Berharaplah kepada Allah Swt. yang akan menghampiri kita. Dia-lah yang memberikan rezeki dan kehidupan kepada kita di dunia ini. Apakah kita tidak memiliki rasa malu jikalau kita berpaling dari-Nya menuju para makhluk yang justru menyembah-Nya? Apakah kita tidak malu jikalau kita memakan rezeki-Nya dan menikmati karunia-Nya, kemudian kita membelakangi-Nya dan meninggalkan-Nya?! Jikalau kita melakukannya, berarti kita tidak menggunakan otak kita yang merupakan salah satu karunia-Nya.(St.Diyar)
Referensi : Atha’illah as-Sakandari, Kitab Al-Hikam (penerjemah : D.A. Pakih Sati)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
