SURAU.CO – Ada satu hari yang pasti datang bagi setiap manusia—hari ketika semua pemimpin dan pengikut, yang kuat maupun yang lemah, yang sombong maupun yang tertindas, akan berdiri di hadapan Allah tanpa bisa bersembunyi.
Ayat dalam QS. Ibrahim: 21, menggambarkan suasana sangat dahsyat itu: hari di mana segala hubungan sosial yang selama di dunia tampak kuat, tiba-tiba tidak lagi berarti. Hari di mana kebenaran berdiri tegak dan kebohongan runtuh tanpa sisa.
Allah mengabarkan bahwa di Padang Mahsyar, orang-orang yang dahulu lemah di dunia—yakni mereka yang hanya ikut-ikutan, tunduk pada orang-orang yang sombong dan menyesatkan—akan berkata kepada para pemimpin kesesatan:
“Kami dulu mengikuti kalian. Bisakah kalian sedikit saja menghindarkan kami dari azab Allah?”
Sebuah kalimat yang menggambarkan penyesalan terbesar manusia: menyadari bahwa orang yang dahulu diikuti di dunia ternyata tidak bisa menolong sedikit pun di akhirat.
Ikut-Ikutan Tidak Menyelamatkan
Di dunia ini banyak orang yang hanya mengikuti arus:
mengikuti gaya hidup yang jauh dari agama,
mengikuti pemimpin yang menyesatkan,
Dan mengikuti kelompok yang membenarkan kemaksiatan,
mengikuti opini yang merendahkan syariat Allah,
mengikuti lingkungan tanpa mempertimbangkan kebenaran.
Ayat ini menjadi peringatan: pengikut tidak akan dibela jika yang diikuti berada di jalan kesesatan.
Pada hari itu, tidak ada alasan, tidak ada pembelaan, tidak ada tempat lari.
Pemimpin yang Sesat Tidak Dapat Menolong Pengikutnya
Ketika orang lemah memohon, para pemimpin yang sombong menjawab:
“Sekiranya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu.”
Ini adalah pengakuan keterlambatan. Mereka dulu sombong, tidak mau menerima kebenaran, dan kini mereka tidak bisa berbuat apa pun. Bahkan mereka berkata:
“Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh atau bersabar; kita tidak punya tempat untuk lari.”
Inilah tragedi kepemimpinan yang sesat:
mereka tidak bisa menyelamatkan diri, apalagi menyelamatkan orang yang mengikuti mereka.
Pilihan Hidup Ada di Tangan Kita—Bukan Pemimpin, Bukan Lingkungan
Allah mengingatkan bahwa setiap manusia diberi akal, diberi hati, dan diberi petunjuk. Tidak ada alasan untuk hanya menjadi pengikut tanpa pertimbangan.
Tidak ada alasan untuk taat kepada manusia melebihi taat kepada Allah.
Jika lingkungan tidak baik, kita harus berani menjauhinya.
Jika pemimpin menjerumuskan, kita harus berhenti mengikutinya.
Dan Jika budaya bertentangan dengan agama, kita memilih agama.
Jika mayoritas salah, kita berdiri bersama kebenaran meski minoritas.
Sebab di akhirat nanti, setiap jiwa akan mempertanggungjawabkan pilihannya sendiri.
Jadilah Pengikut Kebenaran, Bukan Pengikut Suara Terbanyak
Islam mengajarkan bahwa kemuliaan ada pada kebenaran, bukan pada jumlah pengikut.
Banyak orang tersesat karena mengikuti kelompok mayoritas tanpa ilmu.
Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Janganlah salah seorang di antara kalian menjadi imma’ah,
(yakni berkata): ‘Aku ikut saja apa yang orang lain lakukan.’
Tetapi kokohkan diri kalian: jika orang berbuat baik, ikut berbuat baik;
dan jika orang berbuat buruk, jangan ikut.”
(HR. Tirmidzi)
Kita tidak diciptakan untuk menjadi pengekor buta, tetapi untuk menjadi hamba yang berakal dan bermaruah.
Peringatan dan Renungan: Siapa yang Kita Ikuti Hari Ini?
Sebelum hari di manajemen semua manusia berkumpul di Padang Mahsyar, sebaiknya kita bertanya kepada diri sendiri:
Siapa tokoh yang kita ikuti?
Dan Siapa yang kita percaya?
Siapa yang kita dengar?
Apakah langkah kita mengikuti syariat atau hanya mengikuti tren?
Apakah jalan yang kita tempuh mendekatkan kita kepada Allah atau menjauhkan?
Karena pada hari itu,
bukan jumlah pengikut yang menyelamatkan,
tetapi kebenaran yang kita pegang.
Penutup
Ayat ini adalah peringatan keras sekaligus kasih sayang dari Allah agar kita tidak salah memilih jalan. Dunia ini penuh pengaruh dan ajakan. Setiap hari kita melihat contoh: dari media, influencer, pergaulan, pemimpin, dan budaya. Namun di akhirat, hanya satu yang ditanya:
Apakah engkau mengikuti kebenaran yang Allah turunkan atau mengikuti manusia yang menyesatkan?
Semoga Allah menjadikan kita pengikut kebenaran, bukan pengikut kesesatan.
Aamiin. (Tengku Iskandar, M. Pd – Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
