SURAU.CO-Syekh Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari dalam Al-Hikam mengatakan:
“Bisa jadi, Allah Swt. memperlihatkan kegaiban malakut-Nya kepada kita, tetapi juga menghalangi kita untuk mengetahui rahasia-rahasia para hamba-Nya.”
Dalam hal ini Syekh Ibnu ‘Athaillah menguraikan bahwa mungkin kita mampu mengetahui rahasia-rahasia yang ada di alam semesta ini yang letaknya jauh dari kita. Namun, kita tidak mampu mengetahui rahasia-rahasia yang ada di dalam diri seorang hamba, padahal ia berada dekat dari kita. Ini adalah ketetapan Allah Swt. yang pasti memiliki hikmah. Hanya saja, terkadang kita mampu mengetahuinya, dan terkadang pula lemah memikirkan hikmah tersebut. Cobalah kita pikirkan sejenak. Kita mampu mengetahui kegaiban malakut-Nya, namun tidak mampu mengetahui rahasia para hamba-Nya.
Jenis yang pertama (mengetahui rahasia alam semesta) begitu jauh dari kita, bahkan kita tidak mampu menjangkaunya sama sekali dengan tangan kita. Sedangkan jenis kedua (tidak mengetahui rahasia seseorang) begitu dekat dari kita, bahkan berada di hadapan kita. Kita bisa menyentuhnya, menyalaminya, bahkan memukulnya. Hanya saja, kita tidak mampu menyelami sesuatu yang ada di dalam jiwanya.
Walaupun begitu, Syekh Ibnu ‘Athaillah berpesan agar kita harus tetap tulus dan ikhlas dalam menjalankan ibadah kepada-Nya. Berusahalah terus dengan penuh kesungguhan untuk mendapatkan cahaya-Nya. Hanya dengan seperti itulah, kita akan mampu menyibak rahasia yang ada di balik sebuah benda atau peristiwa.
Mengetahui Rahasia Para Hamba
Syekh Ibnu ‘Athaillah menuturkan:
“Barang siapa yang mampu mengetahui rahasia para hamba; namun ia tidak berakhlak dengan kasih sayang Ilahi, maka kemampuannya itu justru akan menjadi fitnah baginya dan sebab yang akan mendatangkan bencana baginya.”
Rahasia seorang manusia mengandung dua unsur utama, ada yang baik dan ada yang buruk. Jikalau ada seseorang yang mengetahui rahasia seorang hamba atau manusia lainnya, kemudian ia tidak berakhlak dengan kasih sayang Allah Swt., maka kemampuannya itu justru akan menjadi fitnah baginya dan akan mendatangkan bencana.
Apakah kita tidak memperhatikan sifat Allah Swt.? Allah Swt. mengetahui apa saja yang ada di bumi ini. Semua yang kita lakukan, baik dan buruk, Dia ketahui dengan sejelas-jelasnya. Namun, Dia tidak membocorkan keburukan kita kepada orang lain, sehingga kita tidak menjadi malu dan tidak mau berhadapan dengan khalayak. Dia justru menampakkan kebaikan kita sehingga kita dihormati dan disegani, padahal di balik semua itu ada bau busuk yang Dia tutupi.
Begitulah hendaknya sikap seorang hamba terhadap saudaranya. Jikalau kita mengetahui rahasia saudara kita, maka simpanlah baik-baik, dan jangan menyebarkannya. Dalam sebuah hadis dijelaskan bahwa barang siapa yang menutupi aib saudaranya, maka Allah Swt. akan menutupi aibnya di akhirat kelak. Jikalau kita menyebarkan aib seseorang, maka kemampuan kita itu justru akan menjadi fitnah di hadapan manusia. Sebab, kita akan mendapatkan celaan dan cacian dari mereka.
Tak Ada Seorang pun Manusia yang Selamat dari Kesalahan
Syekh Ibnu ‘Athaillah menegaskan bahwa tidak ada seorang pun manusia di dunia ini yang selamat dari kesalahan, termasuk kita sendiri. Selain itu, tindakan menyebarkan aib orang lain juga akan mendatangkan musibah. Semakin banyak orang yang benci kepada kita karena kita menyebarkan rahasia buruk mereka, maka semakin terancam jiwa kita. Bisa jadi, mereka melukai kita, menjelek-jelekkan kita, bahkan membunuh kita. Itu baru keburukan yang akan kita terima di dunia. Sedangkan di akhirat kelak, kita akan mendapatkan azab yang lebih pedih. Renungkanlah baik-baik. Jangan sampai tindakan buruk kita justru akan menjadi penyesalan yang tiada berguna lagi.(St.Diyar)
Referensi : Atha’illah as-Sakandari, Kitab Al-Hikam (penerjemah : D.A. Pakih Sati)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
