SURAU.CO – Dala’ilul Khairat menempati posisi penting dalam tradisi spiritual Islam, khususnya di kalangan santri, para sufi, dan pengamal tarekat. Kitab ini bukan sekadar kumpulan shalawat, tetapi juga karya devosional yang membentuk kultur dzikir, adab, dan cinta kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Melalui susunan shalawat yang indah dan ritme pembacaan yang khas, Dala’ilul Khairat menghidupkan suasana ruhani di berbagai majelis ilmu dan zikir sejak berabad-abad lalu. Di balik warisan agung ini berdiri sosok ulama besar Maroko: Syaikh Ibnu Sulaiman al-Jazuli.
Syaikh Ibnu Sulaiman al-Jazuli lahir di kawasan Marakesy, Maroko, pada masa ketika negeri Maghrib menjadi pusat ilmu dan tasawuf. Sejak muda, beliau menuntut ilmu dengan tekun, hingga akhirnya menetap di Kota Fes, salah satu pusat intelektual dunia Islam. Di kota inilah beliau menyusun karya fenomenal Dala’ilul Khairat yang kemudian mempengaruhi jutaan umat Islam di berbagai negeri.
Sebagai seorang alim, al-Jazuli mendalami ilmu-ilmu lahiriah seperti fiqih dan bahasa Arab, sekaligus menekuni ilmu hati melalui disiplin tasawuf. Beliau membina banyak ulama besar dan dai berpengaruh. Beberapa muridnya yang termasyhur antara lain Syaikh Abu Abdullah Muhammad as-Shaghir as-Suhali dan Syaikh Abu Muhammad Abdul Karim al-Mandzari. Melalui tangan mereka, ajaran dan wirid yang beliau wariskan tersebar ke berbagai pelosok Maroko dan dunia Islam.
Selain mengajar, al-Jazuli menjalani fase khalwat atau pengasingan diri selama 14 tahun. Selama masa itu, beliau memperdalam hubungan spiritual dengan Allah dan memperhalus zikirnya kepada Rasulullah. Khalwat panjang ini membentuk jiwa dan kedalaman spiritual kitab Dala’ilul Khairat.
Penyusunan Dala’ilul Khairat
Syaikh Ibnu Sulaiman al-Jazuli menyusun Dala’ilul Khairat dari tradisi cinta kepada Nabi Muhammad. Beliau membagi kitab ini berdasarkan hari, mulai dari Ahad hingga Sabtu, sehingga umat Islam dapat mengamalkan shalawat secara teratur dan konsisten.
Umat Islam biasanya membaca kitab ini mengikuti pola hizb, yaitu pembagian bacaan harian yang beliau tetapkan. Kaum santri mengamalkan Dala’ilul Khairat sebagai wirid utama. Mereka menambahkan irama khas yang teratur untuk menggabungkan keindahan suara dan kekhusyukan zikir.
Dala’ilul Khairat tidak hanya berisi shalawat. Kitab ini juga memuat doa, pujian, dan ungkapan mahabbah kepada Nabi. Banyak ulama menilai kitab ini sebagai salah satu karya shalawat paling berpengaruh dalam sejarah Islam.
Di dunia pesantren dan tarekat, Para murid mengamalkan Dala’ilul Khairat melalui tradisi ijazah. Guru memberikan izin khusus kepada murid untuk membaca dan mengamalkan kitab ini. Ijazah menandakan bahwa murid memperoleh keterhubungan (sanad) yang bersambung hingga ke ulama besar yang meriwayatkan amalan tersebut, termasuk al-Jazuli sendiri. Tradisi ini menjaga keaslian bacaan, adab, dan makna spiritual yang terkandung dalam kitab.
Sejarawan tarekat, seperti yang tertulis dalam buku Melacak Tarekat-Tarekat Muktabar di Nusantara, menyebut bahwa tarekat Syadziliyah memiliki banyak jenis hizb selain Dala’ilul Khairat, seperti Hizb al-Asyfa, Hizb al-Kafi, Hizb al-Bahr, dan lain-lain. Kehadiran Dala’ilul Khairat melengkapi khazanah wirid yang telah lama diajarkan dalam dunia tasawuf.
Karamah dan Pengaruh Al-Jazuli
Syaikh Ibnu Sulaiman al-Jazuli menampilkan banyak karamah yang menarik perhatian masyarakat. Banyak orang bertaubat dan kembali mendekatkan diri kepada Allah melalui bimbingan beliau.
Kedalaman spiritual beliau mempengaruhi siapa pun yang berguru kepadanya. Tidak heran jika ajaran al-Jazuli menyebar luas, dan Dala’ilul Khairat menjadi wirid yang sangat dicintai masyarakat.
Pada 16 Rabiul Awal 870 Hijriah, Syaikh Ibnu Sulaiman al-Jazuli meninggal dunia di Kota Sus akibat diracun, tepat saat melaksanakan shalat Subuh. Meskipun wafatnya tragis, pengaruh beliau tetap hidup dan semakin memperkuat kedudukannya sebagai ulama besar yang dicintai umat.
Tujuh puluh tujuh tahun setelah wafatnya, masyarakat memindahkan jenazah beliau ke Marrakesh. Banyak saksi melihat jenazah beliau tetap utuh seperti saat pertama kali dimakamkan. Kisah ini menegaskan kemuliaan seorang alim yang mengabdikan hidupnya untuk ilmu dan shalawat.
Hingga hari ini, umat Islam tetap mengamalkan Dala’ilul Khairat sebagai wirid rutin. Banyak majelis zikir, pesantren, dan jamaah tarekat membaca kitab ini setiap minggu atau malam tertentu. Umat percaya bahwa barakah kitab ini bersumber dari shalawat kepada Nabi, amalan yang mendatangkan pahala besar dan rahmat Allah.
Dengan demikian, warisan spiritual Syaikh Ibnu Sulaiman al-Jazuli tetap hidup dan menginspirasi generasi baru untuk mencintai Rasulullah lebih dalam. Melalui Dala’ilul Khairat, beliau meninggalkan jejak cinta yang abadi, yang mengantarkan jutaan hati kepada cahaya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
