Kalam
Beranda » Berita » Dala’il al-Khayrat: Kitab Shalawat yang Menghidupkan Cinta Nabi

Dala’il al-Khayrat: Kitab Shalawat yang Menghidupkan Cinta Nabi

Dala'il al-Khayrat: Kitab Shalawat yang Menghidupkan Cinta Nabi
Ilustrasi (Foto: Istimewa)

SURAU.CO – Dala’il al-Khayrat menempati posisi istimewa dalam tradisi spiritual Islam. Kitab ini tidak hanya menghimpun shalawat, tetapi juga menyajikan teks devosional yang langsung menghubungkan hati pembacanya dengan pribadi Rasulullah ﷺ. Judul lengkapnya, Dala’il al-Khayrat wa Shawariq al-Anwar fi Dzikir as-Salat ‘ala an-Nabi al-Mukhtar, menjelaskan dengan tegas bahwa kitab ini berfungsi sebagai penunjuk kebaikan dan cahaya bagi siapa pun yang mengagungkan Nabi melalui shalawat. Sejak pertama kali disusun, Imam al-Jazuli menyebarkan kitab ini dengan cepat, dan umat Islam di berbagai wilayah.

Keistimewaan Dala’il al-Khayrat tampak melalui cara umat Islam menerimanya. Masyarakat di kota besar dan desa terpencil membaca kitab ini secara rutin, baik secara individu maupun dalam kelompok. Kaum bangsawan menyimpan naskah berhias indah di rumah mereka, sementara rakyat jelata mengamalkan kitab ini sebagai bacaan harian yang mereka hormati. Pembaca merasakan ketenangan dan keberkahan spiritual ketika melantunkan shalawat di dalamnya. Sebagaimana dengan perintah Allah dalam Qur’an 33:56 untuk bershalawat kepada Nabi ﷺ. Dengan mengamalkannya, umat Islam menegakkan cinta kepada Nabi sebagai pusat kehidupan spiritual.

Kisah Lahirnya Dala’il al-Khayrat

Riwayat tentang asal mula kitab ini menjadi kisah yang sangat terkenal. Suatu hari, Imam al-Jazuli pergi ke sebuah sumur untuk berwudhu, tetapi ia tidak menemukan alat untuk mengambil air. Seorang gadis kecil yang melihatnya langsung menegurnya, “Engkau sosok yang banyak orang puji, tetapi engkau bahkan tidak tahu cara menimba air dari sumur?”. Gadis itu kemudian meludah ke dalam sumur, dan airnya langsung naik hingga meluap.

Imam al-Jazuli terkejut menyaksikan kejadian itu. Ketika ia meminta penjelasan, gadis itu menjawab bahwa ia memperoleh karunia tersebut karena ia rajin membaca shalawat kepada Rasulullah ﷺ. Jawaban tersebut menggugah kesadaran sang imam. Sejak saat itu, ia bersumpah untuk menyusun sebuah kitab shalawat untuk Nabi ﷺ—sebuah kitab yang kemudian ia beri nama Dala’il al-Khayrat, atau “Jalan menuju Kebaikan.”

Kisah ini menunjukkan ajaran dasar dalam tasawuf: Allah menganugerahkan kedekatan dan karamah kepada hamba yang tulus mencintai Rasul-Nya. Imam al-Jazuli tidak hanya mengagumi keterangan gadis itu, tetapi juga menjadikannya inspirasi yang kelak membawa manfaat bagi umat Islam di berbagai zaman.

Membangun Etos Kerja Muslim yang Unggul Berdasarkan Kitab Riyadus Shalihin

Imam al-Jazuli: Ulama, Sufi, dan Pewaris Cinta Nabi

Muhammad bin Sulaiman al-Jazuli—pengarang Dala’il al-Khayrat—merupakan ulama dan sufi besar yang berasal dari keturunan Nabi ﷺ. Ia lahir pada abad ke-9 Hijriah di wilayah Sus, Maroko Selatan, dan tumbuh di tengah masyarakat Berber Gazulah. Ia memulai pendidikannya dengan mempelajari Al-Qur’an dan ilmu-ilmu tradisional, lalu melakukan perjalanan ke kota Fez untuk menimba ilmu lebih dalam.

Di Fez, ia bertemu banyak ulama besar, termasuk Ahmad Zarruq, seorang sufi dan faqih terkemuka, serta Muhammad ibn ‘Abdullah Amghar yang menjadi gurunya dalam tarekat. Mereka mengajarkan bahwa perjalanan spiritual harus berakar pada kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya. Imam al-Jazuli menyerap pelajaran itu dan menjadikannya fondasi utama dakwah dan ajarannya.

Jalan spiritual yang ia bangun menarik ribuan murid dari berbagai wilayah. Karisma serta kedalaman ilmunya menjadikannya tokoh sentral dalam dunia sufi pada zamannya. Ketika ia memperkenalkan Dala’il al-Khayrat, para pengikutnya menyebarkannya lebih luas dan menghidupkan kembali tradisi membaca shalawat secara massal. Imam al-Jazuli mengajarkan makna fana’—meleburkan ego dalam cinta Ilahi—dan menjelaskan bahwa shalawat menjadi salah satu pintu utama menuju kedekatan dengan Allah.

Riwayat menyebutkan bahwa Nabi ﷺ pernah hadir dalam mimpi Imam al-Jazuli dan bersabda, “Aku adalah keindahan para utusan, dan engkau adalah keindahan para wali.” Mimpi ini memperlihatkan hubungan ruhani yang sangat dalam antara Rasulullah ﷺ dan sang wali, dan menegaskan bahwa karya Imam al-Jazuli menghadirkan cahaya kenabian bagi para pencari kebaikan.

Pengaruh dan Jejak Keberkahan

Dala’il al-Khayrat berfungsi bukan hanya sebagai teks, tetapi juga sebagai fenomena spiritual yang sangat luas. Umat Islam di Afrika Utara, Timur Tengah, Asia, hingga Nusantara mengamalkannya secara rutin. Majelis-majelis shalawat tumbuh di masjid, madrasah, zawiyah, dan rumah-rumah. Para pembacanya meyakini bahwa Allah menurunkan keberkahan di tempat yang menghidupkan shalawat kepada Nabi ﷺ, sesuai janji dalam ayat Qur’an.

Frugal Living Ala Nabi: Menemukan Kebahagiaan Lewat Pintu Qanaah

Di Indonesia, kitab ini memperoleh tempat penting dalam tradisi tarekat, pesantren, dan berbagai majelis dzikir. Masyarakat mengembangkan gaya dan irama khas dalam membacanya, dan meneruskannya sebagai tradisi turun-temurun. Dengan demikian, Dala’il al-Khayrat tidak hanya hidup sebagai teks spiritual, tetapi juga sebagai warisan budaya yang terus mewarnai kehidupan keagamaan umat.

Keberlangsungan kitab ini selama berabad-abad menunjukkan daya tariknya yang mendalam. Dala’il al-Khayrat menawarkan jalan yang indah, lembut, dan mudah bagi seorang hamba untuk mendekat kepada Allah melalui cinta Nabi. Di tengah perubahan zaman, kitab ini terus mengingatkan manusia bahwa keindahan ruhani akan tumbuh ketika seseorang menghidupkan hubungan batin dengan Rasulullah ﷺ—sang cahaya yang menerangi hati.


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement