Opinion
Beranda » Berita » Refleksi Milad Muhammadiyah ke-113: Menapaki Jejak Perjuangan, Meneguhkan Komitmen Keumatan

Refleksi Milad Muhammadiyah ke-113: Menapaki Jejak Perjuangan, Meneguhkan Komitmen Keumatan

Refleksi Milad Muhammadiyah ke-113: Menapaki Jejak Perjuangan, Meneguhkan Komitmen Keumatan
Refleksi Milad Muhammadiyah ke-113: Menapaki Jejak Perjuangan, Meneguhkan Komitmen Keumatan

 

SURAU.CO – Alhamdulillāh, segala puji bagi Allah yang telah mengizinkan langkah kami—rombongan PWM Riau dan Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI)—untuk kembali ke Pekanbaru setelah menghadiri Milad Muhammadiyah ke-113 dan Milad Universiti Muhammadiyah Malaysia di Perlis.

Tanpa jeda yang panjang, kami kembali mendapat kehormatan diundang oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Mandau untuk menghadiri Milad Muhammadiyah di Duri.

Pada kesempatan itu, saya selaku Koordinator PDM Bengkalis diminta menyampaikan Pidato Milad Muhammadiyah ke-113 mewakili Ketua PWM Riau. Dalam pidato tersebut, saya mengajak hadirin untuk kembali menengok perjalanan panjang Persyarikatan yang mulia ini. Muhammadiyah bukan sekadar organisasi, tetapi sebuah gerakan yang lahir dari keikhlasan para pendiri, tumbuh dengan dedikasi para tokohnya, dan kuat karena militansi kadernya.

Menggali Keteladanan Para Pendiri

Setiap Milad hendaknya menjadi momentum muhasabah. Kader dan warga Muhammadiyah harus mengingat kembali jasa para pendiri dan tokoh-tokoh yang telah mewakafkan hidup mereka untuk dakwah pencerahan ini. Dengan kerja keras, keberanian, dan visi keislaman yang murni, mereka membangun pondasi kokoh sehingga Muhammadiyah dapat terus berdiri hingga hari ini—bahkan menapaki usia 113 tahun.

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Dalam lintasan sejarah bangsa, Muhammadiyah tidak pernah absen. Sejak masa perjuangan kemerdekaan hingga fase pembangunan negara, Muhammadiyah selalu memberi kontribusi nyata melalui pendidikan, kesehatan, sosial, dan pemberdayaan umat. Maka tidak berlebihan jika hari ini Muhammadiyah dikenal sebagai organisasi Islam terkaya di dunia, dengan struktur organisasi yang rapi, sistem yang modern, dan amal usaha yang terus tumbuh menjadi instrumen kemajuan bangsa.

Kesyukuran ini wajib tertanam dalam diri seluruh kader dan warga Persyarikatan.

Mengenang Buya Nawawi Jamil — Ulama Pengukir Jejak Dakwah

Dalam pidato tersebut saya juga menyinggung satu nama besar yang harum di Duri: Buya Nawawi Jamil, seorang tokoh Muhammadiyah yang namanya telah diabadikan menjadi nama amal usaha, Pondok Pesantren Muhammadiyah Nawawi Jamil.

Buya Nawawi Jamil berasal dari Payakumbuh, Sumatera Barat. Beliau adalah sosok ulama yang hidup untuk dakwah. Pada tahun 1960-an hingga 1980-an, beliau ditugaskan oleh PP dan PWM Muhammadiyah untuk membina Persyarikatan di Sungai Apit. Setelah itu, sekitar akhir 1980-an hingga awal 1990-an, beliau kembali diamanahi membina Muhammadiyah di Duri—meski usia beliau saat itu sudah lebih dari 70 tahun.

Beliau bukan hanya mengajarkan pemahaman Islam yang lurus, tetapi juga membentuk tata kelola organisasi Muhammadiyah yang kuat. Pertengahan 1990-an beliau memilih menetap di Duri hingga wafat awal 2000-an, dan dimakamkan di kota ini sebagai bagian dari sejarah dakwahnya.

Mengelola Amarah Menurut Hadis: Panduan Praktis Menahan Emosi Sesuai Tuntunan Nabi

Bagi saya pribadi, Buya Nawawi Jamil bukan sekadar tokoh Muhammadiyah. Almarhum adalah guru dan sahabat Ayah saya. Sejak saya duduk di bangku SD hingga MTs, ayah selalu membawa saya menghadiri pengajian Buya Nawawi. Kenangan itu menjadi cahaya yang membentuk banyak pemahaman dan sikap saya hari ini.

Alhamdulillah, jasa besar beliau kini terabadikan dalam nama pondok pesantren Muhammadiyah di Duri. Ini merupakan bentuk penghargaan atas pengabdian seorang ulama yang telah memberikan seluruh hidupnya untuk menegakkan dakwah dan membina Persyarikatan.

Milad: Momentum Menguatkan Gerak Ke Depan

Dalam setiap Milad Muhammadiyah, sejarah dan perjuangan ini harus terus disampaikan. Bukan untuk nostalgia semata, tetapi untuk menjadi sumber inspirasi bagi gerak masa kini dan masa depan.

Muhammadiyah telah membuktikan diri sebagai gerakan Islam yang memberi manfaat besar bagi umat, bangsa, dan kemanusiaan. Maka tugas kita sebagai kader adalah melanjutkan estafet perjuangan itu—membumikan Islam yang berkemajuan, memperkuat amal usaha, membina masyarakat, serta memperluas peran Persyarikatan di berbagai lini kehidupan.

Semoga usia ke-113 ini menjadi peneguh semangat baru bagi seluruh kader Muhammadiyah untuk terus beramal, bergerak, dan mengabdi sepenuh hati.

Membangun Resiliensi Mental yang Kokoh Melalui Konsep Mujahadah

Fastabiqul khairat. Bersatu, berkhidmat, dan memberi manfaat. (Tengku Iskandar, M. Pd – Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement