Khazanah
Beranda » Berita » Ta’limul Muta’allim: Panduan Meraih Keberkahan Ilmu dan Relevansi untuk Pelajar Masa Kini

Ta’limul Muta’allim: Panduan Meraih Keberkahan Ilmu dan Relevansi untuk Pelajar Masa Kini

Lentera ilmu dan adab, menggambarkan seorang pelajar Muslim yang menimba ilmu dari Kitab Ta'limul Muta'allim
Ilustrasi 'Lentera Ilmu dan Adab' melambangkan Kitab Ta'limul Muta'allim sebagai sumber pencerahan yang membimbing para penuntut ilmu. Dengan cahaya ilmu dan adab yang dipancarkan kitab ini, pelajar dapat meraih keberkahan dan manfaat sejati dari setiap pengetahuan yang diperoleh.

Surau.co. Ketika seorang pelajar menempuh perjalanan menuntut ilmu, ia tidak cukup mengandalkan kecerdasan intelektual semata. Ia juga perlu membangun etika dan moral yang kokoh agar mampu menghadapi derasnya informasi serta tuntutan zaman yang terus berubah. Di tengah kondisi itu, nilai-nilai luhur dalam proses belajar-mengajar sering kali terpinggirkan. Karena itulah, Kitab Ta’limul Muta’allim Tariqatut Ta’allum (Pendidikan Pelajar: Jalan Menuju Ilmu) tampil sebagai lentera yang terus menerangi langkah para penuntut ilmu agar meraih keberkahan dan manfaat sejati. Tidak mengherankan jika karya monumental ini tetap menjadi rujukan klasik di berbagai lembaga pendidikan Islam tradisional, terutama pesantren, selama berabad-abad.

Kitab Ta’limul Muta’allim tidak hanya menghadirkan teori pendidikan. Ia justru menawarkan panduan praktis yang membentuk karakter serta moral pelajar. Syekh Burhanuddin az-Zarnuji menjelaskan prinsip-prinsip dasar yang wajib dimiliki seorang muta’allim (pelajar) dan mu’allim (pengajar), termasuk adab-adab yang harus mereka jaga selama proses belajar berlangsung. Oleh sebab itu, artikel ini meninjau Kitab Ta’limul Muta’allim dengan menyoroti biografi pengarangnya, sistematika pembahasannya, inti pesan-pesan etika menuntut ilmu, dan relevansinya pada masa kini. Saya menampilkan semuanya secara praktis—tanpa makna filosofis berlebihan—agar pembahasan tetap mudah diterapkan.

Mengenal Syekh Burhanuddin az-Zarnuji: Imam Pendidikan Akhlak

Syekh Burhanuddin Ibrahim bin Ismail az-Zarnuji al-Hanafi adalah ulama terhormat yang berada di balik penyusunan Kitab Ta’limul Muta’allim. Beliau merupakan seorang faqih (ahli fikih) mazhab Hanafi yang diperkirakan hidup pada abad ke-6 atau 7 Hijriah (abad ke-12 atau 13 Masehi). Meskipun catatan biografinya tidak selengkap ulama besar lainnya, karya agungnya telah menggambarkan kedalaman ilmunya serta kepeduliannya terhadap pendidikan.

Pada masa Syekh Az-Zarnuji hidup, perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam berlangsung sangat pesat. Meski begitu, tantangan dalam membentuk karakter pelajar juga meningkat. Karena situasi itulah beliau merasa perlu menyusun karya yang menekankan etika dan metode menuntut ilmu. Secara keseluruhan, Ta’limul Muta’allim mencerminkan semangat para ulama terdahulu yang tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga membimbing jiwa pelajar agar ilmu tersebut membawa keberkahan dan manfaat luas bagi umat.

Struktur dan Sistematika Pembahasan Etika Ilmu

Syekh Burhanuddin menyusun Kitab Ta’limul Muta’allim secara sistematis dalam 13 fasal yang membahas tahapan-tahapan penting dalam proses belajar. Ia mengatur urutannya sehingga pelajar dapat mengikuti perjalanan belajar mulai dari niat hingga akhlak setelah memperoleh ilmu. Dengan demikian, struktur yang runtut ini membantu pelajar memahami seluruh bimbingan beliau secara bertahap.

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Ketiga belas fasal ini mencakup hakikat ilmu dan keutamaannya; pentingnya niat yang benar; pemilihan ilmu, guru, dan teman belajar; cara memuliakan ilmu dan ahli ilmu; serta etos kesungguhan dan kontinuitas. Selanjutnya, beliau menjelaskan waktu belajar yang ideal, ukuran pelajaran yang efektif, makna tawakal, peran kasih sayang guru, cara memperoleh keberkahan ilmu, sikap wara’, penyebab hafal dan lupa, hingga kewajiban mengamalkan serta menyebarkan ilmu. Setiap fasal dalam Ta’limul Muta’allim memuat pesan etika dan metodologi yang membentuk pelajar menjadi pribadi berilmu, berakhlak, dan bermanfaat.

Niat yang Ikhlas dan Keutamaan Ilmu (Fasal 1 & 2)

Syekh Az-Zarnuji membuka kitabnya dengan menegaskan pentingnya niat tulus dalam menuntut ilmu. Beliau menekankan bahwa niat ikhlas menjadi fondasi yang menentukan keberkahan ilmu. Karena itu, pelajar harus mencari ilmu demi rida Allah, menghidupkan syariat, dan menyebarkan kebaikan—bukan untuk memperoleh pengakuan, gelar, atau keuntungan duniawi.

Beliau juga menguatkan penjelasannya dengan hadits Nabi Muhammad ﷺ yang sangat terkenal:

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
“Sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Melalui niat yang benar, pelajar akan memperoleh derajat yang tinggi meski ia belum sepenuhnya menguasai ilmunya. Di sinilah letak perbedaan antara penuntut ilmu sejati dan pelajar yang sekadar mengejar prestise.

Sikap yang Benar Terhadap Musibah

Mengagungkan Ilmu dan Guru (Fasal 3 & 4)

Syekh Az-Zarnuji memberi perhatian besar pada penghormatan terhadap ilmu dan guru. Beliau meyakinkan bahwa pelajar tidak akan meraih keberkahan ilmu apabila ia tidak menghormati gurunya. Pelajar perlu menunjukkan sikap tawadhu’, mendengarkan nasihat, dan memuliakan guru sebagai pewaris para nabi.

Beliau menuliskan dengan sangat jelas:

اعْلَمْ بِأَنَّ طَالِبَ الْعِلْمِ لَا يَنَالُ الْعِلْمَ وَلَا يَنْتَفِعُ بِهِ إِلاَّ بِتَعْظِيمِ الْعِلْمِ وَأَهْلِهِ وَتَعْظِيمِ أُسْتَاذِهِ وَتَبْجِيلِهِ
“Ketahuilah bahwa seorang penuntut ilmu tidak akan mendapatkan ilmu ataupun manfaatnya kecuali dengan mengagungkan ilmu dan ahli ilmu, serta memuliakan gurunya.”

Sikap hormat ini menciptakan ikatan spiritual antara guru dan murid, yang kemudian menjadi pintu bagi keberkahan ilmu.

Kesungguhan, Kontinuitas, dan Manajemen Waktu (Fasal 5, 6 & 8)

Syekh Az-Zarnuji menjelaskan bahwa pelajar tidak akan menguasai ilmu tanpa kesungguhan dan kontinuitas. Ia perlu berusaha keras, berdisiplin, dan memiliki cita-cita tinggi. Dengan demikian, ia tidak mudah goyah atau terpengaruh hal yang melalaikan.

Filosofi Bathok Bolu Isi Madu: Kemuliaan Hati di Balik Kesederhanaan

Selain itu, beliau memberikan arahan praktis terkait manajemen waktu. Pelajar sebaiknya memanfaatkan masa muda, menjaga konsistensi belajar, serta menyeimbangkan porsi pelajaran agar tidak cepat lelah. Pemilihan waktu efektif ini membuat pelajar mampu memahami materi secara lebih mendalam.

Tawakal dan Wara’ (Fasal 7 & 11)

Syekh Az-Zarnuji juga menanamkan nilai tawakal, yakni berserah diri kepada Allah setelah berusaha maksimal. Dengan tawakal, pelajar tidak tenggelam dalam kecemasan tentang hasil yang belum ia lihat. Ia justru fokus pada proses dan menyerahkan hasilnya kepada Allah.

Adapun wara’ berarti menjauhkan diri dari hal-hal haram atau syubhat. Beliau menekankan bahwa makanan halal dan bersih memengaruhi kejernihan hati serta kecerdasan pikiran, yang pada akhirnya memudahkan pelajar memahami ilmu.

Kasih Sayang Guru dan Manfaat Ilmu (Fasal 9 & 10)

Syekh Az-Zarnuji mengingatkan guru agar menunjukkan kasih sayang kepada murid, memberikan nasihat dengan bijak, serta menuntun mereka dengan kelembutan. Di sisi lain, pelajar perlu menunjukkan kesungguhan ketika mengambil manfaat ilmu, baik dari segi pengetahuan maupun keberkahannya.

Menurut beliau, manfaat ilmu tidak terletak pada banyaknya hafalan. Ilmu baru menjadi bermanfaat ketika mendorong seseorang taat kepada Allah dan memancarkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.

Relevansi Ta’limul Muta’allim di Era Modern

Walaupun kitab ini ditulis berabad-abad lalu, isinya tetap sangat relevan bagi pendidikan modern. Di era digital yang penuh distraksi, pendidikan tidak hanya membutuhkan transfer pengetahuan, tetapi juga pembentukan karakter. Ta’limul Muta’allim memberi jawaban atas kebutuhan itu.

Di Indonesia, kitab ini masih menjadi mata pelajaran wajib di berbagai pesantren. Hal tersebut membuktikan bahwa pendekatan integratif—menggabungkan aspek intelektual dan moral—tetap penting untuk mencetak generasi yang cerdas dan berakhlak mulia. Dalam konteks pendidikan kontemporer, nilai-nilai dari kitab ini menjadi fondasi yang memperkokoh semangat belajar di tengah tantangan teknologi dan perubahan sosial.

Penutup: Meraih Keberkahan Ilmu dengan Adab dan Ketulusan

Kitab Ta’limul Muta’allim menjadi warisan agung yang terus membimbing para penuntut ilmu. Melalui bimbingan Syekh Burhanuddin az-Zarnuji, kita memahami bahwa menuntut ilmu adalah perjalanan spiritual yang memerlukan niat tulus, kesungguhan, penghormatan terhadap guru, serta tawakal kepada Allah. Perjalanan ini tidak hanya mengisi pikiran, tetapi juga membentuk jiwa.

Dengan memahami dan mengamalkan adab menuntut ilmu, kita membuka pintu keberkahan yang menjadikan ilmu bermanfaat di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, mari kita hidupkan kembali semangat Ta’limul Muta’allim dalam setiap langkah pendidikan, sehingga generasi penerus tumbuh menjadi insan cerdas sekaligus berakhlak mulia.

*Gerwin Satria N
Pegiat literasi Iqro’ University Blitar


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement