Surau.co. Dalam khazanah keilmuan Islam, terutama di lingkungan pesantren dan lembaga pendidikan tradisional. Para santri mengenal Kitab Fathul Mu’in bi Syarh Qurratil ‘Ain bi Muhimmatid Din sebagai karya besar yang terus menjadi rujukan utama. Para ulama dari generasi ke generasi memanfaatkan kitab ini untuk membimbing pelajar agar memahami fikih mazhab Syafi’i secara runtut dan komprehensif. Karena menyajikan ringkasan hukum syariat dengan bahasa yang padat, jelas, dan sistematis, kitab ini berhasil membuka jalan bagi siapa pun yang ingin menyelami samudra fikih Islam secara terarah.
Kitab Fathul Mu’in tidak hanya berfungsi sebagai buku teks fikih. Lebih jauh, kitab ini merupakan syarah (penjelasan) dari matan Qurratul ‘Ain bi Muhimmatid Din karya Syekh Zainuddin al-Malibari. Melalui Fathul Mu’in, Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibari al-Fannani menguraikan berbagai persoalan fikih dengan analisis dalil, perincian masalah, serta argumentasi yang kuat. Karena itu, artikel ini mengulas Kitab Fathul Mu’in dari sudut pandang ilmu fikih: mulai dari biografi penulisnya, struktur isi kitab, cakupan pembahasannya, hingga signifikansinya sebagai rujukan utama. Pembahasan ini menghindari sisi filosofis yang berlebihan dan lebih menekankan aspek ilmiah serta praktisnya.
Mengenal Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibari: Penulis Fathul Mu’in
Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibari al-Fannani, ulama besar dari Malabar, India Selatan, menulis Fathul Mu’in pada masa ketika tradisi intelektual Islam berkembang pesat. Beliau hidup pada abad ke-10 Hijriah (sekitar abad ke-16 M), dan para pelajar mengenalnya sebagai ahli fikih, ahli hadits, sekaligus sufi yang saleh. Karena tekun belajar dan selalu mendalami ilmu dari banyak ulama besar, beliau menguasai berbagai disiplin agama.
Selama hidupnya, beliau aktif mengajar, berdakwah, dan menulis karya ilmiah bermanfaat. Dari sekian banyak karyanya, Fathul Mu’in menjadi yang paling masyhur. Para ulama mazhab Syafi’i menjadikannya sebagai pegangan otoritatif dalam memahami hukum-hukum fikih. Judul lengkapnya, Fathul Mu’in bi Syarh Qurratil ‘Ain bi Muhimmatid Din, yang berarti “Pembuka Pertolongan sebagai Penjelasan Kitab Penyejuk Mata tentang Perkara-perkara Penting Agama”, mencerminkan tujuan beliau untuk memudahkan penuntut ilmu dalam memahami inti ajaran fikih.
Struktur dan Sistematika Pembahasan Fikih
Syekh Zainuddin menyusun Fathul Mu’in dengan struktur yang sangat sistematis, mengikuti gaya penyajian kitab-kitab fikih mazhab Syafi’i. Beliau menjadikan matan Qurratul ‘Ain sebagai fondasi, lalu menjabarkannya secara lebih terperinci. Setiap poin hukum yang terdapat dalam matan diurai dengan dalil, cabang masalah, dan pengecualian yang relevan.
Sistematika pembahasan kitab ini berurutan mulai dari bab ibadah—meliputi Kitabut Thaharah, Kitabus Shalat, Kitabuz Zakat, Kitabush Shiyam, dan Kitabul Haji. Selanjutnya, pembahasan bergerak ke bab muamalah seperti Kitabul Buyu’ dan Kitabul Fara’idh. Tidak berhenti di situ, kitab ini juga mengurai bab jinayah seperti Kitabul Hudud, kemudian ditutup dengan bab lain yang penting. Dengan struktur yang tersusun rapi, para pelajar dapat memahami fikih secara bertahap dan terarah.
Cakupan ilmu fikih dalam Fathul Mu’in sebagai pedoman beribadah. Fathul Mu’in memuat hampir semua aspek fikih mazhab Syafi’i yang relevan dengan kehidupan sehari-hari seorang Muslim. Pembahasan yang luas dan mendalam membuatnya menjadi rujukan komprehensif bagi para penuntut ilmu.
Kitab Thaharah (Bersuci)
Pada bagian awal, Syekh Zainuddin menjelaskan thaharah secara detail. Beliau menguraikan pembagian air, hukum bejana, tata cara wudhu, mandi junub, tayamum, hingga cara menghilangkan najis. Selain itu, beliau menegaskan pentingnya thaharah sebagai syarat sah ibadah, kemudian merujuk pada Surah Al-Ma’idah ayat 6:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ ۚ وَإِن كُنتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا ۚ
Terjemah: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan salat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki. Dan jika kamu junub, maka mandilah…”
Ayat ini menjadi dasar utama fikih bersuci yang kemudian beliau uraikan secara rinci.
Kitab Shalat (Salat)
Pada bab shalat, Syekh Zainuddin menguraikan waktu, syarat, rukun, sunnah, dan hal-hal yang membatalkan salat. Tidak hanya membahas hal pokok, beliau juga menjelaskan shalat berjamaah, Jumat, Id, gerhana, dan jenazah. Karena penjelasannya detail, para pelajar mudah memahami berbagai perbedaan pendapat dalam mazhab Syafi’i serta cara mempraktikkannya.
Kitab Zakat
Dalam bab ini, Syekh Zainuddin menjelaskan harta-harta yang wajib dizakati, nisab, haul, dan cara menghitung zakat. Beliau kemudian menegaskan dasar kewajiban zakat melalui Surah At-Taubah ayat 103:
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ ۖ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ ۗ
Terjemah: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka, dan doakanlah mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.”
Melalui ayat ini, beliau menjelaskan bagaimana zakat bekerja dalam mensucikan harta dan jiwa.
Kitab Shiyam (Puasa) dan Kitabul Haji
Dalam bab puasa, beliau menguraikan syarat wajib, rukun, pembatal, dan berbagai puasa sunnah. Kemudian dalam bab haji, beliau memaparkan tata cara haji dan umrah secara terperinci: mulai dari ihram, thawaf, sa’i, hingga larangan ihram dan hukuman dam. Para pelajar dapat mengikuti panduannya secara sistematis.
Bab Muamalah, Jinayah, dan Bab Lainnya
Fathul Mu’in juga membahas transaksi seperti jual beli, sewa, pinjaman, wakaf, dan warisan. Selain itu, beliau membahas hudud dan qishash meski lebih ringkas. Karena cakupannya luas, para pelajar dapat mempelajari fikih secara holistik.
Gaya Bahasa dan Kekuatan Pedagogis Fathul Mu’in
Syekh Zainuddin memakai bahasa Arab klasik yang lugas, padat, dan ringkas. Namun, beliau tetap menyajikan penjelasan yang detail sehingga para pelajar mudah memahami inti persoalan. Karena beliau menyusun pembahasan mulai dari definisi, syarat, rukun, sunnah, hingga pembatal, para santri dapat mengikuti alur ilmu secara runtut. Selain itu, kitab-kitab syarah seperti I’anatut Thalibin membantu memperluas pemahaman terhadap teks Fathul Mu’in.
Resepsi dan Signifikansi Fathul Mu’in di Dunia Islam
Karena manfaatnya besar, para ulama di Asia Tenggara, Afrika Timur, dan India menerima Fathul Mu’in dengan sangat baik. Pesantren-pesantren di Indonesia menjadikannya bagian dari kurikulum inti. Lebih jauh, kitab ini melahirkan banyak syarah, hasyiyah, dan ta’liq yang memperkaya tradisi fikih mazhab Syafi’i.
Kitab ini juga berperan besar dalam melestarikan dan memperkuat mazhab Syafi’i. Banyak pelajar memulai perjalanan intelektual mereka dari Fathul Mu’in sebelum naik ke kitab-kitab besar seperti Minhajut Thalibin atau Tuhfatul Muhtaj. Dengan demikian, Fathul Mu’in menjadi fondasi kokoh bagi studi fikih lanjutan.
Penutup: Pilar Fikih yang Tak Lekang oleh Zaman
Kitab Fathul Mu’in merupakan warisan ilmiah luar biasa. Melalui karyanya ini, Syekh Zainuddin al-Malibari menyajikan panduan fikih yang sistematis, komprehensif, dan mudah dipahami. Pembahasannya mencakup seluruh aspek kehidupan, mulai dari thaharah hingga muamalah, sehingga para pembacanya dapat beribadah dan bermuamalah dengan benar.
Ketika kita mendalami Fathul Mu’in, kita sesungguhnya sedang membangun pondasi keagamaan di atas landasan yang kuat dan teruji. Mudah-mudahan Allah SWT merahmati Syekh Zainuddin al-Malibari atas jasanya yang besar, dan semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa menimba ilmu dari karya berharga ini agar kehidupan kita selalu selaras dengan tuntunan syariat serta membawa kebahagiaan di dunia dan akhirat.
*Gerwin Satria N
Pegiat literasi Iqro’ University Blitar
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
