Surau.co. Dalam khazanah keilmuan Islam, khususnya dalam ranah tasawuf, Kitab Al-Hikam menempati posisi yang sangat istimewa. Kitab ini tidak hadir hanya sebagai kumpulan teks; sebaliknya, ia mengajak pembacanya memasuki ruang renungan yang luas dan mendalam. Al-Hikam memandu siapa pun yang membacanya untuk menelusuri hakikat keberadaan, memahami hubungan dengan Allah, dan meresapi makna terdalam kehidupan. Para salik (penempuh jalan spiritual) terus menjadikannya rujukan utama karena kitab ini menyajikan pandangan yang membersihkan hati dan menumbuhkan kesadaran ilahiah. Artikel ini meresensi Kitab Al-Hikam dengan menyoroti pengarangnya, struktur penyajiannya, serta inti pesan hikmah-hikmahnya dari perspektif tasawuf.
Kitab Al-Hikam berbeda dari kebanyakan kitab syariat yang membahas hukum fikih atau hadits. Kitab ini menghadirkan aforisme—kata-kata mutiara yang padat dan langsung menusuk ke dalam. Setiap hikmah mengajak pembaca melihat realitas dengan mata hati, bergerak melampaui dimensi lahiriah menuju kedalaman spiritual. Ketika seseorang mempelajari Al-Hikam, ia seakan menyelami samudra kebijaksanaan yang tak bertepi, menemukan petunjuk untuk segala permasalahan hati, serta mengarahkan jiwanya menuju kepasrahan total kepada Allah.
Ibnu Atha’illah al-Sakandari: Sang Mutiara Tasawuf
Syekh Tajuddin Abu al-Fadl Ahmad bin Muhammad bin Abd al-Karim bin Atha’illah al-Sakandari al-Maliki al-Syazili, atau yang lebih dikenal dengan Ibnu Atha’illah al-Sakandari, menjadi tokoh besar di balik lahirnya Al-Hikam. Beliau lahir di Iskandariyah (Aleksandria), Mesir, sekitar tahun 648 H (1250 M) dan wafat di Kairo pada 709 H (1309 M). Sepanjang hidupnya, ia memperoleh penghormatan mendalam dari para ulama karena penguasaannya terhadap beragam disiplin ilmu.
Sejak kecil, Ibnu Atha’illah tumbuh di tengah keluarga yang penuh ilmu dan spiritualitas. Kakeknya, seorang ahli fikih dan hadits, menanamkan fondasi keilmuan syariat yang kuat. Namun, titik balik hidupnya muncul ketika ia bertemu dengan gurunya, Syekh Abul Abbas al-Mursi, seorang mursyid besar tarekat Syaziliyah. Dari gurunya ini, Ibnu Atha’illah mempelajari tasawuf dan suluk secara mendalam. Karena itu, ia memadukan keteguhan ilmu syariat dengan pengalaman ruhani yang matang sehingga menjadi figur sufi yang otentik. Ia selalu menautkan ajarannya kepada Al-Qur’an dan Sunnah.
Imam Taqiyuddin as-Subki pernah menyanjungnya dengan kalimat:
كَانَ شَيْخَ مَشَايِخِ الصُّوْفِيَّةِ بِمِصْرَ وَصَاحِبَ كَرَامَاتٍ وَمَقَامَاتٍ
“Beliau adalah guru dari para guru sufi di Mesir, pemilik karamah dan maqamat.”
Pujian ini menegaskan kedudukan Ibnu Atha’illah sebagai otoritas spiritual yang diakui di dunia Islam. Setiap karyanya, termasuk Al-Hikam, mencerminkan kedalaman pandangan beliau terhadap hakikat kehidupan.
Struktur dan Daya Pikat Hikmah dalam Al-Hikam
Kitab Al-Hikam memiliki struktur yang berbeda dari kitab keagamaan lain. Ibnu Atha’illah tidak memecahnya ke dalam bab-bab formal; ia justru menyusunnya sebagai rangkaian hikmah (aforisme) yang mengalir tanpa jeda. Secara umum, jumlah hikmahnya berkisar antara 264 hingga 267, tergantung edisi manuskripnya.
Daya pikat utama kitab ini lahir dari gaya bahasanya yang puitis, padat makna, dan dalam. Setiap hikmah berdiri sebagai kalimat pendek yang mengandung lautan makna. Walaupun tiap hikmah bisa berdiri sendiri, seluruhnya tetap saling terhubung sebagai benang merah perjalanan spiritual seorang hamba.
Para pensyarah seperti Syekh Ibnu Ajibah dalam Iqazh al-Himam fi Syarh al-Hikam sering menulis halaman-halaman panjang hanya untuk menguraikan satu hikmah. Hal ini menunjukkan betapa luas makna yang terkandung dalam setiap kalimat.Walaupun tidak memiliki bab formal, Al-Hikam memuat beragam tema penting yang sangat relevan dalam perjalanan spiritual seorang hamba. Berikut inti pesan yang paling dominan.
Hakikat Tauhid dan Ke-Esaan Allah
Banyak hikmah mengajak pembaca meneguhkan tauhid, yaitu mengesakan Allah SWT dalam seluruh aspek kehidupan. Ibnu Atha’illah terus mengingatkan pembaca agar menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi—baik nikmat maupun musibah—berasal dari kehendak Allah.
Salah satu hikmahnya menegaskan hal ini:
لَا تَنْفُذُ بَصَائِرُ الْمُتَمَكِّنِينَ أَنْ تَكْشِفَ عَنْ أَسْرَارِ الْغَيْبِ إِلاَّ بَعْدَ غَوْصِهِمْ فِى غِمَارِ التَّوْحِيدِ
“Mata hati para ahli makrifat tidak akan menembus rahasia-rahasia gaib melainkan setelah mereka menyelam dalam samudra tauhid.”
Hikmah ini mengajak hamba untuk merasakan tauhid bukan sekadar lisan, tetapi sebagai pengalaman batin yang terus hidup dalam hati.
Adab Berinteraksi dengan Allah dan Hakikat Ubudiyah
Kitab Al-Hikam penuh dengan ajaran tentang adab seorang hamba di hadapan Allah. Hikmah-hikmahnya mendorong pembaca untuk merawat sikap ridha, syukur, sabar, dan tawakkal. Ibnu Atha’illah mengajak hamba untuk tidak bersandar kepada amal, tetapi kepada karunia Allah.
Salah satu hikmah yang terkenal berbunyi:
مِنْ عَلاَمَةِ الإِعْتِمَادِ عَلَى العَمَلِ، نُقْصَانُ الرَّجَاءِ عِنْدَ الزَّلَلِ.
“Di antara tanda bergantung pada amal adalah berkurangnya harapan ketika terjadi suatu kesalahan.”
Dengan hikmah ini, beliau menanamkan kesadaran bahwa rahmat Allah selalu lebih luas dari dosa apa pun.
Memahami Hakikat Dunia dan Akhirat
Ibnu Atha’illah sering mengingatkan pembaca bahwa dunia hanyalah tempat sementara, sedangkan akhirat merupakan tujuan abadi. Karena itu, ia mengajak hamba untuk bersikap bijak di dunia tanpa terjebak oleh gemerlapnya.
Salah satu hikmahnya memuat gambaran yang sangat kuat: dunia ibarat bayangan. Ketika seseorang mengejarnya, bayangan itu menjauh; namun ketika ia berpaling darinya, bayangan itu justru mengikuti. Melalui gambaran ini, Ibnu Atha’illah mengarahkan hamba agar mengutamakan akhirat tanpa mengabaikan peran dunia sebagai ladang amal.
Penyakit-Penyakit Hati dan Penawarnya
Al-Hikam juga membahas penyakit-penyakit hati seperti riya’, ujub, hasad, amarah, dan tamak. Ibnu Atha’illah mengajak pembaca mengenali setiap penyakit itu dan mengobatinya melalui mujahadah (perjuangan diri) serta muraqabah (kesadaran bahwa Allah selalu mengawasi).
Hadits Nabi Muhammad ﷺ yang berbunyi:
“Sesungguhnya dalam jasad ada segumpal daging; jika ia baik maka baiklah seluruh jasad, dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh jasad. Ketahuilah ia adalah hati” (HR.Bukhari & Muslim)
Dalam hal ini, menegaskan betapa pentingnya peran hati. Maka, Al-Hikam hadir sebagai panduan konkret untuk membersihkan hati dari penyakit spiritual.
Hubungan Antara Zahir dan Batin, serta Maqamat dan Ahwal Sufi
Kitab ini berkali-kali menekankan keselarasan antara amalan lahiriah dan keadaan batin. Ibnu Atha’illah mengingatkan bahwa ibadah yang dilakukan tanpa kehadiran hati tidak akan menghasilkan buah spiritual yang sempurna. Karena itu, ia terus mendorong hamba untuk memadukan syariat dan hakikat dalam satu kesatuan.
Walaupun tidak menyusun tema secara sistematis seperti kitab-kitab tasawuf lain, Al-Hikam kerap menyentuh konsep-konsep maqamat dan ahwal sufi. Hikmah-hikmahnya mengajak pembaca melalui jalan taubat, zuhud, wara’, khauf, raja’, mahabbah, hingga ma’rifat. Semua konsep ini membimbing seorang salik menuju pemahaman yang semakin dalam terhadap Allah.
Penutup: Cahaya Hikmah yang Tak Pernah Padam
Kitab Al-Hikam karya Ibnu Atha’illah al-Sakandari menghadirkan warisan spiritual yang sangat berharga. Melalui rangkaian hikmah yang padat dan mendalam, kitab ini membimbing hati manusia untuk mendekat kepada Allah, memahami hakikat kehidupan, dan menata jiwa dari berbagai penyakit batin. Gaya penyajiannya yang puitis membuatnya tetap relevan di berbagai zaman, menyajikan panduan abadi untuk setiap pencari kebenaran.
Dengan merenungkan isi Al-Hikam, seseorang tidak hanya beraktivitas secara intelektual, tetapi juga menjalani proses transformasi batin. Hikmah-hikmah ini mengajak kita untuk memperbaiki niat, mengikis ketergantungan kepada selain Allah, dan menumbuhkan cinta yang tulus kepada-Nya. Semoga cahaya hikmah Al-Hikam selalu menerangi hati kita, membimbing jalan hidup kita, dan mendekatkan kita kepada Allah setiap saat.
*Gerwin Satria N
Pegiat literasi Iqro’ University Blitar
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
