Khazanah
Beranda » Berita » Menelusuri Kitab Arbain Nawawi dari Perspektif Ilmu Hadits

Menelusuri Kitab Arbain Nawawi dari Perspektif Ilmu Hadits

Kitab Arbain Nawawi sebagai pilar hikmah dan fondasi ilmu hadits, sebuah ilustrasi yang merepresentasikan pentingnya karya Imam Nawawi dalam menjaga ajaran Islam.

Surau.co. Kitab Arbain Nawawi menjadi salah satu karya monumental dalam warisan keilmuan Islam yang hingga kini tetap relevan. Kitab ini hadir sebagai jembatan penting yang membantu jutaan Muslim memahami inti ajaran Islam melalui sumber kedua agama, yaitu hadits Nabi Muhammad ﷺ. Imam Yahya bin Syaraf an-Nawawi tidak sekadar mengumpulkan hadits, tetapi juga melakukan seleksi ilmiah yang cermat dan sistematis. Ketika seseorang mendalami kitab ini dari sudut pandang ilmu hadits, ia akan melihat bagaimana metodologi seleksi, kekuatan sanad, dan kedalaman makna hadits-haditsnya membentuk kaidah fundamental agama.

Imam Nawawi, salah satu ulama besar mazhab Syafi’i, memilih hadits-hadits yang memiliki nilai strategis sebagai “induk” ajaran Islam. Hadits-hadits tersebut termasuk kategori jawami’ al-kalim, yaitu sabda Nabi yang singkat namun sangat padat makna. Hadits-hadits pilihan ini mencakup tema akidah, ibadah, muamalah, dan akhlak. Maka, artikel ini berupaya mengulas Kitab Arbain Nawawi secara tematik dari perspektif ilmu hadits, termasuk metode pemilihan, kedudukan sanad, serta signifikansinya dalam membentuk pemahaman Islam yang komprehensif tanpa terdorong ke arah pembahasan filosofis.

Imam Nawawi dan Latar Belakang Penulisan Arbain

Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an-Nawawi (w. 676 H/1277 M) dikenal sebagai ulama yang sangat produktif dan berpengaruh pada zamannya. Beliau menghabiskan seluruh hidupnya untuk menuntut ilmu, mengajar, dan menyusun karya. Imam Dzahabi dalam Siyar A’lam an-Nubala’ menegaskan pengabdian ini dengan ungkapan bahwa setiap hari Imam Nawawi selalu menyibukkan diri dengan aktivitas ilmiah.

Dorongan utama penyusunan Arbain berangkat dari keinginannya mengumpulkan hadits-hadits yang menjadi pondasi agama. Dalam mukadimahnya, beliau menuliskan:

قَدْ رُوِّينَا عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ … أَنَّهُ قَالَ: (مَنْ حَفِظَ عَلَى أُمَّتِي أَرْبَعِينَ حَدِيثًا مِنْ أَمْرِ دِينِهَا بَعَثَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِي زُمْرَةِ الْفُقَهَاءِ وَالْعُلَمَاءِ).
“Sungguh telah diriwayatkan kepada kami dari Ali bin Abi Thalib… bahwa Nabi ﷺ bersabda: ‘Barangsiapa menghafal untuk umatku empat puluh hadits tentang urusan agamanya, niscaya Allah akan membangkitkannya pada hari kiamat bersama para fuqaha dan ulama’.”

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Meskipun hadits tersebut dinilai dha’if oleh sebagian ahli hadits, Imam Nawawi tetap melanjutkan proyek ilmiah ini, bukan karena berpegang pada kualitas hadits tersebut, tetapi karena beliau ingin menghimpun hadits-hadits yang paling penting. Menariknya, beliau tidak hanya mengumpulkan 40 hadits, tetapi 42 hadits yang dinilainya paling representatif bagi fondasi ajaran Islam.


Metode Seleksi Hadits: Kriteria Ilmiah di Balik 42 Hadits

Imam Nawawi memilih hadits dengan kriteria ketat. Beliau menargetkan hadits-hadits yang bersifat jawami’ al-kalim, ringkas tetapi mendalam. Pilihan ini tentu tidak dilakukan secara asal, melainkan dengan pertimbangan metodologis yang kuat.

Beliau menjelaskan dalam mukadimah:

وَقَدِ اتَّفَقَ الْعُلَمَاءُ عَلَى جَوَازِ الْعَمَلِ بِالْحَدِيثِ الضَّعِيفِ فِي فَضَائِلِ الْأَعْمَالِ… وَأَنَّ هَذِهِ الْأَرْبَعِينَ حَدِيثًا كُلَّهَا صَحِيحَةٌ، وَأَكْثَرُهَا فِي صَحِيحَي الْبُخَارِيِّ وَمُسْلِمٍ.
“Para ulama sepakat bolehnya mengamalkan hadits dha’if pada fadhailul a’mal. Namun, ketergantunganku bukan pada hadits tersebut, melainkan pada sabda Nabi ﷺ tentang 40 hadits, serta pada kenyataan bahwa hadits-hadits dalam kitab ini semuanya shahih, dan sebagian besar terdapat dalam Shahih Bukhari dan Muslim.”

Dari pernyataan ini terlihat jelas bahwa Imam Nawawi mengutamakan kualitas hadits. Mayoritas hadits dalam Arbain berasal dari dua sumber paling sahih dalam tradisi Islam, sehingga hal ini mengangkat derajat kitab tersebut di mata para ulama dan pelajar.

Sikap yang Benar Terhadap Musibah

Kedudukan Sanad dan Matan dalam Arbain Nawawi

Imam Nawawi menyebutkan nama sahabat perawi hadits tanpa mencantumkan sanad lengkap. Meskipun demikian, hal ini tidak berarti haditsnya tanpa sanad. Sebagai seorang hafizh, Imam Nawawi tentu memiliki sanad jelas untuk setiap hadits yang ia gunakan.

Para ulama pensyarah, seperti Ibnu Daqiq al-‘Id dan Ibnu Rajab al-Hanbali, kemudian melengkapi sanad lengkapnya dalam syarah mereka, termasuk menunjukkan kualitas perawinya.

Contohnya, hadits pertama yang sangat terkenal:

عَنْ أَمِيرِ المُؤمِنِينَ أَبِي حَفْصٍ عُمَرَ … (إنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ…) رواه البخاري ومسلم.
“Dari Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda… ‘Sesungguhnya amal itu bergantung pada niat…’.” (HR. Bukhari&Muslim)

Penyebutan رواه البخاري ومسلم semakin menegaskan otentisitasnya, sekaligus memperlihatkan pemilihan Imam Nawawi terhadap hadits-hadits berkualitas tinggi.

Filosofi Bathok Bolu Isi Madu: Kemuliaan Hati di Balik Kesederhanaan

Signifikansi Kandungan Arbain Nawawi dalam Ilmu Hadits

Kandungan Arbain memiliki signifikansi besar bagi studi hadits maupun praktik keagamaan. Hadits-hadits yang dikumpulkan menjadi poros ajaran Islam (madar al-Islam), karena banyak di antaranya menjadi dasar hukum, konsep akidah, dan prinsip akhlak.

Imam Abu Daud pernah berkata:

كَتَبْتُ عَن رَسُولِ اللهِ … ثُمَّ صَفَّيْتُهَا عَلَى أَرْبَعَةِ أَحَادِيثَ…
“Aku menulis lima belas ribu hadits, lalu menyaringnya menjadi empat hadits…”

Menariknya, sebagian besar hadits tersebut tercantum dalam Arbain, sehingga menunjukkan kecermatan Imam Nawawi dalam menetapkan hadits-hadits pondasi.

Selain itu, kitab ini juga mengenalkan para pelajar kepada hadits-hadits muttafaq ‘alaih, yaitu hadits yang disepakati kesahihannya oleh Bukhari dan Muslim—tingkatan tertinggi dalam ilmu hadits. Karena itu, Arbain Nawawi menjadi pintu masuk ideal bagi siapa saja yang mulai mempelajari musthalah hadits atau fiqh al-hadits.

Penutup

Kitab Arbain Nawawi merupakan permata penting dalam keilmuan Islam. Ketika seseorang menelitinya dari perspektif ilmu hadits, ia akan melihat bagaimana Imam Nawawi menyusun karya ini dengan metodologi ketat, seleksi cerdas, dan tujuan yang jelas. Kekuatan sanad, kualitas matan, serta kedalaman makna menjadikan kitab ini tidak hanya relevan, tetapi juga menjadi pedoman hidup bagi umat Islam sepanjang masa.

Dengan memahami dan mengamalkan kandungannya, kita sejatinya sedang membangun fondasi keagamaan yang kokoh. Hadits-hadits di dalamnya menjadi cahaya penerang dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus menghubungkan kita dengan warisan suci Nabi Muhammad ﷺ. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat kepada Imam Nawawi dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang terus menimba ilmu dari karyanya yang berharga.

*Gerwin Satria N
Pegiat literasi Iqro’ University Blitar


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement