SURAU.CO-Syekh Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam menjelaskan:
“Bisa jadi, umur seseorang panjang, namun sedikit manfaatnya. Dan, bisa jadi, umur seseorang pendek, namun banyak manfaatnya.”
Terkadang, kita mendapati seseorang yang hidup puluhan tahun, namun tidak ada manfaat yang ia berikan kepada orang lain, atau sedikit sekali amal ibadahnya kepada Allah Swt. Alangkah ruginya orang seperti ini. Ia mendapat kesempatan hidup yang lama dan panjang untuk meraup pahala yang banyak, namun ia justru menyia-nyiakannya dan tidak mempergunakannya baik-baik.
Di sisi lain, ada juga di antara manusia yang umurnya cenderung pendek, namun manfaat yang ia berikan kepada orang lain sungguh luar biasa. Orang seperti ini akan terus terabadikan oleh sejarah dan tidak akan terlupakan. Usia sejarahnya lebih panjang dari usia biologisnya. Cobalah kita perhatikan para rasul, nabi, shalihin, dan ulama. Banyak di antara mereka yang meninggal ketika usia muda, namun nama mereka masih terus kita kenang sampai saat ini. Kesimpulannya, umur yang pendek namun penuh manfaat jauh lebih baik dari umur yang panjang namun penuh maksiat.
Usia yang Allah Berkahi
Syekh Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari menjelaskan tanda keberkahan usia:
“Barang siapa yang umurnya berkah, maka ia akan mendapatkan karunia Allah Swt. yang tidak bisa Diungkapkan dengan kata-kata dan tidak bisa terjangkau dengan isyarat dalam jangka waktu yang relatif singkat.”
Jikalau umur kita mendapat berkah sehingga kita mengisinya dengan segala bentuk ketaatan kepada Allah Swt., menjalankan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya, maka kita akan mendapatkan nikmat yang tidak bisa Diungkapkan dengan kata-kata dan tidak bisa Ditunjukkan dengan jemari. Nikmat yang kita terima itu sungguh luar biasa.
Oleh karena itu, tidak ada kata-kata yang cocok untuk mengungkapkannya. Dan, nikmat tersebut sama sekali tidak bisa kita tunjuk, sebab memang tidak bisa terlihat dengan mata telanjang, bahkan sama sekali tidak bisa terraba. Hanya perasaan saja yang bisa merasakan nikmat tersebut, yaitu suatu kenikmatan yang tidak mungkin tergantikan oleh harta, materi, dan lain sebagainya. Raihlah keberkahan umur kita. Caranya menurut Syekh Ibnu ‘Athaillah hanya satu: isilah dengan ketaatan. Jalankan perintah-Nya dan jauhi larangan-Nya.
Kesia-siaan yang Nyata
Syekh Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari memberikan peringatan keras:
“Sungguh, merupakan kesia-siaan yang nyata jikalau kita tidak sibuk, kemudian kita tidak menghadapkan diri kepada Allah Swt. Jikalau rintangan kita sedikit, kemudian kita tidak menghampiri-Nya.”
Alangkah merugi jikalau kita telah selesai mengerjakan urusan-urusan dunia, kemudian tidak menghadapkan diri kepada Allah Swt. Untuk apa waktu kosong yang Dia berikan kepada kita?! Ingatlah, jikalau kita tidak mengisinya dengan ketaatan, maka kita akan mengisinya dengan kemaksiatan.
Pilihan kita berada di tangan kita. Allah memberi hak untuk menentukan sesuatu yang terbaik buat kita. Allah Swt. telah menjelaskan kepada kita jalan yang baik dan buruk. Manfaatkanlah waktu yang Allah berikan kepada kita untuk beribadah kepada-Nya. Rezeki berada di tangan-Nya semata. Jangan kita sangka bahwa usaha kita-lah yang membuat kita kaya dan sejahtera.
Apakah kita tidak malu kepada-Nya? Allah memberikan kita kehidupan, namun kita tidak memanfaatkannya baik-baik. Jikalau kita punya waktu luang, maka isilah dengan ibadah-ibadah sunah atau kebaikan yang akan mendekatkan kita kepada-Nya. Sedangkan jikalau ibadah wajib, maka kita harus mengerjakannya tepat pada waktunya. Jangan pernah melalaikan kewajiban kepada-Nya. Bahkan, kita harus menghentikan pekerjaan kita demi mengerjakan kewajiban tersebut.(St.Diyar)
Referensi : Atha’illah as-Sakandari, Kitab Al-Hikam (penerjemah : D.A. Pakih Sati)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
