SURAU.CO. Qana’ah dan Ambisi Apakah Berlawanan Dalam Islam. Qana’ah dan ambisi tidak sepenuhnya berlawanan dalam Islam. Keduanya dapat berjalan beriringan jika disertai niat yang benar. Umat Muslim menjalankan kedua sifat ini dengan keseimbangan yang tepat. Qana’ah adalah rasa cukup dan bersyukur atas rezeki dari Allah, sementara ambisi adalah dorongan untuk berusaha mencapai potensi diri. Dengan menjaga niat, menggunakan cara-cara yang halal, dan bersyukur, keduanya bisa saling melengkapi dan mengarah pada kebaikan.
Umat Muslim memandang qana’ah dan ambisi dalam Islam tidak berlawanan. Keduanya bisa berjalan seiring. Seseorang mengarahkan ambisi untuk kebaikan. Qana’ah mengendalikan ambisi yang berlebihan. Qana’ah membuat seseorang merasa cukup dan puas dengan apa yang dimiliki. Ambisi memberikan dorongan untuk mencapai tujuan yang lebih besar. Keduanya bisa bersinergi secara harmonis. Qana’ah menjadi “pengendali” untuk memastikan ambisi tidak berubah menjadi keserakahan yang tidak sehat. Ambisi yang positif menjadi “dinamisator” untuk meraih kesuksesan. Seseorang meraih kesuksesan dengan cara yang diridai Allah.
Qana’ah membantu seseorang merasa cukup dan tidak terlalu terbebani oleh pengejaran duniawi, sehingga terhindar dari stres dan kegelisahan. Dengan merasa cukup, seseorang tidak mudah terdorong untuk melakukan hal-hal yang haram demi kekayaan atau status, seperti yang sering terjadi pada mereka yang memiliki ambisi tanpa batas dan tanpa qana’ah. Qana’ah mendorong seseorang untuk fokus pada apa yang sudah dimiliki dan mensyukurinya, sambil tetap berusaha meraih kebaikan.
Ambisi positif mendorong seseorang untuk kebaikan. Seseorang dapat mencontohkan ambisi untuk menyebarkan kebaikan sambil tetap bersyukur secara pribadi. Ambisi yang didasari keyakinan dapat mendorong kemandirian dan ketahanan mental. Ambisi tersebut membuat seseorang fokus pada pencapaian yang bermanfaat. Seseorang tidak harus mengikuti standar kesuksesan duniawi yang tidak realistis. Ambisi positif dapat menjadi kekuatan pendorong untuk meraih kesuksesan yang tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tetapi juga bagi lingkungan sekitar.
Perbedaan antara Qana’ah dan Ambisi yang Berlebihan
- Perbedaan mendasar: Perbedaan utama terletak pada ketamakan. Banyak orang menyebut ambisi yang berlebihan dan tidak terkendali sebagai sifat serakah atau tamak. Sifat serakah atau tamak berlawanan dengan sifat qana’ah (merasa cukup).
- Qana’ah:
- Definisi: Sikap merasa puas dan cukup dengan apa yang telah diberikan Allah.
- Usaha: Tetap berusaha semaksimal mungkin, tetapi menerima hasil dengan lapang dada.
- Fokus: Merasa tenang dan bersyukur atas rezeki yang ada saat ini.
- Orientasi: Menjadikan Allah sebagai sumber utama rasa aman dan kepuasan, serta berfokus pada akhirat.
- Ambisi (yang tidak sehat/berlebihan):
- Definisi: Keinginan yang berlebihan untuk memperoleh lebih banyak, seringkali tanpa mempertimbangkan etika atau kebutuhan yang sebenarnya.
- Usaha: Sering kali mendorong seseorang untuk menempuh segala cara demi tujuan, termasuk yang haram.
- Fokus: Keinginan duniawi, gengsi, atau perbandingan dengan orang lain sering kali mendorong seseorang.
- Orientasi: Terlalu terfokus pada pencapaian duniawi, yang bisa menyebabkan stres, kecemasan, dan ketidakpuasan terus-menerus.
Bagaimana keduanya bisa berjalan beriringan?
- Ambisi yang termotivasi oleh Qana’ah: Ambisi bisa menjadi positif jika seseorang mendasarinya dengan qana’ah. Ambisi untuk maju dan berkembang mendorong keinginan seseorang untuk menjadi pribadi yang lebih baik serta memberikan kontribusi yang lebih besar. Seseorang mengejar ambisi tersebut bukan semata-mata untuk menimbun harta atau kepuasan pribadi.
- Menjaga keseimbangan: Kunci untuk menggabungkan keduanya adalah menjaga keseimbangan. Kita bisa memiliki ambisi untuk menjadi sukses dan memberikan dampak positif di dunia, sambil tetap merasa cukup dan bersyukur dengan apa yang telah Allah berikan.
- Fokus pada proses: Kita dapat mengarahkan ambisi pada proses kerja keras, profesionalisme, dan terus belajar. Sikap qana’ah membantu kita menerima hasilnya. Hal ini menghindarkan kita dari kekecewaan jika hasil tidak sesuai harapan.
- Niat yang lurus: Selalu ingat bahwa tujuan utama hidup adalah mencari ridha Allah, bukan hanya kekayaan atau status. Niat yang ikhlas akan membuat ambisi dan qana’ah menjadi selaras dan bermakna.
Filosofi
Umat Islam memahami filosofi qana’ah dan ambisi secara seimbang agar tidak berlawanan. Mereka mendefinisikan qana’ah sebagai rasa syukur dan merasa cukup atas rezeki Allah. Umat Islam menganggap ambisi sebagai dorongan untuk berusaha mencapai potensi diri dengan cara yang halal. Keduanya bisa berjalan beriringan dengan menjaga niat dan selalu ingat Allah, di mana qana’ah memberikan ketenangan dan mencegah ketamakan, sementara ambisi mendorong seseorang untuk terus berkembang secara positif.
Penjelasan perbandingan
- Qana’ah:
- Definisi: Saya menerima dan merasa cukup dengan apa yang telah diberikan Allah, serta yakin bahwa takdir-Nya adalah yang terbaik bagi saya.
- Tujuan: Memberikan ketenangan batin, mencegah rasa serakah atau tamak, dan menjauhkan dari kecemasan yang berlebihan atas hasil usaha.
- Hubungan dengan usaha: Tetap berusaha semaksimal mungkin, tetapi menerima hasilnya dengan lapang dada.
- Ambisi:
- Definisi: Dorongan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik, baik untuk dunia maupun akhirat.
- Tujuan: Mendorong seseorang untuk terus berkembang dan tidak stagnan.
- Hubungan dengan usaha: Menggerakkan seseorang untuk bekerja keras dan berusaha secara optimal.
Menyeimbangkan keduanya
- Jaga niat: Kita harus menjalankan ambisi dengan niat yang benar, yaitu di jalan yang sesuai syariat dan untuk kebaikan diri serta orang lain.
- Ingat Allah: Kita menjaga keseimbangan ketika melakukan semua usaha dengan mengingat Allah, dengan harapan mendapatkan ridha-Nya.
- Qana’ah sebagai jangkar: Qana’ah berperan sebagai “jangkar” yang mencegah ambisi menjadi nafsu serakah atau tamak yang tidak terkendali.
- Fokus pada proses dan hasil: Seorang yang ber-qana’ah tetap bekerja keras untuk mencapai tujuannya, namun tidak terbebani jika hasilnya tidak sesuai harapan karena ia percaya pada ketetapan Allah.
(mengutip dari berbagai sumber)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
