SURAU.CO. Frasa “Hidup adalah perjalanan singkat menuju Allah” adalah sebuah konsep yang menekankan bahwa kehidupan di dunia ini bersifat sementara dan berfungsi sebagai persiapan untuk kehidupan akhirat yang kekal. Dengan konsep ini, umat Islam terdorong untuk menjalani hidup dengan beribadah, berbuat baik, memperbaiki diri, dan senantiasa ingat pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.
Dunia hanya sementara, kehidupan duniawi, dengan segala kesenangan dan kesulitannya, hanyalah sebuah fase singkat sebelum kembali kepada Allah. Setiap tindakan, kebaikan maupun keburukan, akan menjadi bekal di akhirat. Oleh karena itu, penting untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk melakukan amal saleh. Tujuan tertinggi kehidupan adalah meraih keridaan Allah dan kembali kepada-Nya dalam keadaan baik. Hidup bukan hanya tentang pencapaian duniawi, melainkan juga tentang menjaga hati, bersikap baik kepada sesama, dan membangun hubungan yang baik dengan Allah.
Cara memaknai perjalanan ini, syukur dan sabar, jalani hidup dengan rasa syukur atas nikmat yang diberikan dan sabar menghadapi cobaan yang datang. Tingkatkan ibadah dan terus berusaha untuk memperbaiki diri agar menjadi pribadi yang lebih dekat kepada Allah. Setelah berusaha keras, pasrahkan hasilnya kepada Allah karena semua takdir ada dalam kekuasaan-Nya. Fokus pada amal kebaikan yang akan dibawa hingga akhirat, seperti cinta, kasih sayang, dan tutur kata yang baik. Jangan terlalu terbuai oleh kesenangan duniawi yang fana, tetapi gunakan dunia sebagai sarana untuk meraih kebahagiaan abadi di akhirat.
Hidup Adalah Perjalanan Singkat Menuju Allah Menurut Islam
Menurut ajaran Islam, pandangan bahwa “Hidup Adalah Perjalanan Singkat Menuju Allah”berakar kuat dalam konsep keberadaan manusia dan tujuan penciptaannya. Dalam Islam, hidup adalah kesempatan berharga yang sangat singkat untuk mempersiapkan bekal kembali kepada Allah SWT, melalui amal saleh, ketaatan, dan menjauhi larangan-Nya, sebelum mencapai tujuan akhir di hari perhitungan.
-
Tujuan Penciptaan dan Ujian (Fitnah)
Kehidupan di dunia dipandang sebagai sebuah masa ujian (fitnah) dan ladang amal. Tujuan utama manusia diciptakan bukanlah untuk kenikmatan dunia semata, melainkan untuk beribadah dan mengesakan Allah (tauhid).
- Dalil Al-Qur’an: Allah berfirman dalam Surah Az-Zariyat ayat 56: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
-
Sifat Dunia yang Fana (Sementara)
Dunia digambarkan sebagai tempat persinggahan yang sementara dan singkat, mirip seorang musafir yang berteduh di bawah pohon. Kebahagiaan sejati dan kekal hanya ada di akhirat (surga).
- Hadis (Perumpamaan Musafir): Rasulullah SAW bersabda, “Apalah (arti) duniaku ini dibandingkan dengan (kehidupan) kalian? Sesungguhnya perumpamaan aku dengan dunia hanyalah seperti pengendara yang berteduh di bawah pohon, lalu dia pergi dan meninggalkannya.” (HR. Tirmidzi, Ahmad, dan Ibnu Majah).
-
Perjalanan Menuju Akhirat (Al-Ma’ad)
Konsep perjalanan ini mencakup beberapa fase:
- Dunia: Fase awal dan persiapan.
- Barzakh: Fase penantian di alam kubur setelah kematian.
- Akhirat: Fase tujuan akhir, di mana setiap jiwa kembali kepada Penciptanya untuk diadili dan menerima balasan yang setimpal.
- Dalil Al-Qur’an: Surah Al-Baqarah ayat 156 mengingatkan orang beriman bahwa mereka adalah milik Allah dan kepada-Nya mereka akan kembali (innalillahi wa inna ilaihi raji’un).
Filosofi
Filosofi hidup sebagai perjalanan singkat menuju Allah SWT dalam Islam adalah pandangan mendasar yang mengajarkan bahwa kehidupan dunia hanyalah sebuah persinggahan sementara dan ladang untuk mengumpulkan bekal bagi kehidupan yang kekal di akhirat.
- Dunia adalah Persinggahan (Musafir): Kehidupan di dunia mengibaratkan seseorang sebagai musafir atau orang asing yang sedang melakukan perjalanan. Orang beriman tidak seharusnya terlalu terikat pada gemerlap dunia, melainkan fokus pada tujuan akhiratnya.
- Tujuan Utama adalah Ibadah: Tujuan utama penciptaan manusia di bumi ini tidak lain adalah untuk beribadah dan menghamba kepada Allah SWT (QS. Az-Zariyat: 56). Kita dapat menjadikan setiap tindakan bernilai ibadah, asalkan diniatkan dengan benar.
- Waktu yang Terbatas: Sifat “singkat” dari perjalanan ini menekankan pentingnya kesungguhan (ihsan) dalam beramal. Waktu hidup yang sangat terbatas mendorong manusia untuk tidak menunda-nunda dan berlomba-lomba dalam kebaikan.
- Ujian dan Bekal: Dunia adalah tempat ujian di mana manusia menanam benih amal perbuatan. Kita mempersiapkan amal saleh dan ketakwaan sebagai sebaik-baik bekal untuk perjalanan panjang menuju kampung keabadian (akhirat).
- Akhirat adalah Tujuan Akhir yang Kekal: Kehidupan dunia bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana menuju kehidupan hakiki dan abadi di akhirat, di mana setiap perbuatan akan mendapatkan balasan yang setimpal.
- Keseimbangan Dunia-Akhirat: Islam mengajarkan keseimbangan. Setiap orang tetap diperintahkan untuk bekerja keras dan menikmati hal-hal yang baik di dunia (halalan toyyibah), namun semua itu harus dilakukan dengan niat untuk menggapai kebahagiaan di akhirat, bukan menjadikannya tujuan utama.
Secara keseluruhan, filosofi ini berfungsi sebagai peta jalan hidup untuk membimbing umat Muslim agar menjalani hidup dengan terarah, bermakna, dan selalu mengingat Allah SWT sebagai titik awal dan tujuan akhir perjalanan mereka. (mengutip dari berbagai sumber).
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
