SURAU.CO. Tanda-Tanda Dicabutnya Hidayah. Seseorang menganggap kesulitan dalam beribadah sebagai salah satu tanda dicabutnya hidayah. Orang tersebut merasa mudah melakukan maksiat dan nyaman dengan dosa. Ia menyibukkan diri dengan hal-hal yang sia-sia. Seseorang menjauhi atau tidak puas dengan ajaran agama serta tidak mau mengikuti jalan para sahabat. Dosa menyebabkan hati menjadi gelap atau tertutup, seperti tertulisnya titik hitam.
Kesulitan dan enggan beribadah, seseorang menjadi malas untuk salat, membaca Al-Qur’an, atau berzikir. Dosa menjadi hal yang biasa, bahkan terasa nikmat dan tidak menimbulkan rasa bersalah. Waktu habis untuk kegiatan yang tidak bermanfaat, seringkali sebagai tanda Allah berpaling dari hamba-Nya. Setiap kali melakukan dosa, muncul “titik hitam” di hati. Jika tidak segera memohon ampun, titik hitam tersebut akan semakin banyak dan hati menjadi gelap.
Merasa lebih tahu dan tidak puas dengan cara beragama para sahabat, atau merasa lebih pintar dari ajaran agama. Terlalu fanatik pada adat nenek moyang atau pendapat pribadi sehingga menolak kebenaran yang datang. Terlalu mencintai dunia hingga mengabaikan ibadah dan kewajiban agama, terutama saat usia sudah tua.
Seorang Muslim tidak memiliki dada yang lapang untuk menerima syariat. Orang tersebut sulit menerima takdir Allah dan kehilangan kepekaan terhadap kemungkaran. Pelaku suka berdusta, kehilangan rasa malu, dan bersikap santai saat luput dari kebaikan. Seseorang menyibukkan diri terlalu banyak dengan urusan dunia, terutama di usia tua.
Seseorang yang dulunya rajin ke majelis ilmu, semangat berdakwah, atau rutin bersedekah, tiba-tiba tidak lagi melakukannya. Tidak merasa bersalah atau berdosa saat melakukan kemungkaran, seperti melihat hal yang haram, karena hatinya sudah “hitam” dan tertutup oleh dosa yang terus-menerus. Maksiat menjadi hal yang biasa, bahkan tidak tergerak untuk beristighfar. Kesombongan, rakus akan kekuasaan atau ketenaran, dan kecintaan yang berlebihan terhadap dunia bisa menjadi penghalang hidayah.
Allah Mencabut Tanda-Tanda Hidayah Menurut Islam
- Tidak ada rasa lapang dada terhadap syariat Islam: Seseorang menjadi sulit menerima dan merasa tidak nyaman dengan perintah Allah, yang berbeda dengan orang yang mendapat hidayah yang dadanya dilapangkan untuk menerima kebaikan Islam.
- Sulit menerima takdir Allah dan mudah mengeluh saat musibah: Orang yang dicabut hidayahnya cenderung tidak sabar dan mudah protes terhadap musibah yang menimpa, sedangkan orang yang mendapat hidayah akan bersabar dan menerima takdir Allah.
- Hilangnya kepekaan terhadap kemungkaran: Perasaan akan dosa dan kemungkaran menjadi tumpul. Orang tersebut tidak lagi merasa bersalah atau peka ketika melihat kemungkaran, bahkan mungkin ikut melakukannya.
- Suka berdusta dan kehilangan rasa malu: Berdusta menjadi kebiasaan, bahkan dilakukan secara sengaja, tanpa ada rasa malu. Kehilangan rasa malu dan sering berbohong adalah ciri-ciri hilangnya hidayah.
- Sikap santai saat luput dari kebaikan: Tidak merasa sedih atau menyesal ketika tidak bisa beribadah atau melakukan kebaikan. Hal ini berbanding terbalik dengan orang yang mendapat hidayah, yang akan merasa kehilangan jika terlewatkan dari kebaikan.
- Terlalu sibuk dengan urusan dunia: Kehidupan dunia menguasai pikiran, terutama di usia senja, tanpa ada lagi perhatian yang cukup untuk urusan akhirat. Gila harta dan hormat bisa merusak seseorang, bahkan yang alim.
- Sombong dan bergantung pada diri sendiri: Merasa mampu dan hebat tanpa bersandar kepada Allah. Mereka lupa bahwa segala sesuatu terjadi atas izin dan kehendak Allah, serta tidak bertawakal.
- Berhenti dari kebiasaan baik: Semangat beribadah menurun drastis, misalnya malas shalat, jarang membaca Al-Qur’an, dan tidak lagi menjalankan amalan-amalan baik yang sebelumnya rutin dilakukan.
- Mengikuti taklid buta: Berpegang teguh pada kebiasaan nenek moyang atau kelompok tertentu tanpa dasar ilmu dan petunjuk yang benar dari Allah, seperti yang terjadi pada Abu Thalib.
Filosofi
Allah Swt mencabut hidayah dari hati seseorang. Allah Swt tidak lagi membukakan hati orang tersebut untuk menerima kebaikan. Orang itu berbalik dari kebaikan yang sebelumnya ia lakukan. Orang itu sulit menerima syariat Islam. Allah Swt menjadikan dada orang itu sempit untuk menerima Islam. Hal ini terjadi karena adanya faktor penghalang seperti kesombongan, cinta duniawi, atau tidak adanya kesadaran untuk bersyukur, yang kemudian menyebabkan seseorang menjauh dari petunjuk Allah.
Kita melihat tanda-tanda dicabutnya hidayah
- Perubahan dari kebiasaan baik: Seseorang yang tadinya rajin ke majelis ilmu, semangat berdakwah, atau sering bersedekah, kemudian meninggalkan kebiasaan-kebiasaan tersebut.
- Sulit menerima syariat: Hati menjadi sempit dan sesak ketika dihadapkan pada perintah-perintah Allah. Ada kecenderungan untuk membantah atau menolak kebenaran yang jelas dalilnya, berbeda dengan orang yang mendapat hidayah yang dadanya lapang untuk menerima Islam.
- Mudah terjebak dalam kesalahan: Seseorang yang menjadi pemimpin namun jahil (bodoh) dan memberikan fatwa tanpa ilmu, sehingga menyesatkan dirinya sendiri dan orang lain.
- Meninggalkan prinsip dasar Islam: Seseorang yang berubah pikiran menunjukkan bahwa pemahaman telah diubah dari tingkat yang paling mendasar.
Filosofi dan hikmah di baliknya
- Keadilan Allah: Pencabutan hidayah bukan berarti Allah sewenang-wenang, melainkan sebagai bentuk ujian dan konsekuensi dari pilihan hamba-Nya. Allah lebih tahu siapa yang pantas menerima hidayah dan siapa yang tidak.
- Penghalang hidayah: Hidayah dapat tertutup karena berbagai faktor penghalang, seperti kesombongan, terlalu cinta pada keluarga atau dunia, sehingga lebih memilih bersama kaumnya daripada mengikuti kebenaran.
- Keutamaan hidayah: Hidayah adalah nikmat yang sangat besar. Jika Allah memberi hidayah kepada seseorang, tidak ada yang bisa menyesatkannya, dan sebaliknya, jika Allah menyesatkannya (atas kehendak-Nya), tidak ada yang bisa memberinya petunjuk.
- Pentingnya doa: Allah menganugerahkan hidayah sebagai karunia-Nya, oleh karena itu kita dianjurkan untuk terus memohonnya. Doa seperti “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau palingkan hati kami setelah Engkau beri petunjuk” adalah salah satu contoh pentingnya usaha memohon agar hidayah senantiasa terjaga.
- Syarat hidayah: Kita harus mengusahakan hidayah agar tidak datang begitu saja. Seseorang yang bersungguh-sungguh dalam menempuh jalan Allah dan selalu berusaha mengamalkan sebab-sebab yang mendatangkan hidayah akan lebih mudah mendapatkannya.
Cara Menghindarinya
Cara menghindarinya, jauhi teman yang buruk, lingkungan pergaulan yang tidak baik dapat menjadi penghalang hidayah. Terus belajar dan menuntut ilmu agar pemahaman agama semakin kuat. Selalu berdoa dan bertobat agar terhindar dari kesesatan. Untuk menghindari pencabutan hidayah, seorang Muslim harus terus berdoa memohon petunjuk, rajin beribadah, mempelajari dan mengamalkan Al-Qur’an, serta bergaul dengan orang-orang saleh. Selain itu, penting untuk bersyukur, bertaubat, menghindari kemaksiatan, serta senantiasa mengingat akhirat dan memperbaiki akhlak.
Amalan-amalan untuk menghindari pencabutan hidayah
- Berdoa: Memohon hidayah kepada Allah SWT secara terus-menerus, misalnya dengan membaca doa “Allahumma ihdini fi man hadait” (Ya Allah, berikanlah aku petunjuk di antara orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk) di setiap salat.
- Beribadah secara konsisten: Menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya secara ikhlas dan istiqamah, seperti salat dan ibadah-ibadah lainnya.
- Mempelajari dan mengamalkan Al-Qur’an: Al-Qur’an adalah sumber hidayah. Membaca, mentadabburi, dan mengamalkan isinya dapat menjaga hati tetap teguh pada kebenaran.
- Memperbanyak ilmu agama: Mencari ilmu yang bermanfaat untuk agama dan menambah wawasan tentang keislaman.
- Bertaubat: Kita harus segera bertaubat dan memohon ampun atas dosa dan kesalahan yang telah dilakukan.
- Menjaga hubungan baik dengan sesama: Bergaul dengan orang-orang saleh dan menghindari teman yang buruk dapat membawa pengaruh positif. Saling mengingatkan dan memotivasi dalam kebaikan.
- Bersyukur: Mensyukuri nikmat Allah SWT baik yang terlihat maupun tidak, sebagai bentuk kepatuhan terhadap-Nya.
- Menghindari maksiat: Berusaha menjauhi segala bentuk kemaksiatan dan keburukan yang dapat menjauhkan diri dari rahmat Allah.
- Mengingat kematian: Selalu mengingat kematian dan akhirat untuk mempersiapkan bekal terbaik menghadapi kehidupan setelah mati.
Seorang Muslim kehilangan semangat dalam berbuat baik (seperti majelis ilmu, dakwah, atau sedekah). Orang tersebut merasa tidak bersalah saat melakukan kemungkaran. Pelaku maksiat kehilangan kepekaan terhadap dosa sehingga maksiat terasa biasa. Seseorang mencintai dunia secara berlebihan. Inti dari tanda-tanda ini adalah hati yang mulai gelap dan tertutup, sehingga seseorang menjauh dari petunjuk Allah SWT. (mengutip dari berbagai sumber).
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
