SURAU.CO – Bismillah, Di antara nasihat paling agung yang diwariskan para ulama kepada generasi muda adalah dorongan untuk belajar. Bukan sekadar belajar ilmu dunia, tetapi belajar mengenal Allah, mengenal diri, dan mengenal tujuan hidup.
Sebab masa muda adalah masa emas yang tidak akan kembali, masa ketika akal masih tajam, tenaga masih kuat, dan semangat masih menyala.
Karena Ilmu adalah Cahaya
Imam Syafi’i rahimahullah berkata:
“Ilmu itu cahaya, dan cahaya Allah tidak diberikan kepada pelaku maksiat.”
Belajarlah wahai pemuda, karena tanpa ilmu hidup akan gelap.
Banyak orang muda tersesat dalam pergaulan, terjerumus dalam dosa, atau mengejar dunia tanpa arah—bukan karena mereka buruk, tetapi karena mereka tidak dibimbing oleh ilmu.
Karena Masa Muda Adalah Amanah
Allah akan bertanya pada hari kiamat tentang empat perkara, dan salah satunya adalah masa muda untuk apa dihabiskan.
Maka jangan sia-siakan usia produktif dengan rebahan, keluhan, dan kesia-siaan. Masa muda adalah kesempatan terbaik untuk mengumpulkan pahala, beramal, dan membangun masa depan.
Belajar Menguatkan Jati Diri
Pemuda yang berilmu tidak mudah hanyut oleh arus zaman. Ia tidak mudah terprovokasi, tidak gampang terpengaruh pergaulan, tidak goyah oleh godaan dunia. Ia berdiri dengan kepribadian yang kokoh, karena ilmunya menjadi pagar yang menjaga prinsip hidupnya.
Belajarlah untuk Menjadi Penolong Agama Allah
Sejarah membuktikan, kebangkitan umat selalu dimulai dari pemuda:
Ahlul Badr banyak yang muda.
Para sahabat yang menjadi pilar dakwah Rasulullah ﷺ banyak yang masih belia.
Salahuddin Al-Ayyubi, Muhammad Al-Fatih, Ibnu Qayyim, dan ulama-ulama besar lainnya, berkembang pada usia muda.
Mereka belajar, berjuang, dan berkarya—sehingga Allah tinggikan nama mereka.
Belajar Tidak Membutuhkan Gelar
Juga Belajar bukan menunggu bangku kuliah, bukan menunggu punya uang, bukan menunggu “mood”. Belajar adalah tekad.
Belajarlah dari majelis ilmu, kajian, buku, guru, dan pengalaman. Bahkan kegagalan pun adalah pelajaran berharga.
Jadikan Ilmu sebagai Jalan Hidup
Ilmu akan mengangkatmu ketika orang lain meremehkanmu.
Dan Ilmu akan melindungimu ketika godaan datang.
Ilmu akan menuntunmu ketika dunia menyesatkan.
Ilmu adalah teman yang tidak pernah meninggalkan.
Wahai Pemuda, Bangkitlah
Bangkitlah dari tidur panjang, tinggalkan kebiasaan buruk, perbaiki niat, dan mulailah belajar dengan sungguh-sungguh.
Bukan untuk mengangkat nama diri, tetapi untuk mengangkat agama, keluarga, dan martabat umat.
Karena dunia hari ini membutuhkan pemuda yang bukan sekadar kuat fisiknya, tetapi kuat ilmunya, kuat imannya, dan kuat akhlaknya.
Pemuda, belajarlah.
Karena masa depan Islam ada di tanganmu.
Jauhi Prasangka Buruk
Prasangka buruk adalah penyakit hati yang bisa merusak hubungan, mereduksi ketenangan jiwa, dan menutupi kebenaran. Seseorang yang terbiasa bersangka buruk terhadap orang lain akan mudah menilai tanpa bukti, menyebarkan fitnah, dan kehilangan kepercayaan terhadap sesama.
Dalam Islam, menjaga prasangka adalah bagian dari akhlak mulia. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Janganlah kalian bersangka buruk, karena prasangka buruk adalah perkataan paling dusta.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Berikut beberapa langkah untuk menjauhi prasangka buruk:
- Sadari dan kenali prasangka itu
Sebelum menilai seseorang, cek dulu apakah itu berdasarkan fakta atau hanya asumsi. Prasangka sering muncul dari ketidaktahuan atau pengalaman pribadi yang terbatas. -
Fokus pada kebaikan orang lain
Biasakan melihat sisi positif orang. Bahkan jika mereka salah, pahami bahwa setiap orang memiliki alasan dan keadaan yang tidak kita ketahui. -
Perbanyak berdoa dan memohon hidayah
Berdoa agar Allah menjauhkan kita dari prasangka buruk dan menolong kita bersikap adil serta bijaksana. -
Jangan menyebarkan apa yang belum jelas
Gosip dan fitnah sering lahir dari prasangka buruk. Jika belum yakin, diam adalah pilihan terbaik. -
Tingkatkan empati
Cobalah menempatkan diri di posisi orang lain. Seringkali prasangka buruk muncul karena kita tidak memahami perjuangan dan keadaan orang lain.
Manfaat menjauhi prasangka buruk:
Menjaga hati tetap tenang dan damai.
Meningkatkan kualitas hubungan dengan sesama.
Membebaskan diri dari dosa lisan dan fitnah.
Mendekatkan diri kepada Allah dengan akhlak yang mulia.
Prasangka buruk itu seperti awan gelap yang menutupi cahaya kebaikan. Semakin kita belajar melihat kebaikan dan berpikir positif, hati kita akan semakin lapang dan bersih. (Tengku Iskandar, M. Pd – Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
