Surau.co. Bahasa Arab menyimpan keajaiban dalam struktur fi’il atau kata kerja, yang menjadi tulang punggung kalimat dinamis. Syekh Fuad Ni’mah menyajikan pembahasan lengkap tentang klasifikasi fi’il dalam Kitab Mulakhhas Qawaid al-Lughah al-Arabiyyah. Dengan demikian, ia menguraikan klasifikasi berdasarkan waktu (madhi, mudhari’, amr), jenis huruf asal (shahih, mu’tal), kebutuhan objek (lazim, muta’addi), serta pembentukan fi’il mujarrad dan mazid beserta maknanya.
Lebih lanjut, pendekatan sistematis yang ia gunakan memudahkan pemahaman bagi pemula hingga peneliti, karena ia menekankan kaidah praktis tanpa membahas makna filosofis. Oleh karena itu, artikel ini mengajak pembaca menjelajahi dunia fi’il secara naratif dan ringan, dan saya lengkapi pembahasan dengan contoh-contoh Al-Qur’an untuk aplikasi nyata.
Secara bertahap, Syekh Fuad Ni’mah menyusun materi fi’il mulai dari klasifikasi dasar hingga pembentukan lanjutan; karenanya, kitab ini cocok untuk santri dan akademisi. Dengan memahami fi’il, pembaca dapat meng’i’rab teks suci dengan tepat sehingga pemahaman Al-Qur’an dan hadits menjadi lebih kaya.
Klasifikasi Fi’il Berdasarkan Waktu: Madhi, Mudhari’, dan Amr
Syekh Fuad Ni’mah membedakan fi’il berdasarkan waktu menjadi tiga kategori: fi’il madhi (lampau), fi’il mudhari’ (sedang/akan datang), dan fi’il amr (perintah). Pertama, fi’il madhi menunjukkan perbuatan yang telah selesai dan umumnya berakhiran fathah, misalnya كَتَبَ (telah menulis). Selanjutnya, fi’il mudhari’ sering diawali huruf zaidah (hamzah, nun, ta, ya), misalnya يَكْتُبُ (sedang menulis). Sementara itu, fi’il amr biasanya mabni sukun atau menghapus nun/’illah, seperti اُكْتُبْ (menulislah).
Sebagai contoh fi’il madhi, lihat QS. Al-Fil ayat 3:
وَأَرْسَلَ عَلَيْهِمْ طَيْرًا أَبَابِيلَ
“Dan Dia kirimkan kepada mereka burung-burung Ababil.”
Di sini أَرْسَلَ madhi dengan fathah pada akhirannya.
Selanjutnya, Rasulullah ﷺ bersabda:
صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُونِي أُصَلِّي
“Shalatlah sebagaimana kamu lihat aku shalat.” (HR. Bukhari)
Dalam hadits itu رَأَيْتُمُونِي merupakan madhi dengan bentuk ta ta’nits.
Dengan demikian, fi’il mudhari’ dan amr saling melengkapi; misalnya يَدْخُلُ (masuk) dan ادْخُلْ (masuklah) membentuk ragam kalimat yang lengkap.
Jenis Huruf Asal Fi’il: Shahih dan Mu’tal
Dalam Mulakhhas, Syekh Fuad Ni’mah membagi fi’il menurut huruf asal menjadi fi’il shahih (huruf asal tanpa ‘illah) dan fi’il mu’tal (mengandung ‘illah).* Dengan kata lain, fi’il shahih memiliki tasrif yang lebih stabil, contohnya كَتَبَ (menulis). Sebaliknya, fi’il mu’tal berubah karena adanya ‘illah; ia terbagi menjadi beberapa jenis seperti mitsal (fa’ ‘illah), ajwaf (‘ain ‘illah), naqis (lam ‘illah), dan lafif (dua ‘illah).
Syekh Fuad Ni’mah menjelaskan definisi ini:
الْفِعْلُ الصَّحِيْحُ مَا خَلَتْ حُرُوفُهُ الْأُصُولُ مِنْ حُرُوفِ الْعِلَّةِ
“Fi’il shahih adalah fi’il yang huruf asalnya bebas dari huruf ‘illah.”
Contoh kata shahih terdapat dalam QS. Al-Baqarah ayat 282:
كَاتِبِينَ بِالْعَدْلِ
“Menulislah dengan adil.”
Kata كَاتِبِينَ berasal dari كَتَبَ yang merupakan contoh shahih. Selain itu, Ibnu Hisham dalam Mughni al-Labib juga menjelaskan:
الْمُعْتَلُّ فِعْلٌ فِيهِ حَرْفُ عِلَّةٍ
“Mu’tal adalah fi’il yang mengandung huruf ‘illah.”
Oleh karena itu, kata seperti قَالَ (berkata) termasuk ajwaf dan menambah ragam tasrif.
Kebutuhan Objek: Fi’il Lazim dan Muta’addi
Selanjutnya, Syekh Fuad Ni’mah membedakan fi’il lazim (tidak memerlukan maf’ul bih) dan fi’il muta’addi (memerlukan maf’ul bih). Secara ringkas, lazim hanya membutuhkan fa’il saja, misalnya جَلَسَ (duduk). Sebaliknya, muta’addi memerlukan objek, misalnya ضَرَبَ (memukul).
Selain itu, tanda muta’addi sering terlihat ketika kata itu menerima ha dhamir bukan masdar, contohnya عَمِلْهَا (melakukannya). Sebagai contoh fi’il lazim lihat QS. An-Naba’ ayat 9:
وَجَعَلْنَا النَّوْمَ لَكُمْ سُبَاتًا
“Dan Kami jadikan tidurmu sebagai istirahat.”
Di sini جَعَلْنَا berfungsi sebagai lazim dalam konteks ayat.
Lebih lanjut, hadits yang menyatakan لَا ضَرَرَ وَلَا ضِرَارَ (“Tidak boleh membahayakan dan membalas bahaya.” — HR. Ibnu Majah) menunjukkan penggunaan kata ضَرَرَ dalam konteks pembahasan hak dan akibat; oleh sebab itu, antara lazim dan muta’addi mereka membentuk fleksibilitas sintaksis dalam kalimat Arab.
Pembentukan Fi’il Mujarrad: Wazan Dasar Tsulatsi dan Ruba’i
Syekh Fuad Ni’mah menjelaskan bahwa fi’il mujarrad terbentuk dari huruf-huruf asli tanpa tambahan. Untuk mujarrad tsulatsi (tiga huruf), ia mengenalkan enam wazan: misalnya pola فَعَلَ – يَفْعُلُ (contoh نَصَرَ), فَعَلَ – يَفْعِلُ (contoh عَلِمَ), dan seterusnya. Sementara mujarrad ruba’i (empat huruf) memiliki pola seperti اِفْعَلَّ – يَفْعَلُ (mis. اِخْرَجَ).
Dalam penjelasannya, Syekh menyatakan:
الْفِعْلُ الْمُجَرَّدُ التُّسُلَاثِيُّ سِتَّةُ أَوْزَانٍ
“Mujarrad tsulatsi enam wazan.”
Sebagai ilustrasi, QS. Al-Mu’minun ayat 1 bertuliskan:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ
“Beruntung orang mukmin.”
Kata أَفْلَحَ termasuk mujarrad berwazan فَعَلَ. Selain itu Ibn Aqil dalam Alfiyah menegaskan:
فِي الْمُجَرَّدِ سِتَّةُ أَوْزَانٍ مَعْرُوفَةٍ
“Mujarrad enam wazan terkenal.”
Dengan demikian, mujarrad memiliki tasrif dasar yang lengkap.
Fi’il Mazid: Tambahan Huruf dan Maknanya
Lebih lanjut, Syekh Fuad Ni’mah membahas fi’il mazid yang terbentuk dari mujarrad ditambah huruf (1–3 huruf). Pertama, tambahan satu huruf menghasilkan pola seperti أَفْعَلَ (ta’diyah), misalnya perubahan كَرِمَ → أَكْرَمَ yang memberi makna memuliakan. Selain itu, pola فَعَّلَ berfungsi untuk tafdhil (membuat tingkatan), misalnya حَسُنَ → حَسَّنَ yang berarti memperbagus.
Kedua, tambahan dua huruf seperti اِنْفَعَلَ (contoh اِنْفِتَحَ dari فَتَحَ) memberi nuansa infi’al. Ketiga, tambahan tiga huruf seperti اِسْتَفْعَلَ (contoh اِسْتَعْلَمَ dari عَلِمَ) memberi arti permintaan atau pencarian (mis. meminta ilmu).
Syekh menjabarkan fungsi morfologis ini jelas: أَفْعَلَ sering menandai ta’diyah (transitif), sementara فَعَّلَ membawa makna tafdhil. Contoh lain terdapat dalam QS. Al-Baqarah ayat 22:
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا
“Yang menjadikan bumi hamparan bagimu.”
Kata جَعَلَ berfungsi sebagai mazid pola أَفْعَلَ (menjadikan). Selain itu, Asy-Suyuthi mencatat:
الْمَزِيدُ بِحَرْفٍ وَاحِدٍ ثَلاَثَةُ أَبْوَابٍ
“Mazid satu huruf tiga bab.”
Dengan demikian, mazid memperkaya ragam makna fi’il.
Aplikasi Fi’il dalam Teks Agama: Contoh Integratif
Agar aplikasi lebih nyata, kita lihat beberapa contoh integratif. Pertama, fi’il madhi pada QS. Al-A’la ayat 15:
وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى
“Mengingat nama Tuhannya lalu shalat.”
Di situ ذَكَرَ madhi shahih lazim, sementara صَلَّى madhi muta’addi.
Kedua, contoh mudhari’ muncul dalam QS. Al-Fatihah ayat 5:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya Engkau kami sembah dan hanya Engkau kami minta pertolongan.”
Kata نَعْبُدُ termasuk mudhari’ dan mazid.
Selain itu, pada ranah amr Nabi ﷺ memberi perintah:
أَقِيمُوا الصَّلَاةَ
“Dirikanlah shalat.” (HR. Bukhari)
Dengan demikian, integrasi klasifikasi memudahkan pembelajar dalam melakukan i’rab dan memahami fungsi tiap fi’il dalam konteks agama.
Penutup
Secara keseluruhan, pembahasan fi’il dalam Mulakhhas Qawaid al-Lughah al-‘Arabiyyah memperlihatkan betapa pentingnya kata kerja dalam menggerakkan dinamika kalimat Arab. Karena Syekh Fuad Ni‘mah menguraikan fi’il secara sistematis—mulai dari pembagian waktu, huruf asal, kebutuhan objek, hingga pembentukan mujarrad dan mazid—maka pembelajar memperoleh gambaran jelas tentang bagaimana setiap fi’il berfungsi, berubah, serta memberi dampak makna dalam struktur bahasa.
Singkatnya, mempelajari fi’il berarti mengikuti pergerakan makna dalam teks suci. Fi’il madhi, mudhari’, dan amr membentuk alur tindakan; fi’il shahih dan mu‘tall memperlihatkan kedalaman bentuk; lazim dan muta‘addi mengajarkan relasi subjek-objek; sedangkan mujarrad dan mazid membuka cakrawala makna yang tak pernah habis. Oleh karena itu, dengan menguasai kaidah-kaidah ini, semoga kita mampu mengurai pesan Al-Qur’an dan hadits lebih tepat, serta meningkatkan ketelitian dalam membaca dan mentadabburi teks-teks Arab lainnya.
*Gerwin Satria N
Pegiat literasi Iqro’ University Blitar
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
