Surau.co. Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, banyak umat Islam mencari panduan yang komprehensif untuk mengarungi bahtera kehidupan spiritual. Kitab Sullam at-Taufiq ila Mahabbatillah ‘ala at-Tahqiq atau yang lebih dikenal dengan Sullam at-Taufiq, hadir sebagai mercusuar yang menerangi jalan menuju hakikat cinta kepada Allah ﷻ.
Karya monumental dari seorang ulama terkemuka Hadramaut, Habib ‘Abdullah bin Husayn bin Thahir bin Muhammad bin Hasyim al-‘Alawi. Tersebut bukan sekadar kitab biasa, melainkan sebuah ensiklopedia mini yang secara cerdas melakukan integrasi akidah, fiqh, dan tazkiyatun nafsi. Pembahasan ini akan menguak garis besar isi kitab yang menjadi pilar penting dalam membentuk pribadi Muslim yang kaffah.
Sullam at-Taufiq menawarkan sebuah pendekatan holistik dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam. Habib ‘Abdullah al-‘Alawi tidak memisahkan antara keyakinan (akidah), tata cara ibadah (fiqh), dan penyucian jiwa (tazkiyatun nafsi). Melainkan merangkainya menjadi satu kesatuan yang utuh. Hal ini sangat krusial bagi umat Islam agar tidak terjebak pada pemahaman parsial yang bisa melahirkan sikap ekstrem atau kelalaian.
Mengenal Penulis dan Judul Kitab Sullam at-Taufiq
Kitab Sullam at-Taufiq adalah permata ilmu yang ditulis oleh al-Allamah al-Faqih al-Sufi. Habib ‘Abdullah bin Husayn bin Thahir bin Muhammad bin Hasyim al-‘Alawi (w. 1272 H/1856 M). Beliau adalah salah satu ulama besar dari keluarga Ba ‘Alawi di Hadramaut, Yaman, yang terkenal dengan keilmuan mendalam dan kezuhudan yang tinggi. Karya-karya beliau hingga kini menjadi rujukan utama bagi umat Islam, khususnya dalam tradisi keilmuan Ahlussunnah wal Jama’ah.
Judul lengkap kitab ini, Sullam at-Taufiq ila Mahabbatillah ‘ala at-Tahqiq, memiliki makna yang sangat mendalam. “Sullam at-Taufiq” berarti “Tangga Pertolongan (Taufiq)”, menunjukkan bahwa kitab ini adalah sarana atau jalan untuk mendapatkan pertolongan dari Allah. Sementara “ila Mahabbatillah ‘ala at-Tahqiq” berarti “menuju Hakikat Cinta kepada Allah“, yang mengindikasikan tujuan akhir dari seluruh ajaran dalam kitab ini, yaitu mencapai derajat cinta yang sejati kepada Sang Pencipta. Melalui pemahaman dan pengamalan agama yang benar dan sempurna.
Fondasi Akidah: Membangun Keimanan yang Kokoh
Sullam at-Taufiq memulai pembahasannya dengan menguatkan pilar utama dalam Islam, yaitu akidah. Habib ‘Abdullah al-‘Alawi menyajikan pokok-pokok keyakinan Ahlussunnah wal Jama’ah secara ringkas namun padat, mencakup iman kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, Hari Akhir, serta Qada dan Qadar. Penjelasan akidah ini bertujuan untuk membangun keimanan yang kokoh, terhindar dari keraguan dan kesesatan.
Dalam bab akidah, kitab ini menekankan pentingnya mengenal sifat-sifat wajib bagi Allah ﷻ dan sifat-sifat mustahil bagi-Nya, serta sifat-sifat wajib bagi para Rasul. Pemahaman akidah yang benar adalah prasyarat mutlak untuk semua amal ibadah. Tanpa akidah yang lurus, ibadah yang dilakukan tidak akan diterima dan tidak akan mengantarkan pelakunya pada hakikat cinta kepada Allah.
Sebagaimana firman Allah ﷻ:
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ
“Rasul telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seorang pun dari rasul-rasul-Nya…” (QS. Al-Baqarah: 285)
Dengan pondasi akidah yang kuat, seorang Muslim akan memiliki arah hidup yang jelas, tidak mudah goyah oleh berbagai tantangan zaman, dan senantiasa merasa diawasi oleh Allah ﷻ, yang akan memicu ketaatan dalam setiap perbuatannya.
Mengatur Ibadah dan Muamalah yang Benar
kitab Sullam at-Taufiq juga mengarahkan pembaca pada bab-bab fiqh. Menjelaskan tata cara ibadah dan muamalah sehari-hari. Habib ‘Abdullah al-‘Alawi menyajikan hukum-hukum fiqh madzhab Syafi’i yang praktis, meliputi thaharah (bersuci), shalat, zakat, puasa, dan haji. Pembahasan ini sangat detail namun tetap ringkas, sehingga mudah dipelajari dan diamalkan.
Keunikan Sullam at-Taufiq terletak pada penyampaian fiqh yang tidak hanya berorientasi pada sah atau batalnya suatu amalan, tetapi juga mengaitkannya dengan aspek spiritual. Misalnya, dalam bab shalat, tidak hanya dijelaskan rukun dan syaratnya, tetapi juga ditekankan pentingnya khusyuk dan menghadirkan hati. Ini adalah bentuk integrasi fiqh dengan tazkiyatun nafsi, memastikan bahwa ibadah tidak hanya sekadar gerakan lahiriah, tetapi juga memiliki kedalaman spiritual.
Tazkiyatun Nafsi: Membersihkan Hati dan Jiwa
Bagian paling substansial dalam mencapai “hakikat cinta kepada Allah” adalah melalui tazkiyatun nafsi (penyucian jiwa). Sullam at-Taufiq memberikan porsi yang besar untuk membahas penyakit-penyakit hati dan cara mengobatinya, serta sifat-sifat terpuji yang harus dihiasi oleh seorang Muslim. Bab Bayanul Ma’ashi, yang menguraikan berbagai dosa besar, menjadi pintu gerbang menuju penyucian jiwa, karena ia mengajak pembaca untuk mengenali dan menjauhi segala hal yang mengotori hati.
Dalam konteks tazkiyatun nafsi, Kitab Sullam at-Taufiq membahas secara rinci tentang pentingnya ikhlas, tawakal, sabar, syukur, zuhud, dan qana’ah. Selain itu, Habib ‘Abdullah al-‘Alawi juga menguraikan bahaya riya’, ujub, takabur, hasad, dan ghibah, serta cara-cara untuk menghindarinya. Ini adalah proses pembentukan karakter yang holistik, di mana akhlak menjadi cerminan dari keimanan dan ibadah seseorang.
Sebagaimana Allah ﷻ berfirman:
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا
“Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu). Dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 9-10)
Ayat ini menegaskan urgensi tazkiyatun nafsi sebagai kunci keberuntungan hakiki. Melalui tazkiyatun nafsi, seorang Muslim akan mencapai kedamaian batin, merasakan manisnya ibadah, dan mampu mencintai Allah ﷻ dengan cinta yang murni, terbebas dari noda-noda hati.
Integrasi Akidah, Fiqh, dan Tazkiyatun Nafsi: Sebuah Kesatuan Utuh
Poin krusial dari Sullam at-Taufiq adalah cara Habib ‘Abdullah al-‘Alawi mengintegrasikan ketiga pilar agama ini. Ia tidak mengajarkan akidah secara kering tanpa aplikasi fiqh, juga tidak mengajarkan fiqh tanpa ruh tazkiyatun nafsi. Sebaliknya, ketiganya dipandang sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan, saling melengkapi dan menguatkan.
Sebagai contoh, akidah mengajarkan bahwa Allah Maha Melihat. Fiqh mengatur bagaimana shalat harus dilakukan menghadap kiblat. Tazkiyatun nafsi menambahkan dimensi khusyuk dalam shalat, merasa diawasi oleh Allah. Ketiganya bekerja sama untuk menghasilkan ibadah shalat yang sempurna, tidak hanya sah secara hukum, tetapi juga diterima dan mampu mengangkat derajat spiritual pelakunya.
Integrasi ini juga membantu seorang Muslim untuk memahami bahwa setiap aspek kehidupan, mulai dari keyakinan dasar hingga transaksi bisnis sehari-hari, harus diwarnai dengan semangat spiritualitas dan kesadaran akan kehadiran Allah ﷻ. Ini adalah jalan menuju mahabbatillah ‘ala at-tahqiq, di mana cinta kepada Allah tidak hanya diucapkan, tetapi diwujudkan dalam setiap aspek kehidupan, baik lahir maupun batin.
Sullam at-Taufiq di Tengah Umat: Warisan Abadi
Sejak ditulis, Sullam at-Taufiq telah menjadi rujukan utama di berbagai belahan dunia Islam, khususnya di kawasan Asia Tenggara. Kitab ini diajarkan di berbagai pesantren, madrasah, dan majelis taklim, membentuk generasi Muslim yang memiliki pemahaman agama yang komprehensif. Kesederhanaan bahasa dan kedalaman isinya menjadikan kitab ini relevan sepanjang masa.
Banyak ulama Nusantara, seperti Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantani, menaruh perhatian besar terhadap Sullam at-Taufiq dan bahkan menulis syarah (penjelasan) untuk kitab-kitab serupa. Ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh Sullam at-Taufiq dalam membentuk corak keilmuan dan spiritualitas Islam di Nusantara, melestarikan tradisi sanad yang kuat dari Hadramaut. Kitab ini terus menjadi sumber inspirasi bagi umat Islam yang ingin menggapai kesempurnaan dalam beragama.
*Gerwin Satria N
Pegiat literasi Iqro’ University Blitar
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
