Khazanah
Beranda » Berita » Klasifikasi Dosa-Dosa Besar (al-Kaba’ir) Menurut Sullam at-Taufiq

Klasifikasi Dosa-Dosa Besar (al-Kaba’ir) Menurut Sullam at-Taufiq

Klasifikasi dosa-dosa besar (al-Kaba'ir) dalam Sullam at-Taufiq, cermin refleksi diri bagi setiap Muslim.
Ilustrasi ini menggambarkan cermin sebagai refleksi diri untuk mengenali dosa-dosa besar, dengan Kitab Sullam at-Taufiq sebagai penerang jalan menuju taubat dan kesucian hati.

Surau.co. Dalam perjalanan spiritual seorang Muslim, pemahaman tentang dosa adalah hal yang fundamental. Bukan hanya sekadar mengetahui bahwa ada perbuatan baik dan buruk, melainkan juga memahami tingkatan dan konsekuensi dari setiap tindakan. Salah satu panduan yang komprehensif dalam masalah ini adalah Kitab Sullam at-Taufiq, sebuah karya agung dari Habib ‘Abdullah bin Husayn bin Thahir bin Muhammad bin Hasyim al-‘Alawi. Kitab ini, khususnya pada bab Bayanul Ma’ashi, secara rinci menjelaskan mengenai klasifikasi dosa-dosa besar (al-Kaba’ir) yang wajib dihindari oleh setiap hamba yang mendambakan keridaan Allah ﷻ. Dengan menyelami pembahasan ini, kita akan menguak betapa seriusnya dosa-dosa besar dan bagaimana upaya menjauhinya menjadi pilar utama dalam membangun kehidupan yang saleh dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Memahami klasifikasi dosa besar menjadi krusial agar umat Islam tidak terjerumus pada perbuatan-perbuatan yang dapat merusak iman dan amal. Habib ‘Abdullah al-‘Alawi menyajikan penjelasan yang gamblang, lugas, dan mudah dipahami, sehingga dapat menjadi pegangan bagi seluruh lapisan masyarakat, dari awam hingga akademisi. Artikel ini bertujuan untuk menyajikan esensi dari ajaran beliau mengenai dosa-dosa besar, menuntun kita untuk lebih waspada dan istiqamah dalam meniti jalan kebaikan, serta menghindari jurang kemaksiatan yang membinasakan.

Mengenal Kitab Sullam at-Taufiq dan Bab Bayanul Ma’ashi

Sebelum melangkah lebih jauh ke dalam pembahasan dosa-dosa besar, marilah kita sejenak menengok keagungan Kitab Sullam at-Taufiq. Kitab ini merupakan buah karya dari seorang ulama besar Hadramaut, yaitu Habib ‘Abdullah bin Husayn bin Thahir bin Muhammad bin Hasyim al-‘Alawi (w. 1272 H). Beliau adalah seorang figur sentral dalam tradisi keilmuan Islam, khususnya fiqih madzhab Syafi’i dan tasawuf. Sullam at-Taufiq, yang secara harfiah berarti “Tangga Pertolongan (Taufiq)”, adalah sebuah ringkasan ilmu-ilmu dasar agama yang sangat populer di kalangan umat Islam, terutama di Asia Tenggara.

Salah satu bab terpenting dalam Kitab Sullam at-Taufiq adalah bab Bayanul Ma’ashi atau “Penjelasan tentang Dosa-Dosa”. Bab ini didedikasikan secara khusus untuk menguraikan berbagai macam kemaksiatan, baik yang terkait dengan anggota badan (dosa lahir) maupun yang terkait dengan hati (dosa batin). Dalam bab inilah Habib ‘Abdullah al-‘Alawi memaparkan secara sistematis tentang dosa-dosa besar, memberikan pemahaman yang jelas agar seorang Muslim dapat mengenali, menjauhi, dan bertaubat darinya. Bab ini menjadi cerminan dari kepedulian beliau terhadap kesucian jiwa umat Islam.

Definisi Dosa Besar (al-Kaba’ir) dan Urgensinya

Dalam syariat Islam, dosa terbagi menjadi dua kategori utama: dosa kecil (ash-Shagair) dan dosa besar (al-Kaba’ir). Kitab Sullam at-Taufiq memberikan perhatian khusus pada dosa-dosa besar karena implikasinya yang sangat serius terhadap keimanan dan keselamatan akhirat seorang hamba. Definisi umum dosa besar adalah setiap perbuatan maksiat yang diancam dengan hukuman tertentu di dunia (had), laknat, kemurkaan Allah, siksa neraka, atau dicabutnya iman.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Habib ‘Abdullah al-‘Alawi, dalam Sullam at-Taufiq, menyatakan:

 “وَالْمَعَاصِي تُقْسَمُ إِلَى صَغَائِرَ وَكَبَائِرَ. وَالْكَبِيرَةُ كُلُّ ذَنْبٍ رُتِّبَ عَلَيْهِ حَدٌّ فِي الدُّنْيَا أَوْ وَعِيدٌ بِالنَّارِ فِي الْآخِرَةِ، أَوْ غَضَبٌ، أَوْ لَعْنَةٌ، أَوْ حَرِمَانُ دُخُولِ الْجَنَّةِ، أَوْ أُطْلِقَ عَلَيْهِ اسْمُ الْفِسْقِ أَوْ الظُّلْمِ أَوْ نَفْيُ الْإِيمَانِ.”

“Dan maksiat itu terbagi menjadi dosa-dosa kecil dan dosa-dosa besar. Dosa besar adalah setiap dosa yang diberi ancaman hukuman di dunia, atau ancaman neraka di akhirat, atau kemurkaan, atau laknat, atau terhalang masuk surga, atau disebut dengan nama fasik, zalim, atau peniadaan iman.”

Urgensi memahami dosa besar terletak pada perlindungan diri dari kehancuran spiritual. Jika dosa kecil dapat terhapus dengan amal kebaikan dan istighfar, dosa besar memerlukan taubat nasuha (taubat yang sungguh-sungguh) dan pengembalian hak-hak yang terzalimi jika terkait dengan hak sesama manusia. Mengabaikan dosa besar berarti menempatkan diri dalam bahaya siksa yang pedih.

Klasifikasi Dosa Besar yang Berhubungan dengan Hati

Habib ‘Abdullah al-‘Alawi memulai klasifikasi dosa besar dengan yang terkait pada hati, karena hati adalah raja dari seluruh anggota badan. Dosa-dosa hati memiliki dampak yang sangat mendalam dan seringkali menjadi akar dari dosa-dosa lahiriah. Beberapa di antaranya adalah: syirik, riya’, ujub, takabur, hasad, suudzon, dan cinta dunia berlebihan.

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Syirik (Menyekutukan Allah) adalah dosa terbesar dan tidak terampuni jika pelakunya meninggal dunia dalam keadaan belum bertaubat. Allah ﷻ berfirman:

 إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang di bawah itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisa: 48)

Riya’ (pamer ibadah), ujub (merasa kagum pada diri sendiri), dan takabur (sombong) adalah penyakit hati yang merusak amal. Rasulullah ﷺ bersabda:

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walaupun sebesar biji sawi.” (HR. Muslim)

Dosa-dosa hati ini, meskipun tidak terlihat oleh mata telanjang, secara substansial menggerogoti keimanan dan memutus hubungan seorang hamba dengan Tuhannya. Oleh karena itu, Sullam at-Taufiq menempatkan pembersihan hati dari dosa-dosa ini sebagai prioritas utama.

Klasifikasi Dosa Besar yang Berhubungan dengan Lidah

Setelah dosa hati, Kitab Sullam at-Taufiq melanjutkan pembahasan tentang dosa-dosa besar yang berasal dari lidah. Lidah adalah anugerah sekaligus ujian besar bagi manusia. Kata-kata yang terucap dapat membawa kebaikan yang tak terhingga atau kehancuran yang sangat besar. Dosa-dosa lidah meliputi ghibah (menggunjing), namimah (adu domba), dusta, sumpah palsu, mencaci maki, dan syahadat az-Zuur (kesaksian palsu).

Ghibah dan Namimah adalah dua dosa lidah yang sangat dilarang dalam Islam. Allah ﷻ berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12)

 

Dusta dan sumpah palsu juga termasuk dosa besar karena merusak tatanan sosial dan keadilan. Rasulullah ﷺ pernah bertanya:

 أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ؟ ثَلَاثًا. قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ: الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ، وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ، وَشَهَادَةُ الزُّورِ

“Maukah aku kabarkan kepada kalian tentang dosa-dosa besar yang paling besar?” Beliau mengulanginya tiga kali. Mereka menjawab, “Tentu, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Menyekutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua, dan kesaksian palsu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Penjelasan ini menegaskan betapa berbahayanya lidah jika tidak dijaga. Dari sinilah pentingnya menjaga setiap ucapan, agar tidak terjerumus pada dosa yang merugikan diri sendiri dan orang lain.

Klasifikasi Dosa Besar yang Berhubungan dengan Anggota Badan

Selanjutnya, Sullam at-Taufiq mengelompokkan dosa-dosa besar yang terkait dengan anggota badan, seperti mata, telinga, tangan, kaki, dan kemaluan. Dosa-dosa ini meliputi zina, mencuri, membunuh, minum khamar, durhaka kepada orang tua, memakan harta anak yatim, melakukan sihir, dan meninggalkan shalat fardhu.

Zina adalah perbuatan keji yang diharamkan secara mutlak. Allah ﷻ berfirman:

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا ۖ إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا}

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra: 32)

Membunuh jiwa tanpa hak juga merupakan dosa besar yang disamakan dengan membunuh seluruh manusia, seperti disebutkan dalam Al-Qur’an. Meninggalkan shalat fardhu dengan sengaja adalah dosa besar yang disepakati oleh seluruh ulama. Rasulullah ﷺ bersabda:

 الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلَاةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ

“Perjanjian antara kami dan mereka (orang-orang kafir) adalah shalat. Maka siapa saja yang meninggalkannya, sungguh ia telah kufur.” (HR. Tirmidzi dan An-Nasa’i)

Dosa-dosa anggota badan ini memiliki konsekuensi hukum yang jelas di dunia dan akhirat, menunjukkan betapa seriusnya perbuatan tersebut dalam pandangan syariat. Pengajaran Habib ‘Abdullah al-‘Alawi menjadi pengingat keras akan pentingnya menjaga kesucian dan integritas anggota badan dari segala bentuk kemaksiatan.

Dosa Besar yang Berkaitan dengan Hak-Hak Allah dan Hak-Hak Manusia

Habib ‘Abdullah al-‘Alawi juga mengklasifikasikan dosa-dosa besar berdasarkan kaitannya dengan hak-hak. Ada dosa-dosa yang melanggar hak Allah ﷻ (hakullah) dan ada pula yang melanggar hak sesama manusia (haququl ibad). Meskipun keduanya sama-sama dosa, dosa yang terkait dengan hak manusia memiliki kekhususan, yaitu tidak akan diampuni oleh Allah sebelum pelakunya meminta maaf dan mengembalikan hak tersebut kepada yang bersangkutan.

Contoh dosa yang melanggar hak Allah adalah syirik, meninggalkan shalat, puasa, atau zakat tanpa udzur syar’i. Contoh dosa yang melanggar hak manusia adalah membunuh, mencuri, ghibah, namimah, memakan harta anak yatim, durhaka kepada orang tua, dan berbuat zalim dalam bentuk apapun. Penjelasan dari Ibnu Hajar al-Haitsami dalam kitab Az-Zawajir juga menekankan perbedaan penanganan taubat antara kedua jenis dosa ini.

Pentingnya permohonan maaf dan pengembalian hak dalam dosa yang melanggar hak manusia ditekankan oleh Rasulullah ﷺ:

 مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ

مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَا يَكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَتْ عَلَيْهِ

“Siapa saja yang pernah berbuat zalim kepada saudaranya dalam hal kehormatan atau sesuatu lainnya, maka hendaknya ia meminta kehalalannya (maaf) dari saudaranya hari ini, sebelum datang suatu hari yang tidak ada dinar dan dirham. Jika ia memiliki amal saleh, maka diambil darinya seukuran kezalimannya. Jika ia tidak memiliki kebaikan, maka diambil dari keburukan saudaranya, lalu dibebankan kepadanya.” (HR. Bukhari)

Hadits ini menjadi peringatan keras bagi kita untuk senantiasa berhati-hati dalam berinteraksi dengan sesama, menjaga hak-hak mereka, dan segera bertaubat serta meminta maaf jika pernah melakukan kezaliman.

Taubat dari Dosa Besar: S yarat dan Konsekuensinya

Kitab Sullam at-Taufiq tidak hanya menjelaskan dosa besar, tetapi juga membuka pintu taubat selebar-lebarnya. Taubat dari dosa besar memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi agar diterima oleh Allah ﷻ. Syarat-syarat tersebut adalah: menyesali perbuatan dosa, meninggalkan dosa saat itu juga, bertekad tidak mengulangi dosa tersebut di masa depan, dan jika dosa itu berkaitan dengan hak manusia, maka harus mengembalikan haknya atau meminta maaf.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:

 وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nur: 31)

Taubat yang tulus (taubat nasuha) memiliki konsekuensi yang luar biasa. Allah ﷻ akan mengampuni dosa-dosa, menggantinya dengan kebaikan, dan mengangkat derajat hamba-Nya. Namun, menunda taubat atau meremehkan dosa besar adalah tindakan yang sangat berbahaya. Habib ‘Abdullah al-‘Alawi sangat menganjurkan untuk segera bertaubat begitu menyadari telah melakukan dosa besar, tanpa menunda-nunda.

Menjauhi Dosa Besar: Fondasi Ketakwaan

Memahami dan menjauhi dosa-dosa besar merupakan fondasi utama bagi ketakwaan seorang Muslim. Penjelasan Habib ‘Abdullah al-‘Alawi dalam Kitab Sullam at-Taufiq menjadi peta jalan yang jelas bagi setiap hamba yang ingin membersihkan diri dan mendekatkan diri kepada Allah ﷻ. Dengan terus-menerus bermuhasabah, memperbanyak istighfar, dan memperkuat ilmu agama, seorang Muslim dapat membentengi dirinya dari terjerumus pada al-Kaba’ir.

Pentingnya menjaga diri dari dosa besar tidak hanya untuk keselamatan akhirat, tetapi juga untuk kebaikan hidup di dunia. Hidup akan terasa lebih tenang, berkah, dan damai ketika hati bersih dari noda dosa dan perilaku terjaga dari maksiat. Inilah esensi dari ajaran Kitab Sullam at-Taufiq yang relevan sepanjang masa.

Penutup

Dari Hadramaut, lentera ilmu menyala, Sullam at-Taufiq, tangga menuju ridha. Klasifikasi dosa besar, Habib ‘Abdullah paparkan, Bayanul Ma’ashi, cermin bagi insan. Syirik, riya’, dusta, hati yang berkarat, Membunuh, mencuri, mengkhianati amanat. Semua jalan yang, menjauhkan dari Ilahi, Maka taubat nasuha, kunci kembali suci.

Wahai hamba Allah, jauhilah yang besar, Sucikan jiwa raga, dari segala khilaf dan ingkar. Agar hidupmu berkah, senantiasa terang, Menuju surga abadi, tempat yang kau dambakan.

*Gerwin Satria N

Pegiat literasi Iqro’ University Blitar


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement