Khazanah
Beranda » Berita » Menyaksikan Allah dalam Segala Sesuatu: Hikmah Tersirat dari Al-Hikam

Menyaksikan Allah dalam Segala Sesuatu: Hikmah Tersirat dari Al-Hikam

Ilustrasi hamba yang tenggelam dalam doa kepada Allah.
Ilustrasi hamba yang tenggelam dalam doa kepada Allah.

 SURAU.CO-Syekh Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari dalam Al-Hikam menjelaskan:

“Para ahli ibadah dan orang-orang yang zuhud hanya merasa risau hati mereka bila terhalang dari melihat Allah Swt. dalam segala sesuatu. Sebaliknya, tidak ada sesuatu pun yang dapat merisaukan hati mereka bila mereka mampu menyaksikan-Nya.”

Definisi Ahli Ibadah

Ahli ibadah menurut Syekh Ibnu ‘Athaillah adalah orang-orang yang mengabdikan diri mereka sepenuhnya untuk beribadah kepada Allah Swt. Setiap momen senantiasa kita isi dengan ketaatan dan ibadah. Sementara itu, orang-orang yang zuhud meninggalkan dunia untuk mendapatkan keridhaan dan cinta-Nya. Di antara mereka, tidak sedikit yang berasal dari kalangan orang kaya, tetapi harta mereka berada di tangan, tidak sampai menyentuh hati mereka. Oleh karena itu, mereka bebas dan hawa nafsu tidak mengendalikan mereka.

Kedua kelompok ini adalah orang-orang yang dekat kepada Allah Swt. Hati mereka tidak pernah merasa risau, kecuali bila belum menyaksikan atau terhalang dari menyaksikan sifat-sifat-Nya dalam segala sesuatu.

Saat musibah menimpa, mereka menyadari dan memahami bahwa Allah Swt. adalah Dzat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang tidak akan menguji hamba-Nya di atas kemampuannya. Mereka tidak merasa risau atau khawatir karena kehilangan harta, sebab mereka menyadari bahwa Allah Swt. adalah Dzat Yang Maha Kaya. Allah Swt. bisa mengganti harta yang hilang dalam sekejap mata.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Hati mereka tidak pernah sedih karena mereka telah mampu menyaksikan kebesaran Allah Swt. dalam segala sesuatu yang ada di dunia ini. Hati mereka selalu dipenuhi oleh ketenteraman dan kebahagiaan. Mereka sadar bahwa semua ketentuan Allah Swt. adalah yang terbaik bagi mereka.

Maka dari itu, beribadahlah dengan ihsan. Bahkan, dalam segala sesuatu pun, kita harus bersikap ihsan. Bersikap ihsan dalam setiap sesuatu berarti menyadari bahwa Allah Swt. senantiasa melihat dan mengawasi gerak-gerik hamba-Nya. Allah Swt. itu ada dan gaib, namun lebih dekat dari urat nadi kita.

Melihat Ciptaan Allah di Dunia

Syekh Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari dalam Al-Hikam menjelaskan:

“Allah Swt. memerintahkan agar kita memperhatikan makhluk-Nya di dunia ini, sehingga kita menemukan kesempurnaan Dzat-Nya di negeri ini.”

Kerinduan kita untuk bertemu dan berhadapan dengan Allah Swt. akan terobati dengan memikirkan alam semesta yang terbentang luas ini, serta menyaksikan perjalanan hidup makhluk-Nya. Di dalamnya, kita akan mendapatkan berbagai tanda dan kemahakuasaan serta kemahaagungan-Nya.

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Cobalah kita perhatikan pemandangan indah yang berada di sekitar kita. Layaknya lukisan indah yang bernilai tinggi, dan tidak akan ada yang mampu membelinya. Lihatlah juga perjalanan alam semesta ini yang sesuai dengan kodratnya dan tidak melenceng dari jalurnya. Kehidupan manusia akan berakhir bila alam semesta ini berjalan tidak pada porosnya.

Kenapa Allah Swt. memerintahkan kita memperhatikan makhluk-Nya untuk bisa melihat-Nya? Jawabannya tidaklah terlalu sulit dan panjang, yaitu karena Allah Swt. tidak akan mungkin menampakkan diri-Nya di dunia yang fana ini.

Belajar dari Kisah Nabi Musa

Kita tentu pernah mendengar kisah Nabi Musa As. yang memohon agar Allah Swt. menampakkan diri. Apa yang terjadi? Ketika cahaya Allah Swt. tertampakkan di Gunung Tursina, maka gunung tersebut meletus hingga rata dengan tanah karena tak sanggup melihat kebesaran cahaya-Nya, sedangkan Nabi Musa As. pingsan. Itu hanya cahaya-Nya yang ditampakkan, bukan wujud asli-Nya.

Semua yang ada di dunia ini adalah pancaran sifat Allah Swt. Yang Maha Agung. Ketika kita melihat alam yang indah ini, tentu kita akan semakin yakin bahwa Dia Maha Indah. Ketika kita menyaksikan kekuasaan-Nya yang mampu menghancurkan hamba-Nya dalam sejenak, atau menyembuhkan hamba-Nya yang tidak mungkin sembuh lagi menurut ilmu kesehatan, tentu kita akan semakin meyakini kemahakuasaan-Nya. Dia adalah Dzat Yang Maha Sempurna. Tiada cela dalam ciptaan-Nya.(St.Diyar)

Referensi : Atha’illah as-Sakandari, Kitab Al-Hikam (penerjemah : D.A. Pakih Sati)

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement