Khazanah
Beranda » Berita » Hati Keruh Tidak Akan Memantulkan Cahaya: Pesan Al-Hikam untuk Para Pencari

Hati Keruh Tidak Akan Memantulkan Cahaya: Pesan Al-Hikam untuk Para Pencari

Ilustrasi hamba sedang berdoa kepada Allah.
Ilustrasi hamba sedang berdoa kepada Allah.

SURAU.CO-Syekh Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari dalam Al-Hikam mengangkat pentingnya wirid (amalan rutin) di atas kenikmatan duniawi dan akhirat:

“Tidak ada yang meremehkan wirid, kecuali orang yang bodoh. Limpahan nikmat Allah Swt. akan terus kita peroleh hingga negeri akhirat, sedangkan wirid akan dilipat seiring dilipatnya negeri ini. Dan, yang paling utama untuk kita perhatikan adalah sesuatu yang keberadaannya tidak tergantikan oleh sesuatu pun.”

Allah Swt. telah mengajarkan berbagai wirid kepada para hamba-Nya melalui lisan Rasul-Nya—baik yang dilakukan di pagi, sore hari, atau pada waktu-waktu tertentu. Tidak ada yang meremehkannya, kecuali orang bodoh yang tidak mengenal syariat dan kebijaksanaan-Nya.

Jangan Meremehkan Amalan Wirid

Bagi yang tidak mampu atau malas mengerjakannya, sebaiknya mereka jangan meremehkan atau tidak melakukannya sama sekali. Sebab, ini jelas menantang ketetapan yang disunnahkan oleh Rasulullah Saw. Intinya, orang yang meremehkan wirid berarti kurang mempergunakan akalnya.

Kita bisa meraih ketenangan hati, limpahan rezeki, kesehatan, dan lain sebagainya di dunia ini, bahkan hingga di akhirat kelak. Namun, bagaimana halnya dengan wirid? Kita tidak akan memiliki kesempatan untuk melakukannya di akhirat. Sebab, dunia adalah ladang amal, sedangkan akhirat adalah negeri balasan. Inilah yang membedakan antara wirid dan karunia-Nya. Karunia dan nikmat Allah Swt. bisa kita dapatkan di dunia dan akhirat, sedangkan wirid hanya bisa kita lakukan di dunia.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Marilah kita perhatikan baik-baik! Mana yang akan kita prioritaskan? Materi atau wirid? Materi tetap akan kita dapatkan di akhirat kelak. Bahkan, selama kita berusaha, tentu kita akan mendapatkannya di dunia ini. Meskipun demikian, waktu yang kita gunakan untuk wirid sama sekali tidak akan mengurangi rezeki kita.

Marilah kita jaga sesuatu yang tidak mungkin kita dapatkan lagi di akhirat kelak, yaitu wirid. Itulah yang akan menolong kita di akhirat kelak. Ketika harta dan anak-anak meninggalkan kita di liang kubur, maka pahala wirid-lah yang akan selalu menemani dan melayani semua kebutuhan kita. Wirid hanya membutuhkan sedikit waktu kita, namun efeknya luar biasa.

Allah Akan Memberikan Cahaya-Nya Bagi Hamba yang Menjalankan Wirid

Jikalau kita rutin menjalankan wirid, tentu Allah Swt. akan menyayangi kita dan memberikan cahaya-Nya dalam hati kita, sehingga kedudukan kita di sisi-Nya menjadi tinggi. Jikalau Allah Swt. sudah menerima kita, maka semua penduduk langit dan bumi akan mencintai dan memuji kebaikan kita.

Marilah kita bandingkan: Allah Swt. menganjurkan kepada kita untuk berwirid, sedangkan kita meminta karunia kepada-Nya. Manakah yang lebih baik di antara keduanya? Jikalau kita menjalankan wirid, maka kita sudah pasti mendapatkan karunia-Nya. Sedangkan bila kita hanya mengharapkan karunia-Nya, maka kita belum tentu bisa mendapatkan pahala wirid. Marilah kita dahulukan hak-hak Allah Swt. dari segala kebutuhan kita. Allah Swt. senantiasa menyertai langkah seseorang yang menjadikan-Nya sebagai nomor satu dalam hidupnya. Sehingga, kehidupan orang tersebut selalu mendapatkan berkah dari-Nya.

Datangnya Rezeki dan Cahaya Sesuai Kesiapan Batin

Hikmah kedua menjelaskan hubungan sebab-akibat antara upaya lahiriah dan kejernihan batin:

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

“Datangnya rezeki adalah sesuai dengan kadar kesiapan. Terangnya cahaya sesuai dengan kadar kejernihan jiwa.”

Rezeki yang  Allah Swt. berikan kepada para hamba-Nya datang sesuai dengan kadar persiapan mereka dalam menerimanya. Jikalau kita berusaha keras, maka kita akan mendapatkan lebih banyak rezeki. Jikalau kita hanya duduk-duduk dan tidak beraktivitas, tentu kita tidak akan mendapatkan rezeki.

Rezeki itu sama halnya dengan pahala. Semakin banyak amalan yang kita kerjakan dengan penuh keikhlasan, tentu kita akan mendapatkan lebih banyak pahala. Sebaliknya, semakin sedikit amalan yang kita kerjakan, tentu semakin sedikit pundi-pundi pahala yang kita dapatkan. Ganjaran itu sesuai dengan kadar keletihan.

Apakah Diri Kita Layak Mendapatkan Limpahan Cahaya Allah?

Syekh Ibnu ‘Athaillah mengajak  kita melihat keadaan hati kita, apakah layak mendapatkan limpahan cahaya-Nya atau tidak? Kita dinyatakan layak mendapatkan cahaya-Nya bila hati kita sudah bersih. Sebening apa hati kita, maka sebesar itu pula cahaya yang berhak kita miliki. Hati yang hitam kelam oleh perbuatan maksiat tidak akan mendapatkan cahaya. Sedangkan hati yang bersih akan dihinggapi oleh cahaya-Nya. Hati yang setengahnya bersih dan setengahnya lagi kotor, maka sebesar itu jugalah cahaya yang akan Allah berikan.(St.Diyar)

Referensi : Atha’illah as-Sakandari, Kitab Al-Hikam (penerjemah : D.A. Pakih Sati)

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement