SURAU.CO – Salah satu di antara tanda lemahnya semangat ibadah seseorang adalah ketika ia mulai terbiasa datang terlambat ke masjid dan enggan mengisi shaf pertama. Pada awalnya hanya sekali dua kali, namun lama-kelamaan menjadi kebiasaan yang dianggap sepele, padahal dampaknya sangat besar pada kualitas hati seorang hamba.
Rasulullah ﷺ telah memperingatkan tentang orang-orang yang selalu berada di belakang dalam shalat berjamaah. Bukan karena penuh sesak, bukan karena tidak ada ruang, tetapi karena enggan melangkah maju mendekat kepada imam.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Nabi ﷺ melihat sekelompok orang yang lebih suka berada di shaf belakang, maka beliau bersabda bahwa suatu kaum yang terbiasa berada di belakang akan ditempatkan oleh Allah di tempat yang juga belakang — jauh dari keutamaan dan jauh dari kebaikan.
Ini bukan sekadar persoalan posisi fisik, tetapi mencerminkan kondisi hati. Hati yang ringan melangkah ke shaf pertama adalah hati yang Allah beri taufik. Sebaliknya, hati yang berat untuk maju sering kali adalah hati yang sudah mulai kehilangan rasa semangat untuk menyambut panggilan Allah.
Telat Shalat Mengikis Kepekaan Hati
Sering terlambat ke shalat berjamaah membuat seseorang kehilangan:
Takbiratul ihram bersama imam
Konsentrasi awal shalat
Suasana ketenangan jamaah
Pahala besar yang hanya didapat oleh orang yang memulai shalat tepat waktu
Semakin sering telat, semakin terbiasa hati dengan kelambanan dalam urusan ibadah. Inilah yang dikhawatirkan para ulama: bahwa seseorang yang menunda ibadah akan diuji dengan dijauhkan dari pintu-pintu kebaikan.
Menghindari Shaf Pertama, Menghindari Keutamaan
Shaf pertama adalah tempat terbaik bagi laki-laki dalam shalat berjamaah. Di situlah malaikat mendoakan, di situlah pahala paling besar berada.
Namun banyak orang merasa canggung, malu, atau tidak peduli untuk mengisinya. Padahal mengisi shaf pertama adalah amalan yang sangat dianjurkan.
Siapa pun yang ringan mengisi shaf pertama menunjukkan kesungguhannya dalam mendekat kepada Allah. Sebaliknya, siapa yang selalu memilih barisan paling belakang, padahal masih kosong di depan, menunjukkan adanya rasa enggan dalam hatinya terhadap kesempurnaan ibadah.
Mulailah dengan Disiplin Diri
Untuk memperbaiki kebiasaan ini, mulailah dengan hal sederhana:
Berangkat lebih awal sebelum azan atau tepat setelah azan berkumandang
Jauhi kebiasaan menunda-nunda urusan dunia ketika adzan memanggil
Duduklah di shaf pertama meski hanya berisi sedikit orang—justru di situlah letak keberanian iman
Ingatkan diri bahwa Allah memberikan kedudukan sesuai dengan kesungguhan hamba.
Semakin kita membiasakan diri berada di depan dalam urusan ibadah, semakin Allah bukakan pintu-pintu kebaikan lainnya.
Takutlah Jika Shalat Mulai Diremehkan
Ungkapan “takutlah” dalam nasihat ulama bukanlah menakut-nakuti tanpa alasan, tetapi sebagai peringatan agar hati tidak mengeras.
Karena jika seseorang sudah biasa telat dalam shalat, ia akan mudah telat dalam ketaatan lain. Jika ia enggan maju ke shaf pertama, ia akan terbiasa menghindari amalan-amalan utama.
Dan ketika seseorang dijauhkan dari kebaikan, itu adalah ujian yang sangat berat—lebih berat daripada musibah dunia, karena ia mengurangi hubungan hamba dengan Rabbnya.
Penutup
Mari renungi diri masing-masing. Jika selama ini kita datang ke masjid mepet iqamah, jika kita selalu memilih shaf belakang padahal kosong di depan, jika kita lebih nyaman di pinggir daripada dekat dengan imam, maka itu pertanda hati kita perlu diperbaiki.
Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba yang ringan melangkah menuju kebaikan, cepat menyambut panggilan shalat, dan senang berada di barisan terdepan dalam ibadah.
Karena kedudukan kita di sisi Allah tidak ditentukan oleh kedudukan dunia, melainkan oleh sejauh apa kita mendekat kepada-Nya. (Tengku Iskandar, M. Pd – Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
