Opinion
Beranda » Berita » Umat Terlena, Musuh Bekerja

Umat Terlena, Musuh Bekerja

Umat Terlena, Musuh Bekerja
Umat Terlena, Musuh Bekerja

 

SURAU.CO – Pernahkah kita bertanya dengan jujur pada diri sendiri: Kenapa umat yang jumlahnya besar, yang punya sejarah kejayaan, yang punya Kitab paling sempurna, hari ini justru sering menjadi penonton?

Jawabannya pahit: Umat terlena, sementara yang lain terus bekerja.

Ini bukan sekadar kritik.
Ini adalah peringatan.
Untuk saya, dan untuk kita semua.

MAKNA TERLENA

Terlena bukan berarti tidak beriman.
Terlena adalah saat iman masih di lisan,
tapi tidak lagi menjadi pusat kehidupan.

Membangun Etos Kerja Muslim yang Unggul Berdasarkan Kitab Riyadus Shalihin

Kita masih shalat,
tapi dunia yang kita kejar.
>Kita masih menyebut nama Allah,
tapi keputusan hidup kita ditentukan oleh tren, bukan takwa.

Kita terjebak dalam:
Hiburan tanpa batas
Ambisi tanpa akhir
Perdebatan tanpa amal
Informasi tanpa klarifikasi

Hati menjadi sibuk,
tapi arah hidup justru kabur.

MUSUH BEKERJA ITU NYATA

Sementara umat sibuk dengan urusan masing-masing.

Ada pihak-pihak di luar sana yang:
Membangun kekuatan ekonomi secara sistematis
Menguasai arus informasi dan opini
Mengembangkan teknologi dan pengaruh
Membentuk cara berpikir generasi muda versi mereka

Frugal Living Ala Nabi: Menemukan Kebahagiaan Lewat Pintu Qanaah

Mereka tidak bekerja dengan emosi.
Mereka bekerja dengan:
Rencana
Data
Disiplin
Loyalitas terhadap tujuan

Sedangkan kita sering:
Heboh sesaat
Marah di komentar
Lupa tindak lanjut
Lupa membangun kekuatan nyata

Ini bukan soal siapa melawan siapa.
Ini soal siapa yang serius menata masa depan, dan siapa yang terlena.

PENYEBAB KELEMAHAN UMAT

Sejarah mengajarkan satu hal penting:

Umat tidak runtuh karena kekurangan jumlah.
Umat runtuh karena kehilangan arah.

Menyelaraskan Minimalisme dan Konsep Zuhud: Relevansi Kitab Riyadhus Shalihin di Era Modern

Ketika umat:

Jauh dari Al-Qur’an sebagai pedoman hidup
Mengganti takwa dengan gengsi
Mengganti ilmu dengan opini
Mengganti amal dengan amarah

Maka yang terjadi bukan kebangkitan,
tapi kelelahan kolektif.

Banyak yang bicara tentang perubahan,
tapi sedikit yang mau memulai dari diri sendiri.

Banyak yang berteriak tentang keadilan,
tapi lalai pada kejujuran.

TANDA UMAT YANG MULAI BANGKIT

Kabar baiknya, Setiap masa selalu punya pembaharuan.
Setiap kegelapan selalu punya titik cahaya.

Tanda umat mulai bangkit bukan saat:
Viral
Trending
Ramai sorotan

Tapi saat:

Anak muda kembali mencintai Al-Qur’an
Keluarga mulai serius mendidik iman
Orang-orang kembali jujur dalam usaha
Ilmu kembali lebih dihargai dari sensasi
Dakwah dilakukan dengan konsisten, bukan musiman

Kebangkitan tidak selalu terdengar keras.
Kadang ia tumbuh dalam diam,
tapi akarnya kuat.

PERINGATAN UNTUK DIRI KITA

Pertanyaannya sekarang bukan lagi: “Siapa musuh kita?” Tapi: “Apakah kita masih terlena?”

Apakah kita:
Masih menunda taubat?
Masih menjadikan dunia tujuan utama?
Dan Masih menukar prinsip dengan kenyamanan?
Masih lebih takut kehilangan dunia daripada kehilangan ridha Allah?

Karena musuh terbesar umat ini sering bukan dari luar, Melainkan dari lalainya hati sendiri.

PENUTUP DAN SERUAN

Umat terlena, musuh bekerja.
Dan kebangkitan hanya lahir dari kesadaran.

Kesadaran untuk:

Kembali menata iman
Kembali menjadikan Al-Qur’an sebagai kompas
Kembali membangun ilmu, akhlak, dan disiplin
Kembali menjadikan akhirat sebagai tujuan utama

Jika hari ini kita mulai sadar, maka esok umat ini punya harapan.

Jika hari ini kita terus terlena, maka sejarah hanya akan mencatat satu hal:
bahwa kita kalah bukan karena lemah,
tetapi karena lupa siapa yang seharusnya kita taati.

Kita bukan diciptakan untuk larut dalam arus kebatilan dan kegegelapan.

Kita bukan dilahirkan untuk menjadi korban kezaliman dan bagian pendukung Demokrasi sekuler yang menyingkirkan Akhidah dari Ranah Publik sehingga politik menjadi zalim dan saling menzalimi sesama Makluk Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

𝗞𝗶𝘁𝗮 𝗮𝗱𝗮𝗹𝗮𝗵 𝘂𝗺𝗮𝘁 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵 𝗽𝗶𝗹𝗶𝗵 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗮𝘄𝗮 𝗰𝗮𝗵𝗮𝘆𝗮, 𝗯𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗶𝗸𝘂𝘁𝗶 𝗸𝗲𝗴𝗲𝗹𝗮𝗽𝗮𝗻.

Saatnya kembali pada jati diri: 𝘁𝘂𝗻𝗱𝘂𝗸 𝗵𝗮𝗻𝘆𝗮 𝗸𝗲𝗽𝗮𝗱𝗮 𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵, 𝗵𝗶𝗱𝘂𝗽 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗜𝘀𝗹𝗮𝗺, 𝗱𝗮𝗻 𝗯𝗲𝗿𝗴𝗲𝗿𝗮𝗸 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗸𝗲𝗯𝗮𝗻𝗴𝗸𝗶𝘁𝗮𝗻 𝗨𝗺𝗮𝘁 𝗱𝗮𝗻 𝘁𝗲𝗴𝗮𝗸𝗻𝘆𝗮 𝗛𝘂𝗸𝘂𝗺 𝗔𝗹𝗹𝗮𝗵 𝗗𝗶𝗻𝗲𝗴𝗲𝗿𝗶 𝗶𝗻𝗶 𝘀𝗮𝘁𝘂-𝘀𝗮𝘁𝘂 𝗻𝘆𝗮 𝗷𝗮𝗹𝗮𝗻 𝗽𝘂𝗹𝗮𝗻𝗴 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗹𝗮𝗺𝗮𝘁 𝗱𝗮𝗻 𝗠𝘂𝗹𝗶𝗮!

PERHITUNGAN AKHIR

Jika kabar ini menyadarkanmu,
jangan biarkan ia berhenti di dirimu. Bagikan kepada yang lain, Kita bangun kesadaran ini bersama.

Umat terlena, musuh terus bekerja.
Saatnya kita bangun. Selagi akal masih bisa berfikir catatan amal dan perbuatan akan masuk kedalam fase perhitungan akhir.

Jangan hanya jadi penonton dan korban kezaliman, jadilah penyampai kebenaran.
Rasulullah ﷺ Bersabda:

“𝗦𝗮𝗺𝗽𝗮𝗶𝗸𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗿𝗶𝗸𝘂 𝘄𝗮𝗹𝗮𝘂 𝘀𝗮𝘁𝘂 𝗮𝘆𝗮𝘁.” ( HR. Bukhari)

𝗗𝗲𝘀𝗮𝗸 𝗠𝗨𝗜 𝗦𝗲𝗴𝗲𝗿𝗮 𝗕𝗲𝗿𝘁𝗶𝗻𝗱𝗮𝗸 𝗮𝘁𝗮𝘂 𝗕𝘂𝗯𝗮𝗿𝗸𝗮𝗻! 𝘒𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳𝘬𝘢𝘯 𝙛𝙖𝙩𝙬𝙖 𝙝𝙖𝙧𝙖𝙢 𝙙𝙚𝙢𝙤𝙠𝙧𝙖𝙨𝙞 karena menjaga akidah 245 juta umat Islam adalah amanah MUI yang hidup dan dibiayai dari pajak dan harta Umat dari hak kekayaan SDA negeri ini!.

Sebarkan dakwah ini di setiap majelis, grup, dan media. Karena satu kalimat haq bisa membongkar seribu dusta globalisme dan pesan ini sampai kepada MUI agar segera jujur dan kembali pada Akhidah Islam sesuai dengan Simbol Islam yang dilembagakannya.

𝙂𝙚𝙧𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙍𝙖𝙠𝙮𝙖𝙩 𝘽𝙚𝙧𝙨𝙖𝙩𝙪 𝘽𝙚𝙧𝙖𝙣𝙩𝙖𝙨 𝙃𝘼𝙈𝘼 𝙋𝙊𝙇𝙄𝙏𝙄𝙆 𝘿𝙚𝙢𝙤𝙠𝙧𝙖𝙨𝙞 𝙎𝙚𝙠𝙪𝙡𝙚𝙧 𝙬𝙖𝙧𝙞𝙨𝙖𝙣 𝙋𝙚𝙙𝙖𝙡𝙖𝙢𝙖𝙣 𝙋𝘼𝙂𝘼𝙉 𝙔𝙪𝙣𝙖𝙣𝙞 𝙆𝙐𝙉𝙊. Islam — Sumber Ilmu Pengetahuan dan Cahaya Akhir Zaman. (Rahmat Daily)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement