Kisah
Beranda » Berita » Menjaga Lisan

Menjaga Lisan

Menjaga Lisan
Menjaga Lisan
DAFTAR ISI

SURAU.CO. Menjaga lisan berarti berbicara dengan bijak, santun, dan menghindari perkataan buruk yang dapat menyakiti atau merugikan orang lain, seperti fitnah, ghibah, dan kebohongan. Ini bisa dilakukan dengan membiasakan diri berkata baik atau diam jika tidak mampu, serta menghindari topik negatif.

Cara menjaga lisan dengan berkata baik atau diam. Jika tidak bisa berkata yang baik, diam adalah pilihan yang lebih baik daripada berbicara buruk. Pertimbangkan ucapan kita sebelum mengatakannya, terutama di era digital di mana tulisan di media sosial dan pesan juga mencerminkan lisan. Jangan membicarakan keburukan orang lain di belakangnya atau menyebarkan berita yang tidak benar atau fitnah. Hindari ucapan yang menyakitkan, menghina, atau merendahkan orang lain, termasuk penggunaan kata-kata kotor.

Gunakan bahasa yang santun, lemah lembut, dan bertata krama, seperti meminta maaf, permisi, dan mengucapkan terima kasih.  Hormati privasi orang lain dan jangan menyebarkan rahasia atau amanat yang telah dipercayakan kepada kita.  Hindari perdebatan yang tidak bermanfaat dan hanya akan menimbulkan pertikaian.  Memohon kepada Allah agar lisan selalu dijaga dan dijauhkan dari perkataan yang tidak baik.

Lisan yang terjaga membantu menjaga keharmonisan hubungan dengan sesama.  Menjaga lisan adalah bagian penting dari menjaga kehormatan diri sendiri dan orang lain.  Kemampuan menjaga lisan merupakan tanda kuatnya iman dan akhlak seseorang. Setiap orang harus mempertanggungjawabkan setiap ucapan, dan kitaharus menjaga lisan dengan sangat penting untuk meraih kebaikan di dunia dan akhirat.

Umat Islam menganggap filosofi menjaga lisan sebagai ibadah penting. Setiap orang mempertanggungjawabkan setiap ucapan di hadapan Allah SWT. Perkataan yang baik atau diam menjadi tanda keimanan dan ketakwaan seseorang.  Menjaga lisan berarti tidak hanya menghindari perkataan buruk seperti ghibah, fitnah, dan kebohongan, tetapi juga menggunakan lisan untuk hal yang bermanfaat seperti dzikir atau memberi nasihat yang baik. Hal ini bertujuan menjaga hubungan baik antarmanusia, menghindari kerusakan, dan meraih keselamatan dunia akhirat.

Pasca Wafatnya Rasulullah: Sikap Abu Bakar Menghadapi Kemurtadan

Menurut Islam

Menjaga lisan menurut Islam berarti menjaga ucapan agar tidak menyakiti, menipu, atau berkata hal yang tidak bermanfaat, seperti berkata baik atau diam. Selanjutnya, ini adalah tanda keimanan, karena setiap perkataan akan dicatat dan dipertanggungjawabkan di akhirat.

Cara menjaga lisan

  1. Berpikir sebelum berbicara: Timbang baik dan buruknya perkataan sebelum diucapkan agar tidak menimbulkan penyesalan.
  2. Mengucapkan hal yang baik: Utamakan kata-kata yang bermanfaat, jujur, dan membangun.
  3. Memilih untuk diam: Jika ragu apakah perkataan akan baik atau buruk, diam adalah pilihan yang lebih bijak.
  4. Menghindari ucapan negatif: Hindari ghibah (menggunjing), fitnah, umpatan, menghina, dan kata-kata kasar.
  5. Membangun lingkungan positif: Bergaullah dengan orang-orang yang juga menjaga lisannya untuk saling mengingatkan.
  6. Memperbanyak zikir dan doa: Memohon perlindungan kepada Allah agar lisan tetap terkontrol adalah cara efektif untuk menjaga lisan.

Manfaat

  1. Selamat dunia dan akhirat: Keselamatan manusia sangat bergantung pada kemampuannya menjaga lisan.
  2. Menjaga hubungan baik: Mencegah rusaknya silaturahmi dan menjaga keharmonisan dalam masyarakat.
  3. Menjaga pahala ibadah: Ucapan yang tidak baik dapat membatalkan pahala puasa dan ibadah lainnya.
  4. Mendapatkan pahala: Menjaga lisan merupakan bentuk ibadah yang mendatangkan pahala besar di sisi Allah SWT.

Dasar filosofi 

  1. Pertanggungjawaban di akhirat: Malaikat akan mencatat setiap ucapan yang diucapkan manusia dan menjadi bukti di akhirat kelak, sebagaimana firman Allah dalam QS. Qaf ayat 18.
  2. Pentingnya kehati-hatian: Ajaran Islam menekankan pentingnya berpikir sebelum berbicara dan memilih diam daripada berkata yang buruk. Hal ini tertuang dalam hadis Nabi Muhammad SAW: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam” (HR. Bukhari dan Muslim).
  3. Pencapaian ketakwaan: Orang yang menjaga lisannya dari keburukan berusaha mencapai derajat takwa yang lebih tinggi dan menghantarkan dirinya menjadi manusia mulia di dunia dan akhirat.
  4. Keselamatan diri: Seseorang harus mengontrol lisannya karena lisan yang tidak terjaga ibarat pisau yang bisa melukai banyak orang, sedangkan lisan yang terkontrol adalah kunci keselamatannya.

Penerapan praktis dalam Islam

  1. Menghindari perkataan buruk: Menjaga lisan berarti menghindari ghibah (menggunjing), fitnah, namimah (adu domba), kebohongan (kadzib), sumpah palsu, dan perkataan kotor atau mencaci maki.
  2. Menggunakan lisan untuk kebaikan: Lisan yang baik adalah lisan yang berkata jujur, memberikan nasihat bermanfaat, dan menenangkan. Dzikir juga termasuk cara menggunakan lisan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
  3. Menjaga lisan di era digital: Filosofi ini juga berlaku untuk ucapan di media sosial, yang berarti menghindari asumsi, klarifikasi sebelum berasumsi, dan mendoakan daripada mengomentari secara negatif.
  4. Menjaga hubungan dengan sesama: Merupakan salah satu cara efektif untuk menjaga hubungan baik (silaturahim) dan menghindari perpecahan dalam keluarga maupun masyarakat. (mengutip dari berbagai sumber).

Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement