SURAU.CO. Tradisi keilmuan Islam memiliki kekayaan literatur yang luar biasa. Kita sering menemukan kitab-kitab berukuran kecil di lingkungan pesantren. Namun, jangan remehkan ukurannya yang tipis. Kitab-kitab ringkas ini justru memberikan dampak besar bagi para santri. Salah satu karya monumental tersebut adalah Kitab Safinatu Sholah.
Karya ini lahir dari tangan dingin Syaikh Abdullah bin Umar bin Yahya Al-Hadhromi. Beliau merupakan ulama besar dari Hadhramaut, wilayah yang terkenal sebagai gudang ilmu. Kitab ini hadir layaknya sebuah perahu kecil. Ia membawa para pemula menyeberangi lautan ilmu fikih dengan aman dan sistematis.
Desain Ringkas untuk Kemudahan Praktik
Penulis memiliki tujuan yang sangat jelas dalam menyusun kitab ini. Ia ingin menyajikan panduan yang praktis dan mudah diamalkan. Syaikh Abdullah Al-Hadhromi merancang kitab ini sebagai sebuah mukhtashar. Istilah ini merujuk pada ringkasan padat yang langsung menyasar inti pembahasan.
Anda tidak akan menemukan perdebatan teologis yang rumit di dalamnya. Penulis juga tidak menyertakan dalil-dalil panjang dari ayat al-Qur’an atau Hadis secara mendetail. Tujuannya agar pembaca bisa segera mempraktikkan isinya. Para santri pemula dapat membaca, menghafal, dan mengamalkannya dalam ibadah sehari-hari.
Tradisi pesantren menjadikan kitab ini sebagai pegangan wajib. Para santri mempelajarinya sebelum melangkah ke kajian yang lebih luas. Mereka biasanya akan melanjutkan ke kitab Taqrib, Fathul Qarib, atau Fathul Mu’in setelah menguasai materi dasar ini.
Fondasi Akidah Sebelum Membahas Ritual
Ada hal menarik dari struktur penyusunan Kitab Safinatu Sholah. Judulnya memang mengisyaratkan pembahasan tentang salat. Namun, penulis tidak langsung masuk ke materi fikih. Ia memulai pembahasan dengan tema akidah atau ushuluddin.
Syaikh Abdullah Al-Hadhromi mengikuti jejak para ulama klasik lainnya. Ia menyajikan dasar-dasar agama terlebih dahulu. Pembahasan mencakup dua kalimat syahadat dan konsekuensinya. Penulis juga mengenalkan sifat-sifat Allah Swt secara ringkas namun padat.
Bagian akidah ini sangat kuat dalam menanamkan prinsip. Penulis menghindari perdebatan ilmu kalam yang membingungkan orang awam. Ia mengajak pembaca fokus pada inti ajaran tauhid. Allah Swt memiliki sifat kesempurnaan (kamal) dan suci dari segala kekurangan (naqsh). Pemahaman dasar seperti ini sangat penting. Hati seorang hamba akan menjadi teguh tanpa perlu terseret dalam polemik yang tidak perlu.
Panduan Lengkap Ibadah Salat
Penulis mengajak pembaca menyelami inti pembahasan setelah pondasi akidah berdiri kokoh. Di sinilah Kitab Safinatu Sholah menunjukkan kekuatannya. Kitab ini mengupas tuntas segala hal berkaitan dengan salat.
Pembahasan mencakup rukun salat, syarat sah, hingga sunah-sunahnya. Penulis juga merinci hal-hal yang dapat membatalkan salat. Tak ketinggalan, penjelasan mengenai thaharah atau bersuci tersaji dengan rapi. Bagaimanapun, bersuci merupakan syarat utama keabsahan ibadah seorang hamba.
Gaya bahasa penulis sangat lugas dan langsung (to the point). Ia tidak menyisipkan uraian sampingan yang bisa memecah konsentrasi pembaca. Model penulisan ini sangat efektif untuk pemula. Visi utamanya adalah memudahkan umat memahami tata cara ibadah dari titik paling dasar.
Kehadiran Syarah dan Pengembangan Ilmu
Kitab ini memiliki matan yang sangat tipis. Tebalnya hanya berkisar antara 12 hingga 19 halaman saja. Namun, para ulama memberikan perhatian besar terhadap karya ini. Hal ini terbukti dari banyaknya kitab syarah atau penjelasan yang lahir darinya.
Salah satu syarah paling masyhur adalah Sullamu Al-Munajat. Karya ini merupakan buah pikir Imam Nawawi Al-Jawi, seorang ulama Nusantara yang mendunia. Beliau wafat pada tahun 1316 Hijriah. Kehadiran syarah ini membuktikan betapa berharganya isi kandungan Kitab Safinatu Sholah.
Penerbit modern bahkan mencetak ulang kitab ini dengan tahqiq (penelitian) yang mendalam. Bassam Abdul Wahhab Al-Jabi menghadirkan edisi setebal 232 halaman. Ada juga syarah karya Muhammad Abdurrahman Syumailah Al-Ahdal. Tradisi penulisan syarah ini menjaga relevansi kitab hingga hari ini.
Pintu Gerbang Ilmu di Pesantren
Dinamika pembelajaran di pesantren menempatkan kitab ini pada posisi strategis. Ia sering menjadi pintu pertama bagi santri dalam mengenal Mazhab Syafi’i. Kitab ini tidak hanya membentuk pemahaman hukum. Proses mempelajarinya juga membentuk adab dan kedisiplinan santri.
Bahasa yang ringkas memudahkan proses hafalan. Para kiai kemudian memberikan penjelasan mendalam yang tidak tertulis dalam teks. Metode ini menciptakan pemahaman yang komprehensif. Hingga kini, berbagai penerbit terus mencetak ulang kitab ini. Mulai dari Surabaya, Beirut, hingga Kairo turut menyebarluaskannya.
Pada akhirnya, Kitab Safinatu Sholah membuktikan satu hal penting. Keringkasan sebuah karya tidak mengurangi kedalaman maknanya. Ketipisannya justru menyimpan manfaat yang luar biasa besar. Ia berhasil mengantar umat memahami tiang agama dengan benar. Kitab ini akan terus hidup sebagai warisan yang menjaga kemurnian ibadah umat Islam.(kareemustofa)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
