Khazanah
Beranda » Berita » Musibah yang Menyembuhkan, Nikmat yang Menipu: Renungan dari Al-Hikam

Musibah yang Menyembuhkan, Nikmat yang Menipu: Renungan dari Al-Hikam

Ilustrasi hamba yang tengah mendekatkan diri kepada Allah.
Ilustrasi hamba yang tengah mendekatkan diri kepada Allah.

SURAU.CO-Syekh Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari dalam Al-Hikam mengungkapkan rahasia dibalik segala takdir:

“Ketika Allah Swt. memberi kita kenikmatan maka Dia memperlihatkan kebaikan-Nya kepada kita. Ketika Dia menghalangi kita dari mendapatkannya maka Dia memperlihatkan kekuatan-Nya kepada kita. Dalam semua itu, Dia memperkenalkan diri-Nya kepada kita dan menghampiri kita dengan kelemahlembutan-Nya.”

Ketika Allah Swt. memberikan berbagai nikmat dan rezeki-Nya kepada kita, maka Dia sedang menunjukkan sifat-sifat kebaikan-Nya kepada kita. Kita bisa bernapas, berjalan, makan, minum, dan lain sebagainya; semua itu adalah implementasi dari sifat-sifat-Nya Yang Maha Mulia lagi Maha Agung.

Sebaliknya, ketika kita dihalangi dari suatu kenikmatan, berarti Dia sedang menunjukkan kekuatan-Nya kepada kita. Contoh ringannya, ketika kita tidak mendapatkan suatu proyek yang bernilai jutaan rupiah, padahal biasanya kita bisa mendapatkannya dengan mudah, berarti Dia sedang menunjukkan kepada kita bahwa semua yang kita peroleh adalah karunia-Nya dan dengan izin-Nya. Walaupun kita sudah bekerja keras, namun jika Dia tidak menghendakinya, maka kita tidak akan mendapatkannya sama sekali.

Allah Swt. melakukan semua itu agar kita semakin mengenal-Nya. Kita hanyalah hamba yang tidak mampu melakukan apa pun. Dia-lah yang menentukan segalanya. Apa pun ketetapan-Nya, semua itu adalah kebaikan bagi kita, walaupun itu terlihat buruk dalam pandangan kita. Allah Swt. adalah Dzat Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Hanya jiwa-jiwa yang mendapatkan cahaya-Nya sajalah yang mampu memahami rahasia di balik semua ketentuan-Nya.

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Sumber Rasa Sakit: Kegagalan Memahami Rahasia-Nya

Lanjutan dari hikmah sebelumnya menjelaskan mengapa kita merasa sakit hati saat diuji:

“Kita merasa tersakiti ketika tidak diberikan nikmat oleh Allah Swt., maka itu berarti karena kita tidak memahami rahasia-Nya di balik semua itu.”

Salah satu fitrah manusia adalah suka berkeluh kesah ketika ia ditimpa suatu musibah. Ketika salah satu saudara atau keluarganya meninggal dunia, maka seseorang akan menangis dan bersedih. Ketika rumahnya terbakar dan hartanya hilang, maka ia akan menangis. Tentu saja menangis diperbolehkan dalam batas-batas tertentu.

Orang yang arif tidak akan larut dalam kesedihan atas bencana apa pun yang menimpanya. Baginya, segala yang Allah Swt. tetapkan adalah kebaikan. Hanya saja, terkadang kita tidak bisa memahami hikmah dan rahasia yang ada di balik semua peristiwa yang terjadi.

Ingatlah, hanya orang bodoh yang merasa tersiksa dengan bencana yang Dia turunkan. Satu poin yang perlu kita ingat dalam hal apa pun: ada hikmah di balik setiap ketetapan-Nya.

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

Teka-Teki Ketetapan Spiritual

Syekh memberikan teka-teki spiritual yang mengejutkan tentang takdir dan hasil amal:

“Barangkali, Allah Swt. membukakan pintu ketaatan bagi kita, dan tidak membukakan pintu penerimaan untuk kita. Barangkali, Dia menetapkan kita berbuat dosa, akan tetapi bisa jadi itu adalah sebab yang mengantarkan kita kepada-Nya.”

Ketika kita mendapatkan kesempatan untuk melakukan ketaatan, maka marilah kita jangan membanggakannya. Marilah kita jangan merasa aman dari azab-Nya. Apakah kita yakin bahwa semua amalan yang kita kerjakan akan Dia terima? Apa yang menjadi jaminan bahwa kita akan mendapatkan surga-Nya dan selamat dari neraka-Nya? Tidak ada, sekali lagi tidak ada. Kesempatan yang Dia berikan kepada kita untuk mengerjakan ketaatan adalah nikmat, tetapi marilah kita jangan sombong dan membanggakannya. Nikmat tersebut adalah kebaikan, dan marilah kita jangan menjadikannya sebagai jalan menuju maksiat. Marilah kita ikhlas dalam beribadah kepada-Nya. Setidaknya, kita sudah memiliki nilai kebaikan ketika kita menjalankan perintah-Nya.

Barangkali, Allah Swt. menetapkan kita untuk bermaksiat, namun itu adalah jalan kita menuju ke hadirat-Nya. Coba kita saksikan di lingkungan sekitar kita, berapa banyak orang-orang yang dahulunya tukang maksiat, sekarang malah lebih taat dan saleh, serta tidak mau melakukan perbuatan maksiat lagi! Ia menyesali semua perbuatan jahat yang pernah ia lakukan di masa lalu. Itulah yang membuatnya tersungkur di hadapan-Nya dan menangisi kehinaannya.

Maksiat yang ia lakukan berbuah menjadi hidayah, dan bisa jadi itulah yang akan mengantarkannya menuju kematian dalam keadaan husnul khatimah. Dan, berapa banyak orang-orang yang menjalani hidup dalam ketaatan sejak kecil, namun ketika maut menghampiri, ia berubah total. Sehingga, perpisahannya dengan dunia ini ia lalui dengan su-ul khatimah. Kita berlindung kepada Allah Swt. dari segala keburukan. Mudah-mudahan Dia menganugerahkan kebaikan di dalam setiap ketetapan-Nya.(St.Diyar)

Sikap yang Benar Terhadap Musibah

Referensi : Atha’illah as-Sakandari, Kitab Al-Hikam (penerjemah : D.A. Pakih Sati)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement