Doa
Beranda » Berita » Amalan Saat Haid: Cara Muslimah Tetap Panen Pahala

Amalan Saat Haid: Cara Muslimah Tetap Panen Pahala

SURAU.CO. Banyak Muslimah merasa sedih ketika siklus bulanan datang. Sering kali muncul anggapan bahwa haid menjadi penghalang untuk mendekat kepada Allah Swt. Perasaan “kurang lengkap” pun hadir karena salat dan puasa harus berhenti sejenak. Padahal, pandangan Islam tentang amalan saat haid jauh lebih luas dan menenangkan.

Sebenarnya, haid bukan hukuman atau tanda turunnya kesalehan. Ia adalah ketetapan biologis dari Allah Swt yang mengandung hikmah. Justru melalui fase ini, pintu kasih sayang Allah Swt terbuka dari sisi yang berbeda. Karena itu, para ulama menegaskan bahwa masa haid tetap menjadi ladang amal—asal dipahami dengan ilmu yang benar dan hati yang lapang.

Memaknai Haid Sebagai Kasih Sayang Allah

Kita perlu meluruskan pemahaman dasar tentang posisi wanita haid dalam Islam. Imam an-Nawawi memberikan penjelasan indah dalam kitab Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab (2/352). Beliau menjelaskan bahwa larangan salat atau menyentuh mushaf bukan karena wanita haid itu kotor atau najis.

Larangan tersebut justru merupakan bentuk rukhsah atau keringanan. Allah Swt yang memerintahkan perempuan untuk beristirahat dari kewajiban fisik tertentu. Jadi, ketika seorang Muslimah menaati larangan salat saat haid, ia sedang mematuhi perintah Allah Swt. Kepatuhan ini memiliki nilai spiritual yang sama tingginya dengan mengerjakan salat saat suci.

Rezeki Yang Berlimpah

Tetap Mengalir Pahala dari Kebiasaan Baik

Salah satu kabar gembira bagi kaum hawa adalah konsep “pahala yang terus mengalir”. Allah Swt sangat menghargai niat dan kebiasaan hamba-Nya. Muslimah tidak akan kehilangan pahala ibadah rutin hanya karena haid datang. Para ulama merujuk pada sabda Nabi Muhammad Saw yang memberikan jaminan ini.

“Jika seorang hamba sakit atau bepergian, dicatat baginya pahala seperti amal yang biasa ia kerjakan ketika mukim dan sehat.”(HR. al-Bukhārī, no. 2996)

Imam Ibn Hajar dalam Fath al-Bari menjelaskan bahwa haid termasuk uzur syar’i yang tercakup dalam hadis tersebut. Karena itu, jika seorang muslimah biasa mengerjakan salat Dhuha, Tahajud, atau puasa sunnah saat suci, maka Allah Swt tetap mencatat pahala itu meski ia sedang haid. Dengan kata lain, muslimah tetap “menabung pahala” tanpa harus melakukan gerakan fisik ibadah tersebut. Sebab pada hakikatnya, Allah Swt tidak pernah menutup pintu kebaikan bagi hamba yang tulus mencintai-Nya.

Ragam Amalan Saat Haid yang Bernilai Besar

Haid memang menghentikan salat, namun tidak mematikan fungsi hati dan lisan. Imam Nawawi dalam Al-Adzkar dan Imam al-Ghazali dalam Ihya’ ‘Ulum ad-Din merinci banyak peluang ibadah. Muslimah produktif bisa memaksimalkan waktu luangnya untuk hal-hal berikut:

1. Membasahi Lisan dengan Dzikir

Kumpulan Doa Agar Lancar Ujian Sekolah dan Mendapat Nilai Terbaik

Muslimah bebas melakukan tahlil, tasbih, tahmid, takbir, dan bershalawat kapan saja. Lisan yang terus basah menyebut nama Allah Swt akan menjaga ketenangan jiwa.

2. Kekuatan Doa

Imam al-Ghazali menyebut doa sebagai inti ibadah. Pintu doa tidak pernah tertutup oleh kondisi fisik apa pun. Muslimah bisa memanjatkan harapan terbaik di waktu-waktu mustajab.

3. Berinteraksi dengan Al-Qur’an

Mazhab Syafi’i memperbolehkan wanita haid mendengarkan lantunan ayat suci Al-Qur’an. Kegiatan ini tetap mendatangkan pahala dan ketenangan batin yang luar biasa.

Tiga Cara Allah Mengabulkan Do’a

4. Semangat Menuntut Ilmu

Muslimah bisa membaca buku agama atau mendengarkan kajian. Mempelajari fikih haid itu sendiri termasuk ibadah yang agung. Menuntut ilmu adalah jalan jihad bagi setiap Muslim.

5. Aksi Sosial dan Sedekah

Kita bisa meneladani Sayyidah Aisyah r.a. Beliau tetap aktif membantu Nabi Muhammad Saw dan melayani umat meski sedang berhalangan. Menyiapkan makanan untuk orang berpuasa atau bersedekah online adalah opsi yang mudah.

Menerima Takdir Sebagai Ibadah Hati

Aspek spiritual yang sering terlupakan adalah penerimaan hati atau ridha. Imam Ibn Rajab al-Hanbali dalam Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam menekankan bahwa ridha terhadap takdir adalah amal hati yang sangat dicintai Allah Swt. Karena itu, menerima kedatangan haid tanpa keluh kesah merupakan bentuk ibadah batin yang mulia.

Sikap ini pula yang menunjukkan kedewasaan spiritual: hati tetap tenang, tidak merasa dirugikan, dan yakin bahwa Allah Swt yang mengatur setiap siklus tubuh. Dengan penerimaan seperti ini, fase biologis yang tampak biasa berubah menjadi ibadah bernilai tinggi.

Momentum Refleksi Diri

Haid memberikan jeda istirahat dari rutinitas ibadah fisik. Justru melalui jeda inilah seseorang dapat menata ulang kondisi batinnya. Pada momen berhenti sejenak ini, muslimah memiliki ruang untuk melakukan kontemplasi mendalam:

  • Mengoreksi kembali niat dalam beribadah.
  • Memperbanyak istighfar atas dosa-dosa lalu.
  • Merancang target ibadah yang lebih baik setelah masa suci tiba.
  • Mempererat hubungan silaturahmi dengan sesama.

Imam al-Ghazali mengingatkan bahwa inti ibadah adalah hudhur al-qalb—kehadiran hati. Karena itu, masa haid justru melatih kita untuk mendekat kepada Allah Swt tanpa perantara gerakan salat. Maka, jangan biarkan masa ini berlalu begitu saja. Sebaliknya, jadikan ia momentum emas untuk mempercantik kualitas iman dan menghadirkan hati dengan lebih jernih.(kareemustofa)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement