Khazanah
Beranda » Berita » Syaikh Muhammad Hasbullah Asy-Syāfi‘i: Ulama Moderat yang Membangun Jembatan antara Akidah dan Fiqih Praktis

Syaikh Muhammad Hasbullah Asy-Syāfi‘i: Ulama Moderat yang Membangun Jembatan antara Akidah dan Fiqih Praktis

Ilustrasi Syaikh Muhammad Hasbullah Asy-Syāfi‘i mengajar akidah dan fiqih praktis
Ilustrasi menampilkan suasana pengajian intim dengan ekspresi penuh kelembutan; kitab terbuka di depan, para murid menyimak; warna hangat menekankan moderasi

Surau.co. Syaikh Muhammad Hasbullah Asy-Syafi‘i al-Makki adalah sosok ulama moderat abad ke-19 yang namanya dikenang hingga kini. Beliau lahir di Makkah tahun 1233 H (sekitar 1818 M) dan tumbuh menjadi cendekiawan dengan wawasan luasSejak kecil Syaikh Hasbullah dikenal tekun menuntut ilmu, hidup zuhud, dan fokus pada kaidah–kaidah dasar Islam. Karya beliau banyak dikaji di berbagai negara Islam, termasuk di Nusantara.Dalam keilmuannya.

Syaikh Hasbullah menghubungkan dua dimensi pokok Islam: akidah (tauhid) dan fiqih (hukum praktis). Gaya beliau dalam menerangkan tampak sederhana dan sistematis sehingga mudah dipahami santri dan penuntut ilmu.Artikel ini mengeksplorasi biografi beliau, menyoroti latar pendidikan, karya-karya utama, serta peran beliau dalam menjembatani akidah dan fiqih praktis.

Latar Kelahiran dan Pendidikan Awal

Syaikh Muhammad Hasbullah lahir di Makkah pada tahun 1233 H (sekitar 1818 M). Keluarga yang hidup di lingkungan ilmu. Beliau berkesempatan mendapatkan pendidikan di Masjidil Haram serta madrasah setempat. Sejak kecil beliau sudah terbiasa membaca Al-Qur’an, mempelajari nahwu-sharaf, tafsir ringkas, serta kaidah-kaidah dasar aqidah dan fiqih. Gaya pembelajaran pada masa tersebut menekankan talaqqi dan pengulangan langsung dengan para guru, sehingga fondasi keilmuan menjadi kuat dan teruji.

Perjalanan menuntut ilmu berlanjut dengan berguru pada sejumlah ulama besar di Makkah dan Madinah. Beberapa nama guru menjadi rujukan utama bagi kualitas sanad keilmuan, seperti para mufti dan ulama yang mengajar di dua kota suci. Tradisi rihlah ilmi inilah yang membentuk karakter intelektual: pemahaman tekstual dijaga, sekaligus kemampuan menjadikan teks sebagai pedoman praktik.

Aktivitas Mengajar dan Peran sebagai Guru di Tanah Suci

Sebagai pengajar di Masjidil Haram, Syaikh Hasbullah rutin mengisi majelis tafsir, hadis, dan ushul fiqih. Kedatangan para santri dari berbagai negeri, termasuk Nusantara, membuat majelis pengajian menjadi titik pertemuan tradisi keilmuan antarwilayah. Banyak murid Nusantara memperoleh ijazah sanad dari pengajian yang dipimpin oleh Syaikh Hasbullah, kemudian membawa pelajaran tersebut pulang dan mengajarkannya kembali di kampung halaman.

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern

Ketekunan mengajar tetap dijalankan meskipun kondisi fisik mengalami tantangan pada masa akhir hidup. Semangat untuk membimbing generasi santri menunjukkan dedikasi tinggi terhadap pewarisan ilmu. Rekam jejak di tanah suci memperlihatkan komitmen pada metode pengajaran yang sederhana, jelas, dan terstruktur, sehingga materi akidah dan fiqih mudah diserap oleh pendengar dari berbagai latar.

Karya Utama: Riyādhul-Badi‘ah sebagai Jembatan Tauhid-Fiqih

Karya paling dikenal dari Syaikh Muhammad Hasbullah berjudul Ar-Riyādh al-Badi‘ah fī Ushūl al-Dīn wa Ba‘ḍhi Furū‘ al-Sharī‘ah. Buku ini dirancang sebagai ringkasan yang padat menangani pokok-pokok akidah sekaligus cabang-cabang hukum praktis. Pembukaan kitab menempatkan Rukun Iman dan Rukun Islam sebagai landasan, lalu berlanjut menjelaskan masalah fiqih dasar seperti wudhu, tayammum, shalat, zakat, puasa, haji, serta muamalah sederhana.

Pendekatan ringkas namun sistematis membuat kitab ini populer sebagai bahan pengantar bagi pemula dan santri pesantren. Tujuan penyusunan kitab tampak jelas: menyajikan pengetahuan tauhid yang kokoh sambil memberikan petunjuk aplikatif dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan struktur seperti ini, konsep bahwa keimanan harus terefleksikan dalam tindakan hukum syariat menjadi mudah difahami oleh khalayak luas. Sebagai contoh, pembahasan tentang pembatal puasa tidak hanya merinci tindakan yang membatalkan, tetapi juga memberi contoh kasus praktis sehingga pembaca dapat langsung menerapkan hukum tersebut sesuai situasi.

Metode Pengajaran dan Moderasi dalam Penyampaian

Metode pengajaran yang dipakai menonjolkan keseimbangan antara teks dan kontekstualisasi. Pengajian tidak sekadar mengulang teks; setiap bab dijelaskan dengan alasan hukum, rujukan sanad, serta contoh nyata. Penekanan pada kelapangan — bahwa hukum syariat harus mempertimbangkan kemampuan manusia — menguatkan sikap moderat. Prinsip Al-Qur’an:

Romantisme Rumah Tangga Rosululloh SAW

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وَسَعَهَا
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS. Al-Baqarah: 286)

pemilik kajian tersebut menempatkan frase di pusat argumentasi ketika membahas rukhsah safar, keringanan ibadah, atau kemudahan dalam beribadah.

Dalam menyampaikan fiqih praktis, penekanan pada niat, adab, dan tujuan ibadah menjadi bagian tak terpisahkan. Hal ini membuat pembaca awam tidak hanya paham tentang rukun ritual, tetapi juga memahami motivational dan etika yang seharusnya mengiringi pelaksanaan ritual.

Hubungan dengan Ulama Lain dan Sanad Keilmuan

Sanad yang kokoh menegaskan legitimasi pengajaran. Syaikh Hasbullah memperoleh ijazah dari sejumlah ulama besar yang mengajarkan tafsir, hadis, dan ushul fiqih. Kedekatan sanad ini menjadi alasan mengapa kitab-kitab hasil pengajian mendapat sambutan di berbagai wilayah, termasuk Nusantara. Doa, pengajian, dan tazkirah yang disampaikan dipandang meneruskan tradisi klasik dengan sentuhan relevansi pada kondisi masa kini.

Beberapa ulama Nusantara memberikan catatan positif terhadap karya tersebut. Misalnya, seorang ulama Nusantara yang mengaji di Makkah saat itu menyebut bahwa materi yang disampaikan mudah diikuti dan cocok dijadikan kurikulum dasar bagi pesantren di kampung. Pernyataan serupa muncul dalam sejumlah jurnal sejarah pesantren yang mencatat hubungan intelektual antara guru-guru Makkah dan santri Nusantara.

Sikap yang Benar Terhadap Musibah

Pengaruh di Nusantara dan Pewarisan Tradisi

Pengaruh Syaikh Hasbullah terlihat dalam penyebaran Riyādhul-Badi‘ah di pesantren-pesantren Nusantara. Kitab ini menjadi rujukan untuk pengajaran dasar aqidah dan fiqih di berbagai majelis. Para santri yang kembali dari Makkah membawa sanad serta cara mengajar yang moderat, sehingga tradisi pengajaran yang menggabungkan ketegasan akidah dan kemudahan dalam fiqih meluas di tanah air.

Selain dijadikan teks pengantar, karya tersebut mendapat syarah dan komentar oleh ulama setempat, sehingga pengayaan terhadap tema-tema tertentu seperti ziarah dan dzikir berkembang. Warisan ini memastikan agar generasi berikutnya mendapatkan pegangan yang seimbang: pemahaman teologis yang kokoh sekaligus kemampuan menerapkan hukum syariat sesuai konteks sosial.

Pendapat Ulama Lain untuk Memperjelas Sikap Moderat

Beberapa ulama klasik memberi pijakan metodologis yang relevan dengan pendekatan moderat tersebut. Imam Al-Ghazali pernah menegaskan urgensi menyelaraskan ilmu dan amal agar kecerdasan spiritual tidak menjadi semata teori; pernyataan ini menjadi resonan dengan cara pengajaran yang diterapkan. salah satu ulama syafi’iyah, menyatakan:

طَلَبُ الْعِلْمِ مِنْ أَجَلِّ الْقُرُبَاتِ
“Mencari ilmu termasuk amal ibadah paling mulia.” (Imam Nawawi, Al-Majmū‘)

Kutipan semacam ini memperkuat argumen bahwa pembelajaran tauhid dan fiqih bukan semata akademis, melainkan bagian dari pengabdian spiritual yang harus mudah diakses oleh masyarakat.

Penutup

Jejak Syaikh Muhammad Hasbullah Asy-Syāfi‘i menggambarkan bagaimana seorang ulama mampu menjadi jembatan antara keyakinan terdalam dan praktik sehari-hari. Dalam keseimbangan antara tauhid dan fiqih praktis, pengajaran yang ringan namun tegas membuka ruang bagi umat untuk beriman dengan benar dan beramal dengan mudah. Semoga warisan tersebut terus memberi cahaya bagi generasi yang mencari jalan kebenaran: kuat dalam akidah, bijak dalam aturan, dan lembut dalam pengamalan.

  • Gerwin Satria N

Pegiat literasi Iqro’ University Blitar


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement