Khazanah
Beranda » Berita » Mengambil Pelajaran: Jalan Menuju Hati yang Lembut dan Jiwa yang Dewasa

Mengambil Pelajaran: Jalan Menuju Hati yang Lembut dan Jiwa yang Dewasa

Mengambil Pelajaran: Jalan Menuju Hati yang Lembut dan Jiwa yang Dewasa
Mengambil Pelajaran: Jalan Menuju Hati yang Lembut dan Jiwa yang Dewasa

 

SURAU.CO – Dalam kehidupan ini, kesempatan untuk mengambil pelajaran sebenarnya terbentang di setiap sudut. Seperti yang dinasihatkan Hasan al-Bashri rahimahullah: “Yang bisa dijadikan pelajaran itu banyak, namun orang yang mengambil pelajaran sedikit.” Betapa tajam kalimat ini, dan betapa benarnya ia menggambarkan keadaan manusia hari ini.

Kita hidup di tengah derasnya peristiwa: kabar duka, kebahagiaan, kegagalan, keberhasilan, kelalaian, dan perubahan zaman yang begitu cepat. Namun tidak semua mata mampu melihat hikmah di balik setiap kejadian, dan tidak semua hati mau merenung agar menjadi lebih baik. Padahal Allah telah menjadikan kehidupan sebagai madrasah bagi siapa saja yang ingin memetik ibrah.

Pelajaran dari Nikmat

Nikmat kesehatan, keluarga, waktu luang, rezeki, dan kesempatan ibadah sering kali dianggap biasa. Padahal setiap nikmat adalah teguran lembut dari Allah:

“Ingatlah Aku, bersyukurlah, gunakanlah ini Untuk jalan yang benar.”
Orang yang bersyukur akan mengatakan dalam hati:

Membangun Etos Kerja Muslim yang Unggul Berdasarkan Kitab Riyadus Shalihin

“Jika Allah memberiku kemudahan, maka aku harus mewujudkannya dalam kebaikan.”

Pelajaran dari Musibah

Musibah terkadang menyakitkan, tetapi ia adalah guru yang paling baik.

Sakit mengajarkan bahwa tubuh ini lemah.
Kehilangan mengajarkan bahwa dunia ini sementara.

Kegagalan mengajarkan bahwa usaha harus diperbaiki.
Semua itu mendidik kita agar lebih dekat kepada Allah, lebih sabar, dan lebih memahami makna tawakal.

Pelajaran dari Orang Lain

Setiap orang yang hadir di hidup kita sebenarnya membawa pelajaran.
>Ada yang hadir untuk menunjukkan arti kesabaran.

Frugal Living Ala Nabi: Menemukan Kebahagiaan Lewat Pintu Qanaah

Ada yang hadir untuk mengajarkan keikhlasan.

Ada yang hadir untuk menguatkan iman.
>Ada pula yang Allah hadirkan untuk mengingatkan kita agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Orang bijak tidak hanya belajar dari orang baik, tetapi juga dari orang buruk—bukan untuk menirunya, melainkan untuk menjauhi jalan yang sama.

Pelajaran dari Diri Sendiri

Yang paling dekat adalah pengalaman diri. Setiap hari kita melakukan sesuatu, lalu Allah memperlihatkan akibatnya.
Jika amal baik membawa kedamaian, itu tanda agar kita menguatkannya.
Jika dosa membawa kegelisahan, itu tanda agar kita segera bertaubat.
Allah berfirman,

> “Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan merugilah orang yang mengotorinya.”
(QS. Asy-Syams: 9–10)

Menyelaraskan Minimalisme dan Konsep Zuhud: Relevansi Kitab Riyadhus Shalihin di Era Modern

Mengambil Pelajaran adalah Tanda Basirah

Basirah adalah ketajaman hati yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya yang mau merenung. Inilah ciri orang beriman:

Hatinya sensitif terhadap peringatan.
Pikiran jernih dalam menimbang.
Jiwanya peka terhadap tanda-tanda kebesaran Allah.

Ia tidak hanya melihat, tetapi juga memahami. Tidak hanya mendengar, tetapi juga menyadari. Ia selalu bertanya dalam hati, “Apa yang Allah ingin ajarkan kepadaku hari ini?”

Jadilah Hamba yang Banyak Merenung

Dalam kesibukan kehidupan modern, banyak orang berjalan cepat tetapi tanpa arah. Mereka melihat segala sesuatu, tetapi tidak memetik makna apa pun. Padahal merenung hanya membutuhkan dua hal:

Hati yang hidup, dan
Kemauan untuk berubah.

Setiap kali terjadi sesuatu—baik kecil maupun besar—berhentilah sejenak. Tanyakan pada diri:

“Apa makna di balik ini?”
“Apa pesan Allah di sini?”
“Apa yang harus aku perbaiki?”

Hidup adalah Kumpulan Pelajaran

Jika kita selalu mengambil pelajaran, maka:

Kesalahan berubah menjadi perbaikan.
Ujian berubah menjadi kedewasaan.

Nikmat berubah menjadi syukur.

Hati menjadi lembut.
Jalan hidup menjadi lebih terang.

Inilah cara hidup para salafus salih: mereka tidak melewatkan satu haripun tanpa ibrah. Mereka memandang dunia bukan sekadar tempat tinggal, tetapi tempat belajar.

Penutup

Semoga kita menjadi hamba yang tidak hanya melihat kejadian, tetapi juga memahami hikmahnya.

Karena orang yang beruntung bukanlah yang paling banyak pengalaman, tetapi yang paling banyak mengambil pelajaran.

Mari belajar dari apa pun yang Allah titipkan kepada kita. Sebab kehidupan selalu mengajar, dan hati yang beriman selalu siap menerima pelajaran. (Tengku Iskandar, M. Pd – Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement