Khazanah
Beranda » Berita » Hidup Terkekang Hawa Nafsu: Sebuah Renungan Semua

Hidup Terkekang Hawa Nafsu: Sebuah Renungan Semua

Hidup Terkekang Hawa Nafsu: Sebuah Renungan Semua
Hidup Terkekang Hawa Nafsu: Sebuah Renungan Semua

 

SURAU.CO – Hawa nafsu adalah pintu besar menuju keterikatan. Ia tampak manis di awal, tetapi pada akhirnya memperbudak jiwa. Inilah sebabnya mengapa Al-Qur’an mengingatkan kita dengan sangat keras tentang bahaya mengikuti hawa nafsu tanpa kendali.

Dikutip firman Allah Ta’ala (QS. Al-Jaatsiyah: 23), yang menggambarkan bagaimana seseorang dapat menjadikan hawa nafsunya sebagai “tuhan” yang ia ikuti, sehingga hidupnya menjadi gelap, terkunci, dan kehilangan arah.

Ayat itu menggambarkan tiga kondisi berbahaya ketika hawa nafsu memimpin hidup seseorang:

  1. Pendengaran yang terkunci sehingga tidak mau mendengar nasihat.
  2. Hati yang tertutup sehingga tidak bisa menerima kebenaran.
  3. Penglihatan yang dibutakan sehingga tidak dapat melihat jalan yang lurus.

Inilah keterbelengguan yang sesungguhnya—bukan karena kurangnya kebebasan fisik, tetapi karena hilangnya kebebasan hati.

Membangun Etos Kerja Muslim yang Unggul Berdasarkan Kitab Riyadus Shalihin

Hawa Nafsu Takut Pernah Kenyang

Hawa nafsu adalah lautan tanpa tepi.
Dipuaskan, ia meminta lebih.
Diberi, ia menuntut lagi.
Diikuti, ia menjerat semakin kuat.

Seseorang yang menjadikan hawa nafsu sebagai pemimpin akan terus merasa kosong meski telah menggapai banyak hal. Ia tidak pernah puas dengan dunia, tidak pernah merasa cukup dengan status, dan tidak pernah merasa tenang dengan pencapaian. Hidupnya seakan memikul beban yang tak berkesudahan.

Di sinilah letak keterkekangan:
Ia mengikuti apa yang ia inginkan, tetapi justru menjadi budak dari keinginannya sendiri.

Tanda Seseorang Telah Terikat oleh Nafsu

Ada beberapa tanda yang mudah kita lihat dalam diri:

Mudah marah ketika keinginan tidak terpenuhi.
Sulit menerima nasihat meski dari orang yang tulus.

Frugal Living Ala Nabi: Menemukan Kebahagiaan Lewat Pintu Qanaah

Selalu memikirkan dunia, tetapi jarang memikirkan akhirat.
Merasa hampa meski sedang berada dalam kelimpahan.

Mengikuti keinginan meski tahu itu salah atau merugikan diri.

Ketika hati mulai kotor oleh dorongan hawa nafsu, maka yang halal terasa berat, yang haram terasa ringan, dan yang bermanfaat terasa membosankan.

Mengapa Nafsu Membuat Hidup Menyempit?

Allah menggambarkan bagaimana hidup seseorang menjadi sempit dan tertekan ketika ia jauh dari petunjuk-Nya. Hawa nafsu menjanjikan kebebasan, tetapi justru membawa:

Kecemasan, karena selalu takut kehilangan.

Menyelaraskan Minimalisme dan Konsep Zuhud: Relevansi Kitab Riyadhus Shalihin di Era Modern

Ketidakpastian, karena nafsu berubah-ubah.
Kekosongan, karena nafsu tidak memberi makna.

Keterikatan, karena hati tidak pernah merdeka.

Orang yang mengikuti hawa nafsu tidak lagi memimpin hidupnya. Justru hawa nafsulah yang memimpin dirinya.

Solusi: Kendalikan Nafsu dengan Ilmu dan Iman

Allah tidak meninggalkan manusia tanpa pedoman. Nafsu tidak harus dihancurkan, tetapi harus dikendalikan. Dan kendalinya adalah:

  1. Ilmu – mengenal mana yang hak dan mana yang batil.
  2. Iman – meyakini bahwa aturan Allah adalah yang terbaik.
  3. Muroqobah – merasa selalu diawasi Allah.
  4. Muhasabah – menilai diri dan memperbaiki kekurangan.
    Ketika ilmu dan iman menguat, hawa nafsu mulai tunduk. Hati menjadi tenang, akal menjadi jernih, dan hidup terasa lapang.

Mengambil Pelajaran Sebelum Terlambat

Allah menutup ayat itu dengan kalimat yang penuh teguran:
“Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”

Kalimat ini menyentuh hati setiap orang yang masih mau berpikir. Semua orang pernah tergelincir, namun yang terbaik adalah yang cepat kembali. Allah selalu membuka pintu bagi siapa pun yang ingin memperbaiki diri.

Hidup terlalu singkat untuk terus diperbudak oleh hawa nafsu. Jika kita ingin merdeka, maka mulailah dengan membebaskan diri dari perintah keinginan-keinginan yang menyesatkan.

Penutup

Ketenangan tidak datang dari memenuhi semua keinginan, melainkan dari kemampuan menahan diri dari apa yang tidak diridhai Allah.

Mengendalikan hawa nafsu adalah jalan menuju kebahagiaan.
Mengikuti hawa nafsu adalah jalan menuju keterkekangan.

Semoga Allah menjadikan kita hamba yang mampu menundukkan hawa nafsu dan mengambil pelajaran dari apa pun yang kita alami. Aamiin. (Tengku Iskandar, M. Pd – Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement