Khazanah
Beranda » Berita » Melihat dengan Mata Hati: Dua Hikmah dalam Al-Hikam tentang Nikmat dan Tipuan Dunia

Melihat dengan Mata Hati: Dua Hikmah dalam Al-Hikam tentang Nikmat dan Tipuan Dunia

Ilustrasi hamba yang tenggelam dalam doa kepada Allah.
Ilustrasi hamba yang tenggelam dalam doa kepada Allah.

SURAU.CO-Syekh Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari dalam Al-Hikam memberikan salah satu kaidah ma’rifah (pengenalan) yang paling menenangkan. Beliau mengajarkan kita untuk menghargai pemahaman spiritual di atas kenikmatan material. Syekh Ibnu ‘Athaillah mengatakan:

“Ketika Allah Swt. membukakan pintu pemahaman bagi kita dalam keadaan kita tidak diberikan-Nya nikmat, maka itu adalah nikmat yang sesungguhnya.”

Pernyataan ini mengandung makna bahwa karunia terbesar bukanlah yang terlihat di mata telanjang, melainkan yang tersembunyi di dalam hati. Ketika kita diberi kemampuan untuk memahami alasan mendalam di balik penundaan atau penahanan nikmat duniawi—seperti kekayaan, jabatan, atau kesehatan penuh—berarti kita telah menerima kenikmatan yang jauh lebih berharga: kebijaksanaan dan bashīrah (mata hati).

Kita harus merenungkan bahwa jikalau Allah  memberikan nikmat itu kepada kita sekarang, sangat mungkin kita akan menjadi kufur dan lupa diri, bahkan tergelincir dari jalur ketaatan. Hal ini adalah bencana yang jauh lebih besar daripada kehilangan materi. Tugas utama kita sebagai hamba adalah beribadah dan berusaha mendapatkan ridha-Nya, dan terkadang, kehilangan nikmat dunia adalah cara-Nya melindungi kita dari bencana spiritual.

Kita harus yakin bahwa Allah Swt. lebih mengetahui waktu yang paling tepat bagi kita mendapatkan rezeki-Nya. Jika suatu nikmat telah menjadi milik dan bagian kita, maka kita pasti akan mendapatkannya. Walaupun seluruh makhluk di dunia ini bersatu menghalanginya, mereka tidak akan mampu. Sebaliknya, jika nikmat itu bukan takdir kita, maka walaupun seluruh manusia berusaha memberikannya kepada kita, kita tidak akan pernah berhasil memilikinya. Kesadaran akan takdir dan waktu-Nya ini menjadikan pemahaman sebagai nikmat terbesar.

Pendidikan Adab Sebelum Ilmu: Menggali Pesan Tersirat Imam Nawawi

Membaca Alam Semesta: Antara Tipuan Nafsu dan Pelajaran Hati

Hikmah kedua mengajarkan kita bagaimana memandang dunia dengan kacamata spiritual, bukan indra semata: “Lahir alam semesta adalah tipuan, sedangkan batinnya adalah pelajaran. Nafsu itu hanyalah melihat bentuk lahir yang menipu, dan hati melihat bentuk batin yang mengandung pelajaran berharga.”

Ketika kita mengamati alam semesta ini, kita diperintahkan untuk tidak terpedaya oleh penampilan lahiriahnya yang menipu. Secara lahiriah, dunia terlihat indah, menarik, dan menawan. Namun, jika kita mengikuti nafsu dan terperangkap di dalamnya, kita akan menjadi buta terhadap cahaya hidayah Allah Swt., sehingga kita tersesat dalam pusaran keduniaan.

Syekh Ibnu ‘Athaillah  mengajak agar kita mengggunakan hati kita (qalb) untuk melihat batin alam semesta. Dunia ini bukanlah tujuan akhir, melainkan sarana (wasīlah). Kemudian ita harus menempatkan dunia pada kedudukan yang sebenarnya: sebagai ladang amal. Kita wajib menunaikan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya selagi di sini. Kita harus mengerahkan seluruh kemampuan kita untuk mendapatkan ridha dan ampunan-Nya, karena itulah jalur utama menuju Hadirat-Nya.

Akibat Terus Menuruti Hawa Nafsu

Jikalau kita terus menuruti hawa nafsu, maka kita akan selalu tertipu oleh keindahan yang semu—kekayaan, jabatan, dan kemewahan. Sebaliknya, kita harus menggunakan hati untuk melihat makna batin dunia. Semua yang ada di dunia, setiap fenomena dan setiap objek, adalah bukti dan sarana yang menunjukkan eksistensi dan Keagungan-Nya. Bahkan, harta yang kita miliki adalah pemberian dari-Nya agar kita menggunakannya dalam ketaatan dan mensyukuri-Nya. Inilah pelajaran berharga yang hanya bisa dilihat oleh mata hati yang tercerahkan.(St.Diyar)

Referensi : Atha’illah as-Sakandari, Kitab Al-Hikam (penerjemah : D.A. Pakih Sati)

Tips Bisnis Berkah: Cara Efektif Menghindari Syubhat dalam Transaksi Modern


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement