Khazanah
Beranda » Berita » Para Pewaris Harta Warisan Yang Sebenarnya (Refleksi vibrasi jiwa yang saling mencintai karena Allah)

Para Pewaris Harta Warisan Yang Sebenarnya (Refleksi vibrasi jiwa yang saling mencintai karena Allah)

Para Pewaris Harta Warisan Yang Sebenarnya
Para Pewaris Harta Warisan Yang Sebenarnya

 

SURAU.CO – A‘udzubillahi minasy-syaithanir-rajim.

Persatuan Hati: Nikmat Agung dari Allah

Allah Ta‘ala berfirman:

> “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai. Ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika dahulu kamu bermusuh-musuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu hingga jadilah kamu bersaudara…” (QS. Ali ‘Imran: 103)

> “Walaupun engkau membelanjakan semua kekayaan di bumi, engkau tidak akan mampu menyatukan hati mereka. Akan tetapi Allahlah yang mempersatukan hati mereka…” (QS. Al-Anfal: 63)

Membangun Etos Kerja Muslim yang Unggul Berdasarkan Kitab Riyadus Shalihin

Ayat-ayat ini menegaskan bahwa persatuan hati bukan hasil dari uang, jabatan, suku, kehormatan, atau rumah nan megah, tetapi murni berasal dari rahmat Allah. Bahkan Suku Quraisy yang paling terhormat sekalipun pernah terpecah belah ketika ruh, pemahaman, dan keyakinan mereka tidak lagi selaras dengan hidayah Allah.

Dari sini kita belajar:
Jika Allah menarik rahmat-Nya, hati-hati akan saling menjauh. Jika Allah menebarkan rahmat-Nya, hati-hati akan kembali saling mencintai.

Cinta dalam Taqwa: Vibrasi yang Menyatukan

Maka sesungguhnya hanya Allah yang mempersatukan hati atas rahmat-Nya.
Salah satu cara mengundang rahmat itu adalah:

Saling tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa. (QS. 5:2)

Mengikuti Rasul dengan penuh cinta dan ketaatan. (QS. 3:31)

Frugal Living Ala Nabi: Menemukan Kebahagiaan Lewat Pintu Qanaah

Cinta adalah kekuatan spiritual yang mampu:

Menyatukan yang terpisah,
Mendekatkan yang jauh,

Menguatkan yang lemah,
Dan merawat persaudaraan yang sempat retak.

Inilah vibrasi jiwa yang harus selalu kita tumbuhkan:
Cinta karena Allah, saling menjaga, saling mendoakan, dan saling menguatkan.
(QS. 49:10–13)

Harta Warisan: Ujian yang Sering Mengoyak Persaudaraan

Hari ini kita berbicara tentang harta warisan dari orang tua kita.
Esok atau lusa, anak-anak kita akan berbicara tentang harta warisan dari kita.

Menyelaraskan Minimalisme dan Konsep Zuhud: Relevansi Kitab Riyadhus Shalihin di Era Modern

Masalah warisan termasuk ujian besar persaudaraan, karena:

Harta adalah fitnah,
Nafsu ingin lebih selalu muncul,

Keadilan terasa berat ketika menyentuh diri sendiri,
Dan ukhuwah yang bertahun-tahun dibina bisa hancur dalam hitungan hari.

Namun Allah sudah memberikan aturan yang paling adil, paling bersih dari hawa nafsu, dan paling menjaga hubungan keluarga: (QS. 4:11–14)

Ketika kita dan keluarga kita berpegang teguh pada aturan Allah terkait warisan, maka:

Hati kita tetap dipersatukan,
Persaudaraan terjaga hingga akhir hayat,

Dan kita akan dikumpulkan kembali dalam rahmat-Nya di akhirat.

Para Pewaris yang Sebenarnya

Allah berfirman:
> “Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, yaitu yang mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.”
(QS. Al-Mu’minun: 10–11)

Siapa mereka?
Orang-orang beriman,
Orang-orang yang menjaga amal shalih,

Dan orang-orang yang tetap setia kepada aturan Allah walaupun terasa berat.

Mereka inilah pewaris warisan yang sebenarnya—bukan sekadar tanah, rumah, atau harta benda.
Warisan tertinggi adalah Surga Firdaus, bukan tumpukan materi yang fana.

Namun realitanya, banyak orang justru menolak aturan Allah dalam pembagian warisan.

Siksaan hati pun dimulai: saling curiga, saling menyalahkan, saling membenci, bahkan saling memutuskan silaturahmi.

Dan Allah memperingatkan:

> “Bagaimana mungkin kamu menolak kebenaran, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kalian? Barangsiapa berpegang teguh kepada Allah, sungguh ia telah mendapat petunjuk kepada jalan yang lurus.”
(QS. Ali ‘Imran: 101)

Penutup: Pelajaran untuk hati yang mau diselamatkan

Masalah warisan sering kali menunjukkan siapa yang benar-benar takut kepada Allah dan siapa yang masih dikuasai nafsu dunia.

Karena itu, marilah kita menjaga diri:

Tundukkan hati kepada aturan Allah,
Rawat persaudaraan dalam cinta dan takwa,

Dan siapkan diri menjadi pewaris Surga, bukan sekadar pewaris dunia yang sempit.

Akhirnya, marilah kita mengambil pelajaran.
Fa‘tabirû yâ ulil abshâr la‘allakum turhamûn.

Ambillah pelajaran wahai orang-orang yang memiliki pandangan jernih, agar kalian dirahmati. (Tengku Iskandar, M. Pd – Duta Literasi Pena Da’i Nusantara Provinsi Sumatera Barat)


Eksplorasi konten lain dari Surau.co

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

× Advertisement
× Advertisement