SURAU.CO. “Sebaik-baik bekal menuju akhirat adalah takwa,”. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 197 bahwa takwa adalah sebaik-baik bekal menuju akhirat. Ayat ini menjelaskan bahwa persiapan terbaik untuk kehidupan setelah mati adalah dengan menjadi orang yang bertakwa kepada Allah SWT. Oleh karena itu, umat Islam harus menyiapkan bekal terbaik berupa takwa untuk kehidupan di akhirat kelak. Takwa meliputi menjalankan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, serta mempersiapkan diri dengan memperbanyak amal saleh, seperti ibadah dan perbuatan baik.
Filosofi bahwa “sebaik-baik bekal menuju akhirat adalah takwa” bermakna bahwa ketaatan dan ketakwaan kepada Allah SWT adalah persiapan terpenting untuk kehidupan setelah mati. Takwa bukan hanya bekal untuk dunia, tetapi lebih utama sebagai kunci keselamatan di akhirat, dengan mempersiapkan diri melalui amal saleh seperti salat, sedekah, dan segala bentuk kebaikan.
Hidup di dunia dipandang sebagai perjalanan menuju tempat tujuan akhir yang abadi di akhirat, yang akan menentukan nasib kekal seseorang di surga atau neraka. Ayat tersebut mengibaratkan kehidupan akhirat sebagai sebuah perjalanan jauh. Perjalanan itu menuntut manusia agar mempersiapkan bekal. Oleh karena itu, manusia wajib mempersiapkan bekal sebaik-baiknya. Harta, jabatan, dan keturunan tidak akan mendampingi seseorang setelah kematian, karena semuanya bersifat sementara.
Takwa adalah bekal yang paling berharga dan abadi karena berasal dari amalan saleh yang dilakukan atas dasar keimanan, yang akan membawa manfaat di akhirat kelak. Takwa mencakup ketaatan kepada Allah dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, serta takut terhadap adzab-Nya. Mempersiapkan bekal ini diwujudkan dengan memperbanyak amal saleh, seperti salat, sedekah, dan perbuatan baik lainnya selagi masih hidup.
Surat Al-Baqarah Ayat 197
ٱلْحَجُّ أَشْهُرٌ مَّعْلُومَٰتٌ ۚ فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ ٱلْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِى ٱلْحَجِّ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا۟ مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ ٱللَّهُ ۗ وَتَزَوَّدُوا۟ فَإِنَّ خَيْرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقْوَىٰ ۚ وَٱتَّقُونِ يَٰٓأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ
Arab-Latin: Al-ḥajju asy-hurum ma’lụmāt, fa man faraḍa fīhinnal-ḥajja fa lā rafaṡa wa lā fusụqa wa lā jidāla fil-ḥajj, wa mā taf’alụ min khairiy ya’lam-hullāh, wa tazawwadụ fa inna khairaz-zādit-taqwā wattaqụni yā ulil-albāb
Artinya: (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.
Makna takwa sebagai bekal terbaik
- Persiapan menghadapi kematian: Hidup di dunia diibaratkan seperti perjalanan, dan akhirat adalah tujuan akhirnya. Untuk itu, kita memerlukan bekal, di mana takwa adalah bekal yang paling berharga.
- Perintah Allah SWT: Ayat ini menekankan pentingnya takwa sebagai bekal utama, karena harta, jabatan, dan keturunan tidak akan menemani di akhirat nanti.
- Tindakan nyata: Umat muslim mewujudkan takwa bukan hanya sebagai keyakinan di hati. Mereka melaksanakan salat dan zakat sebagai bentuk tindakan nyata takwa. Seseorang memberikan sedekah untuk mencari rida Allah SWT. Setiap orang melakukan semua kebaikan itu semata-mata karena Allah SWT. Orang yang bertakwa mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.
Cara mempersiapkan bekal takwa
- Menjalankan perintah Allah: Berusaha keras untuk melaksanakan segala perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya.
- Memperbanyak amal saleh: Mengisi kehidupan dengan amal-amal baik seperti membaca Al-Qur’an, menjalankan ibadah, dan berbuat kebaikan kepada sesama.
- Menjaga hati dan pikiran: Senantiasa menjaga diri dari godaan duniawi yang menyesatkan dan menjadikannya sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Tujuan
Tujuan dari menjadikan takwa sebagai bekal terbaik menuju akhirat adalah untuk
mempersiapkan diri menghadapi hari pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT. Takwa, yang berarti melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah, adalah satu-satunya hal yang akan menemani kita di akhirat, sedangkan harta, jabatan, dan kesenangan duniawi tidak.
- Perintah dan larangan: Takwa secara umum adalah kesungguhan untuk menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
- Persiapan perjalanan: Kita mengibaratkan kehidupan di dunia sebagai perjalanan seorang musafir menuju tujuan akhir, yaitu akhirat. Setiap musafir membutuhkan bekal untuk bertahan hidup selama perjalanan. Orang-orang yang beriman membawa takwa sebagai bekal terpenting mereka. Takwa berfungsi seperti makanan dan minuman yang dibawa musafir. Bekal ini membantu kita mencapai tujuan akhir perjalanan spiritual kita dengan selamat.
- Bekal abadi: Berbeda dengan harta dan kesenangan dunia yang bersifat sementara, takwa adalah bekal yang abadi dan bernilai di sisi Allah.
- Menjaga diri: Takwa membantu menjaga diri dari hal-hal yang dapat merugikan di akhirat dan mengarahkan hidup sesuai dengan kehendak Allah.
- Menghadapi ujian: Dengan takwa, seseorang lebih siap menghadapi ujian dan tantangan hidup, serta memiliki semangat untuk meraih kesuksesan di dunia dan akhirat.
- Melaksanakan perintah Allah: Hal-hal seperti shalat, sedekah, dan ibadah lainnya adalah bagian dari amal saleh yang menjadi bagian dari takwa.
- Menjauhi larangan Allah: Berusaha keras untuk menjauhi perbuatan dosa dan maksiat adalah kunci penting dalam bertakwa.
- Mengikuti petunjuk Al-Qur’an: Membaca, mentadaburi, dan mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari merupakan bentuk takwa yang utama.
- Akhlak mulia: Bergaul dengan sesama manusia menggunakan akhlak yang mulia juga termasuk dalam ajaran takwa.
(mengutip dari berbagai sumber)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
