SURAU.CO. Keesaan Allah Ta’ala, atau tauhid, adalah meyakini bahwa Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa, satu-satunya, dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Hal ini berarti bahwa Allah tidak memiliki tandingan. Umat manusia harus menyembah hanya kepada Dia (Allah). Para ulama membagi tauhid menjadi tiga bagian. Mereka menyebut pembagian tersebut dengan rububiyah, uluhiyah, dan asma wa sifat. Tauhid rububiyah mengajarkan bahwa Allah adalah pencipta alam. Allah juga mengatur seluruh alam semesta. Tauhid uluhiyah menegaskan bahwa Allah satu-satunya yang berhak disembah. Keyakinan ini mengharuskan manusia beribadah hanya kepada-Nya. Tauhid asma wa sifat mewajibkan umat muslim meyakini nama-nama Allah. Mereka juga harus meyakini sifat-sifat Allah yang mulia.
-
Mengapa keesaan Allah itu penting?
- Inti akidah Islam: Tauhid adalah dasar keimanan dalam Islam.
- Ketenteraman jiwa: Memiliki keyakinan ini memberikan ketenangan dan ketenteraman bagi jiwa.
- Pedoman hidup: Menjadi pedoman hidup yang pasti bagi umat Islam.
-
Pembagian tauhid
- Tauhid Rububiyah: Meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta, Pemilik, dan Pengatur alam semesta.
- Tauhid Uluhiyah: Mengesakan Allah dalam ibadah, seperti salat, puasa, zakat, dan berserah diri hanya kepada-Nya.
- Tauhid Asma wa Sifat: Mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allah sesuai dengan yang dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Sunnah.
-
Contoh dalam Al-Qur’an
- Surat Al-Ikhlas: Menegaskan bahwa Allah adalah Tuhan yang Esa, tempat bergantung segala sesuatu, dan tidak ada yang setara dengan-Nya.
- Surat Thaha ayat 14: Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku. Maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”.
Filosofi
Umat Muslim meyakini filosofi keesaan Allah Ta’ala (tauhid). Keyakinan ini mengajarkan bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah. Konsep tauhid menegaskan Allah tunggal dalam Dzat-Nya. Konsep ini juga menyatakan Allah tunggal dalam Sifat-Nya. Selain itu, tauhid menekankan Allah tunggal dalam perbuatan-Nya. Filosofi ini mengajarkan bahwa tidak ada sekutu bagi-Nya. Keyakinan tauhid mencakup kepercayaan bahwa Allah adalah satu-satunya pencipta alam semesta (rububiyah). Umat Muslim percaya bahwa Allah juga pemilik tunggal alam semesta. Tauhid uluhiyah mengajarkan hanya Dia yang berhak disembah. Terakhir, umat Muslim memahami keesaan-Nya terwujud dalam nama-nama dan sifat-sifat-Nya (asma’ wa sifat).
Makna filosofi keesaan Allah
- Keesaan dalam Dzat: Allah esa dalam Dzat-Nya, artinya tidak ada Dzat lain yang menyerupai-Nya, dan Dzat-Nya tidak tersusun dari bagian-bagian sekecil apa pun.
- Keesaan dalam Sifat: Allah esa dalam Sifat-Nya, artinya tidak ada makhluk yang memiliki sifat yang serupa dalam substansi dan kapasitasnya dengan sifat Allah, seperti kekuasaan (qudroh) dan kehendak (iradah).
- Keesaan dalam Perbuatan: Allah tunggal dalam perbuatan-Nya, seperti menciptakan, memiliki, dan mengendalikan alam semesta.
- Keesaan dalam Ibadah: Mengesakan Allah dalam menunaikan ibadah, seperti salat, puasa, zakat, dan berserah diri sepenuhnya kepada-Nya, tanpa menyekutukan-Nya dengan makhluk lain.
- Keesaan dalam Nama dan Sifat: Umat Muslim mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allah. Mereka menerima keyakinan ini sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Mereka tidak meyakini adanya tandingan atau keserupaan bagi Allah.
- Ketunggalan Mutlak: Allah adalah Al-Ahad, yang berarti kesatuan mutlak, tidak ada yang lain selain-Nya, dan tidak ada yang setara atau serupa dengan-Nya.
- Ketergantungan Mutlak: Semua makhluk membutuhkan Allah dalam setiap kebutuhan dan permasalahan mereka. Allah tidak membutuhkan apa pun dari makhluk-Nya.
Tujuan
Tujuan Keesaan Allah Ta’ala (tauhid) adalah agar manusia mengesakan ibadah hanya kepada-Nya, serta mencintai, tunduk, takut, dan berharap hanya kepada Allah. Selain itu, tujuan utama ini juga untuk menegakkan keimanan, memberikan ketenangan jiwa, dan menjadi pedoman hidup yang pasti bagi umat Islam dalam menjalankan ajaran agama, kata Liputan6.com.
Tujuan Keesaan Allah (Tauhid)
- Mengesakan ibadah: Menjalankan segala bentuk ibadah, baik lahir maupun batin, hanya untuk Allah semata, seperti shalat, puasa, zakat, berdoa, dan menyembelih kurban.
- Mengarahkan cinta dan ketundukan: Mengarahkan seluruh cinta, rasa takut, dan harapan hanya kepada Allah sebagai satu-satunya sumber kekuatan dan pertolongan, ungkap Almanhaj.
- Menjadi sumber ketenangan jiwa: Manusia meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta, Pemilik, dan Pengatur alam semesta. Keyakinan ini memberikan manusia ketenangan dan ketenteraman jiwa. Manusia tidak perlu lagi menakuti apa pun selain Allah.
- Sebagai pedoman hidup: Keesaan Allah menjadi pedoman hidup yang pasti bagi manusia untuk menjalankan kehidupan sesuai dengan kehendak-Nya, serta menjadi dasar bagi seluruh ajaran agama, tegas Liputan6.com.
- Menegaskan tujuan penciptaan: Kita harus mengukuhkan kembali tujuan utama penciptaan manusia, yaitu untuk menyembah Allah. Manusia diciptakan untuk mengabdi hanya kepada-Nya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an surat Az-Zariyat ayat 56.
Kesimpulan keesaan Allah Ta’ala adalah tauhid, yaitu meyakini Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan yang tidak memiliki sekutu, anak, orang tua, maupun tandingan. Umat Islam meyakini keesaan Allah. Keesaan ini mewujud dalam tiga aspek utama. Aspek Dzat-Nya menegaskan tidak ada yang serupa dengan-Nya. Selanjutnya, Aspek sifat-Nya menjelaskan tidak ada yang setara dengan-Nya. Aspek perbuatan-Nya menunjukkan Dia satu-satunya pencipta alam semesta. Dia mengatur seluruh alam dan isinya. Dia memiliki alam semesta secara mutlak. Hal ini memberi arti bahwa seluruh ibadah harus kita tujukan hanya kepada-Nya. Manusia melakukan ibadah murni hanya untuk Allah. Setiap Muslim menjalankan ajaran tauhid dalam kehidupan sehari-hari. (mengutip dari berbagai sumber).
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
